Pegiat usaha kopi di Malang, Kota Batu, dan Nganjuk menggalang donasi untuk korban guguran awan panas Semeru. Banyaknya empati dan simpati untuk korban semoga saja bisa sedikit meredakan rasa getir dan duka mereka.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
Seperti kopi, terasa pahit di awal, tetapi menyisakan sensasi aneka rasa sesudahnya. Begitu pula bencana guguran awan panas Semeru kali ini, pasti membawa luka. Namun, dengan solidaritas dari sesama, diharapkan luka itu akan segera sirna.
Bencana tak pernah bisa ditebak akan datang pada siapa dan di mana. Pada 4 Desember 2021, bencana menimpa saudara-saudara kita di kaki Gunung Semeru, tepatnya di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Sebanyak 40-an orang meninggal dunia, baik tersapu guguran awan panas maupun terkubur terjangan banjir lahar hujan. Ribuan rumah rusak, ribuan ekor ternak dan ratusan hektar lahan pertanian terdampak, serta ribuan orang kini menjadi pengungsi.
Tanpa pernah diduga, Suprihmiati (50) dan suaminya yang saat itu bergembira dengan anak dan cucunya tiba-tiba dengan tergesa harus berlarian menyelamatkan diri dari abu vulkanik panas. ”Biasanya abu Semeru tidak sampai sebesar ini. Biasanya dilihat saja dari jauh, akan hilang sendiri. Tetapi, kali ini bencananya cukup besar. Sampai kami harus mengungsi dan rumah-rumah rusak,” katanya.
Rumah Suprihmiati rusak total, tertimbun abu. Tetangganya sesama warga Dusun Umbulan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, juga tak jauh beda. Rumah kayu, tembok bata, bahkan cor beton pun hancur lebur. Dalam sekejap, sukacita keluarga peternak sapi itu berubah menjadi kepahitan.
”Masih beruntung kami semua selamat. Untungnya kejadian pada sore hari. Kalau malam hari, paling korbannya jauh lebih banyak. Untungnya lagi, sapi punya keluarga kami sudah dijual dan belum beli lagi. Jadi ruginya tidak terlalu besar,” kata Suprihmiati mencoba tersenyum di antara kepahitannya.
Saking tidak percayanya dengan bencana itu, Suprihmiati tidak berani pulang menengok rumahnya. Katanya, daripada ia bertambah sedih melihat kondisi rumah hancur. Nenek dua cucu itu memilih bertahan di pengungsian di SMPN 2 Pronojiwo bersama sang suami. Belum ada gambaran, ke depan sepasang suami istri itu akan tinggal di mana.
Suprihmiati adalah gambaran dari sebagian kecil korban guguran awan panas Semeru, awal Desember lalu. Kisah mereka bisa berbeda-beda, tetapi rasa kaget, takut, sedih, dan bingungnya sama. Sama-sama pahit.
Berangkat dari kondisi tersebut, pegiat kopi di Malang dan Kota Batu berinisiatif membantu sedikit mengurangi duka saudara-saudaranya di Lumajang. Mereka membuat kegiatan kemanusiaan untuk membantu korban bencana Semeru dengan tajuk ”Coffee for Humanity”.
Acara dikemas dalam dua sesi berbeda, yaitu penggalangan dana dan penyaluran bantuan. Penggalangan dana dilakukan pada 13 Desember (Kafe 11-12), 14 Desember (Kafe Amstirdam), dan 16 Desember 2021 (Kafe Husgendam Kota Batu).
Untuk dua kegiatan tersebut, pegiat kopi Malang-Kota Batu mengumpulkan donasi kopi dari roastery di dua wilayah tersebut. Kopi-kopi sumbangan tersebut berasal dari berbagai jenis dan lokasi, seperti kopi Aceh Gayo, Manggarai, Ijen Anaerob, Bali Kintamani, dan Sunda Gulali.
”Saat ini terkumpul sekitar 25 kilogram kopi, tetapi pastinya masih terus didata. Sebab, hingga kini donasi kopi masih terus datang dan belum semuanya kami data,” kata Ketua Pelaksana Coffee for Humanity Christina Damayanti, Selasa (14/12/2021).
Kopi yang terkumpul, menurut Christina, nantinya digunakan untuk acara penggalangan dana dan akan disumbangkan kepada sukarelawan serta korban Semeru. Konsep penggalangan dana tersebut adalah dengan mendata pengunjung datang, memintanya melakukan donasi secara tunai seikhlasnya pada kotak disediakan. Lalu selanjutnya donator tersebut akan diberikan sebuah kupon untuk mendapatkan secangkir kopi. Kopi yang didapat donatur adalah manual brew filter v60.
Donasi yang didapat memang berbentuk uang. Namun, nanti akan diserahkan kepada korban bencana dalam bentuk barang yang dibutuhkan. Oleh karena itu, saat ini mereka masih menunggu tanggap darurat selesai terlebih dahulu, sambil menunggu rekan mereka di posko pengungsian mendata barang apa saja yang dibutuhkan pengungsi.
”Saat ini infonya baju, obat, dan sembako sementara masih banyak. Makanya kami menunggu dahulu, apakah banyak itu karena belum terdistribusi atau memang karena sudah cukup,” kata Christina.
Meski niatnya ikhlas membantu, Christina mengatakan, jangan sampai bantuan mereka nantinya mubazir atau tidak berguna bagi korban bencana Semeru.
”Selain untuk korban Semeru, nantinya kami juga akan memberikan kopi gratis bagi sukarelawan bencana di sana. Semoga sedikit uluran tangan dari kami nantinya bisa menyemangati mereka terus mendedikasikan waktu dan tenaga untuk saudara-saudara kita yang sedang berkesusahan,” kata Christina.
Sivaraja, pemilik Amstirdam Coffee, senang berpartisipasi dengan kegiatan tersebut. ”Untuk kegiatan kemanusiaan seperti ini, kami dengan senang hati terlibat. Di Amstirdam Coffee, kami rutin menyisihkan 1 persen keuntungan untuk kegiatan sosial. Kenapa kali ini tidak sekalian dengan kegiatan ini saja,” kata pria yang turun menjadi penyeduh kopi bagi para donatur dalam acara tersebut.
Selain di Malang dan Kota Batu, donasi dari pegiat kopi sebelumnya juga dilakukan di Nganjuk. Dengan kampanye #ngopibaik, pegiat kopi dari Nganjuk pada Minggu (12/12/2021) juga menggalang donasi bagi warga korban bencana guguran awan panas Semeru.
”Tujuan kami adalah murni karena keprihatinan teman-teman perkopian Nganjuk kepada warga terdampak erupsi Semeru. Kami berkumpul tidak mengatasnamakan kedai, tetapi murni dari masyarakat Nganjuk yang kebetulan bergelut di dunia perkopian,” kata Momammad Fahmi, salah seorang peserta kampanye #ngopibaik.
Di Amstirdam Coffee, kami rutin menyisihkan 1 persen keuntungan untuk kegiatan sosial. Kenapa kali ini tidak sekalian dengan kegiatan ini saja.
Penggalangan donasi dilakukan dengan membuka stan kopi di deretan PKL Alun-alun Nganjuk. Mereka menjual kopi tubruk dan filter dengan tarif seikhlasnya. ”Seluruh hasil penjualan didonasikan ke masyarakat terdampak Semeru. Alhamdulillah kami bisa mengumpulkan Rp 2,050 juta, lalu kami salurkan langsung melalui Lazis-NU Kabupaten Lumajang,” kata Fahmi.
Banyaknya simpati dan empati untuk warga terdampak guguran awan panas Gunung Semeru semoga saja sedikit bisa meredakan rasa getir di hati para korban.