Manajemen Pengungsian Penyintas Erupsi Semeru Harus Segera Diperbaiki
Tata cara penanganan penyintas erupsi Semeru di Lumajang, Jawa Timur, masih jauh dari ideal. Kelimpahan sumber pangan dan manusia tidak efektif karena proses pendataan dan penanganan yang tidak tertata rapi.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Pengungsi di SD Supiturang, Lumajang, mengisi hari selama di pengungsian, Selasa (7/12/2021). Selain anak-anak dan perempuan, posko juga dihuni oleh warga lansia.
LUMAJANG, KOMPAS — Manajemen pengungsian penyintas erupsi Gunung Semeru di Lumajang, harus segera diperbaiki. Di tengah melimpahnya bantuan dan sumber daya manusia, alur penanganan pengungsi masih jauh dari ideal.
Penyaluran logistik bagi penyintas di Desa Supit Urang, misalnya, terbilang melimpah. Dalam sehari, truk dan kendaraan datang membawa bantuan, mulai dari kebutuhan pokok hingga pakan ternak. Di sepanjang jalan menuju Supiturang juga banyak lembaga mendirikan posko beserta dapur umum. Bantuan juga menumpuk di kantor Kecamatan Pronojiwo dan Balai Desa Supiturang.
Akan tetapi, penyalurannya masih butuh perbaikan. Masih ada kericuhan dan kebingunan penyaluran yang rentan mengganggu pemenuhan kebutuhan hidup para penyintas. Kondisi itu terlihat di dua posko pengungsian di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.
Salah satunya di Masjid Nurul Jadid. Posko itu dikelola pengelola masjid. Kebetulan, tempat tinggalnya berada di samping masjid. Sejauh ini jumlah pengungsi di sana masih naik turun. Namun, ada lebih kurang 150 penyintas erupsi berada di tempat itu.
Meski menjadi posko vital, keberadaan bantuan itu belum sepenuhnya dinikmati penyintas. Masih ada pengungsi yang tinggal di masjid mengatakan tidak mendapat bantuan. Kondisi ini membuat pengelola pengungsian membatasi pembagian bantuan. Namun, pembatasan itu justru memicu ketegangan pada Senin (6/12/2021) siang.
Pengungsi di SMPN 02 Pronojiwo Lumajang sedang makan bersama, Selasa (7/12/2021). Posko pengungsian di SMPN 02 Pronojiwo merupakan tempat relokasi dari posko pengungsian di Masjid Nurul Jadid.
”Sebenarnya kalau ada pak inggi (kepala desa) akan jelas mana pengungsi atau bukan. Jadi, tidak semua orang datang main ambil sembako. Justru yang benar-benar terdampak tidak menerimanya. Sampai saat ini kepala desa tidak pernah menengok pengungsi di sini,” kata Uswatun Hasanah, pengelola Masjid Nurul Jadid.
Pada hari yang sama, Posko Pengungsi SD Supiturang juga mengalami hal serupa. Pemicunya saat ada kunjungan seorang istri pejabat pemkab, kepala desa membagikan logistik tanpa koordinasi. Akibatnya, pengungsi mengambil bantuan itu tanpa izin. Setelah rombongan pergi, pihak pemerintah desa juga ikut pergi.
”Bantuan ini memang untuk pengungsi. Namun, harus terdata siapa yang menerimanya. Tidak asal dibagi-bagikan. Tujuannya, agar tepat sasaran dan merata,” kata Mansur (25), Koordinator Posko Pengungsian SD Supiturang, Selasa (7/12/2021). Di posko ini terdapat 463 penyintas bencana. Mereka tinggal di enam ruangan dan tujuh rumah warga di sekitar sana.
Ironisnya, kata Mansur, sebelum kunjungan itu, dia tidak melihat perangkat desa atau perangkat daerah datang mengurusi pengungsi. Posko digerakkan sukarelawan dan komunitas kemanusiaan.
”Kami berharap pemerintah aktif. Kami kesulitan mendata warga karena tidak tahu karakternya. Apalagi jumlah sukarelawan dan pengungsi tidak seimbang,” kata sukarelawan asal YDSF Malang tersebut.
Salah satu imbasnya terjadi saat ada donasi berupa satu truk pakan ternak dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, Selasa siang. Sukarelawan kebingungan saat ditanya lokasi dan pemilik ternak warga terdampak.
Pengungsi di SMPN 02 Pronojiwo Lumajang mengisi hari selama di pengungsian, Selasa (7/12/2021). Selain anak-anak dan perempuan, posko juga dihuni oleh warga lansia.
Akibatnya, tidak sederhana. Di tengah kelimpahan bantuan, masih ada penyintas yang sulit memenuhi kebutuhan dasarnya. Selasa siang, Suprihmiati (50) , warga Dusun Umbulan, Desa Supiturang, mengatakan belum bisa makan. Dia tidak bisa menggunakan jatah makan pagi saat proses pemindahan posko pengungsian dari Masjid Nurul Jadid ke SMPN 02 Pronojiwo.
Saat dikonfirmasi terkait hal ini, Pemkab Lumajang mengatakan masih fokus pada proses evakuasi dan mencari korban jiwa sehingga data kerugian lain akibat erupsi Semeru belum bisa disusun sepenuhnya.
”Mohon maaf, fokus kami saat ini adalah evakuasi jenazah,” kata Kepala Dinas Kominfo Lumajang Yoga Pratomo.