Gerakkan Perekonomian, Bank Jateng Luncurkan Kredit Lapak untuk Pedagang Pasar
Bank Jateng meluncurkan layanan Kredit Lapak yang menyasar para perempuan pedagang pasar tradisional. Kredit dengan bunga rendah dan tanpa jaminan itu diharapkan bisa ikut menggerakkan roda perekonomian masyarakat.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Bank Jateng meluncurkan layanan Kredit Lapak yang menyasar para perempuan pedagang pasar tradisional. Kredit dengan bunga rendah dan tanpa jaminan itu diharapkan bisa ikut menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekaligus mencegah para pedagang pasar terjerat utang kepada rentenir yang menarik bunga tinggi.
Peluncuran Kredit Lapak ditandai dengan penyerahan pinjaman secara simbolis oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada sejumlah pedagang di Pasar Salaman, Kabupaten Magelang, Jateng, Sabtu (27/11/2021). Ganjar datang ke Pasar Salaman dengan bersepeda setelah melepas para pelari peserta Elite Race Borobudur Marathon 2021 di area Taman Lumbini Candi Borobudur, Magelang.
Setelah menyerahkan pinjaman secara simbolis, Ganjar menyempatkan diri ngobrol dengan sejumlah ibu yang berjualan di Pasar Salaman. Dia, antara lain, bertanya tentang dagangan apa saja yang dijual oleh para ibu itu dan berapa penghasilan mereka. Selain itu, Ganjar juga sempat memborong barang dagangan beberapa penjual tersebut.
Ganjar mengatakan, Kredit Lapak merupakan layanan kredit dengan bunga rendah yang menyasar para perempuan pedagang pasar tradisional. Kredit Lapak memiliki bunga yang sangat rendah, yakni hanya 2 persen per tahun. ”Hari ini, kita launching Kredit Lapak. Ini kredit murah untuk pedagang pasar. Bunganya 2 persen setahun,” ujarnya.
Ganjar menyebutkan, layanan Kredit Lapak itu dibuat untuk membantu membangkitkan perekonomian masyarakat, khususnya kelompok perempuan pedagang pasar, yang sempat terpuruk karena pandemi Covid-19. Dia menambahkan, para perempuan pedagang pasar itu biasanya cermat saat mengelola keuangan sehingga mereka diyakini mampu mengembalikan pinjaman dengan baik.
”Ini sebenarnya gerakan untuk membangkitkan ekonomi, khususnya untuk ibu-ibu. Biasanya kelompok perempuan pedagang ini gemi (hemat), setiti (cermat), dan manajemennya bagus. Harapannya, pinjaman ini bisa menjadi modal kerja untuk mereka,” ujar Ganjar.
Ganjar memaparkan, Kredit Lapak juga diberikan tanpa agunan atau jaminan. Hal ini dilakukan karena tujuan utama kredit tersebut memang untuk menggerakkan perekonomian masyarakat.
”Ini tanpa agunan karena kita memang mau menggerakkan ekonomi. Mumpung pandemi mulai terkendali, pedagang bisa jualan, dan pasarnya ramai. Insya Allah ini bisa membikin mereka semangat,” kata Ganjar.
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno mengatakan, selain menggerakkan perekonomian, layanan Kredit Lapak juga diharapkan bisa mengurangi jumlah pedagang pasar yang terpaksa berutang kepada rentenir yang menarik bunga tinggi. Selain itu, layanan kredit dengan bunga rendah tersebut diharapkan membuat para perempuan pedagang pasar tradisional bisa mengembangkan usahanya.
”Yang penting, para pedagang pasar itu tidak berpikir tentang bunga, tetapi berpikir tentang usaha. Kalau usahanya jadi, mereka akan semakin kuat,” ujar Supriyatno.
Tanpa biaya
Sandi Pribadi Ananto dari Divisi Bisnis Ritel Bank Jateng memaparkan, layanan Kredit Lapak diperuntukkan bagi pedagang pasar yang telah berdagang minimal 6 bulan. Adapun plafon pinjaman Kredit Lapak sebesar Rp 1 juta dengan jangka waktu pengembalian selama 1 tahun.
Guna meringankan beban para pedagang pasar, Bank Jateng tidak mengenakan biaya apa pun untuk layanan kredit tersebut. ”Kredit Lapak ini kepanjangannya Laris Pasarku. Pinjaman ini diperuntukkan untuk modal kerja,” kata Sandi.
Sandi menambahkan, Kredit Lapak sebenarnya memiliki suku bunga 7 persen per tahun. Namun, apabila debitor atau peminjam bisa mengembalikan pinjaman tepat waktu, mereka akan mendapat cash back atau pengembalian sebesar 5 persen. Dengan begitu, peminjam yang bisa mengembalikan pinjaman tepat waktu hanya akan dikenai bunga sebesar 2 persen.
”Bunganya 7 persen, tetapi kalau bayar tepat waktu, dia dapat cash back 5 persen dan itu langsung masuk ke rekeningnya. Jadi, sebenarnya debitor hanya membayar bunga 2 persen (kalau membayar tepat waktu),” ucap Sandi.
Sandi mengatakan, pedagang pasar yang meminjam melalui layanan Kredit Lapak juga tidak perlu datang ke bank untuk membayar angsuran. Sebab, Bank Jateng telah menyiapkan petugas untuk mengambil angsuran ke pasar. Layanan pengambilan angsuran ini tak dikenai biaya tambahan.
”Jadi, ibu-ibu pedagang pasar ini tidak harus meninggalkan lokasi usaha mereka untuk setor ke bank. Ada petugas kami yang bisa bantu untuk mengambil angsuran,” ujar Sandi.
Salah seorang pedagang di Pasar Salaman, Laila Viantina (40), menyambut baik layanan Kredit Lapak dari Bank Jateng. Dengan bunga hanya 2 persen per tahun, kredit tersebut dinilai sangat membantu para pedagang yang membutuhkan tambahan modal.
”Bunganya sedikit sekali. Makanya, saya mau ambil kredit ini,” tutur perempuan yang sehari-hari berdagang snack atau makanan kecil di Pasar Salaman itu.
Laila menyebutkan, dari berjualan snack di Pasar Salaman, dirinya rata-rata memperoleh penghasilan sekitar Rp 200.000 per hari. Dia menambahkan, uang hasil pinjaman dari Kredit Lapak akan digunakannya untuk tambahan modal usaha. ”Bisa untuk tambah-tambah modal. Rencananya, mau dipakai buat kulakan (beli barang untuk dijual),” katanya.
Pedagang getuk di Pasar Salaman, Sri Ismiyati (40), juga mengaku senang dengan adanya Kredit Lapak karena bunganya tidak memberatkan. Sri menyebutkan, selama ini, dirinya belum pernah meminjam uang ke bank karena merasa keberatan dengan besaran bunga yang harus dibayar.
”Saya minat dengan Kredit Lapak ini karena bunganya enggak banyak. Jadi, ini sangat membantu. Kalau sebelumnya saya belum pernah pinjam karena terlalu berat bunganya,” ujar Sri yang telah berjualan di Pasar Salaman selama 5 tahun.