Generasi Muda Berdaya dengan Usaha Rintisan Desa di Magelang
Dengan inovasi dan teknologi, anak-anak muda merintis usaha berbasis agro. Potensi ini didukung Bank Jateng melalui Kredit Startup Milenial.
Oleh
REGINA RUKMORINI/ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
Sektor pertanian belakangan tak lagi dianggap kotor dan ndeso oleh kaum muda desa. Dengan inovasi dan teknologi, mereka merintis usaha berbasis agro, sekaligus memberdayakan warga sekitar.
Pengalaman tak enak menjadi pasien Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri justru menginspirasi Zakiy Firosi As Syahid (26), Zahid Fauzi Rahmawan (26), dan Khairul Marzukin (28), warga Kota Magelang, Jawa Tengah, memulai bisnis baru. Kesulitan keluar rumah hanya untuk sekadar membeli sayur memberi mereka ide membuat usaha rintisan Pesansayuran.com, jasa penjualan dan pengantaran sayuran dan pangan via daring.
”Usaha ini awalnya kami jalankan dengan rasa empati untuk membantu meringankan masalah mereka yang tengah menjalani isolasi. Karena itu, kami juga memberikan ’bonus’ bagi konsumen yang sedang diisolasi berupa beras 3 kilogram dan vitamin C,” ucap Zahid, akhir Oktober 2021.
Usaha ini dijalankan besama Lambang Prayogi (23), rekan mereka yang sudah terlebih dahulu menerjuni bisnis penjualan dan pengiriman sayuran secara langsung. Pelanggan bisa memesan kebutuhan melalui laman khusus, telepon, ataupun pesan via aplikasi percakapan.
Mereka menggandeng para pedagang pemasok sayuran rekanan Lambang. Setelah bahan baku tersedia, disiapkan pula tenaga administrasi, belanja dan pengepakan, hingga kurir. Keseluruhan karyawan sekitar 12 orang.
Tidak hanya konsumen rumahan, para pelanggan juga datang dari sejumlah rumah makan dan pondok pesantren. Dari usaha yang dijalankannya, mereka mendapatkan omzet Rp 2,3 juta-Rp 3 juta per hari.
Saat pandemi memuncak, usaha rintisan ini juga difungsikan menghimpun donasi dari organisasi, komunitas, ataupun pribadi yang ingin menyumbang makanan atau vitamin bagi para penderita Covid-19. Bantuan langsung diberikan kepada penderita yang menjalani isolasi mandiri saat mereka berbelanja di Pesansayuran.com.
Semua bantuan, termasuk beras, hingga kini masih disiapkan. Namun, karena situasi melandai, sebagian stok akhirnya berkutu. ”Akhirnya stok beras yang masih bagus kami masak menjadi nasi goreng, dibungkus, dan dibagi-bagikan kepada siapa saja yang butuh di jalanan,” ujar Zahid.
Masa sulit selama pandemi juga mendorong Zaki Ramadhan (21), warga Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, merintis usaha di sektor pertanian. Setelah menekuni usaha sablon selama setahun, pada akhir 2019 ia banting setir membudidayakan jamur.
Usaha itu juga dipengaruhi ayah Zaki yang sebelumnya sudah memulai budidaya jamur. Namun, berbeda dengan ayahnya yang masih membeli baglog atau media tanam jamur, Zaki mencoba membuat sendiri baglog untuk mencukupi kebutuhan budidaya.
Pandemi cukup menguntungkan usaha Zaki. Pembatasan aktivitas yang memungkinkan banyak orang beraktivitas di rumah membuat permintaan baglog jamur meningkat. Jika biasanya permintaan baglog berkisar 9.000-10.000 unit per bulan, akhirnya naik menjadi 14.000 unit per bulan. Tidak hanya dari Magelang, permintaan berdatangan dari luar kota, seperti Tegal, Temanggung, Kendal, dan Wonosobo.
Separuh lebih permintaan berasal dari pelanggan baru yang ingin memulai usaha di bidang budidaya jamur. Karena banyak yang masih kesulitan, sering kali Zaki mendatangi konsumennya langsung untuk membantu mereka dalam budidaya jamur.
Citra usaha bidang pertanian yang identik kotor dan bau perlahan memudar di benak para pemuda desa. Hal ini pula yang ingin dikampanyekan Rayndra Syahdan Mahmud (25) saat merintis usaha pertanian dan peternakan di wilayah perdesaan di Kabupaten Magelang. ”Saya ingin mencitrakan bahwa menjadi petani itu tidak harus berkotor-kotor. Ini penting untuk regenerasi,” ujarnya, Kamis (18/11).
Semua bermula saat ia bersekolah di Jurusan Agribisnis Ternak Unggas SMK Negeri 1 Ngablak, Magelang (2011-2014). Seiring ketertarikannya pada dunia pertanian dan peternakan, ia pun melanjutkan pendidikan di D-IV STTP Magelang Jurusan Penyuluhan Peternakan (2014-2018).
”Saya melihat peluang di bidang pertanian ini cukup besar. Di tengah tantangan regenerasi petani atau peternak, saingannya relatif kecil. Ini juga bisa dikembangkan dengan teknologi budidaya,” katanya.
Konsep bisnis yang dikembangkan Rayndra adalah integrated farming atau menjadikan sektor peternakan berkesinambungan dengan pertanian. Dari ternak domba dan sapi, kotorannya diolah menjadi pupuk untuk menanam jagung. Limbah tanaman jagung sendiri dapat digunakan untuk pakan hewan. Pupuk juga dimanfaatkan di perkebunan kelapa.
Sebagai petani milenial, ia juga memanfaatkan media sosial untuk pemasaran sejak 2 tahun terakhir. ”Untuk Facebook dan Instagram, saya masih menggunakan akun pribadi. Namun, di Youtube kami maksimalkan. Alhamdulillah respons paling tinggi dari Youtube,” kata Rayndra.
Dia juga sedang mengembangkan konsep kemitraan dengan masyarakat sekitar. Menggandeng sembilan warga, setiap orang dimodali Rp 100 juta. Rayndra ingin menggeser anggapan bahwa peternak hanya bisa pelihara 5-10 ekor. ”Kami ingin buktikan di era modern bisa pelihara 50-100 ekor,” ujarnya, yang pada 2022 berencana membangun desa riset di Dusun Semen, Desa Trenten.
Ragam usaha rintisan anak muda inilah yang turut didukung Bank Jateng dengan menggulirkan Kredit Mitra Jateng (KMJ) Startup Milenial sejak Agustus 2021. Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Irianto Harko Saputro mengatakan, hingga akhir Oktober 2021, telah terserap Rp 3,2 miliar oleh 152 debitur KMJ Startup Milenial.
Usaha yang dijalankan beragam, mulai dari industri, kuliner, hingga pertanian. Plafon maksimal program kredit itu Rp 25 juta dengan bunga rendah, yakni 7 persen per tahun atau setara 0,27 persen flat. Ada pula potongan angsuran jika pembayaran dilakukan tepat waktu.
Syarat pengajuan kredit adalah usia minimal 21 tahun atau sudah menikah hingga 45 tahun. Menurut Irianto, KMJ Startup Milenial ditargetkan tersalurkan Rp 18 miliar pada 2021, dengan sasaran 720 debitor muda.
”Kami akan masuk ke komunitas-komunitas anak muda, termasuk mahasiswa. Sebelumnya, kan, kami door to door ke semua potensi usaha. Namun, setelah dicek, banyak yang sudah mendapat fasilitas dari bank lain,” kata Irianto.
KMJ Startup Milenial diharapkan dapat mengungkit perekonomian anak muda. Pihaknya juga tetap mendampingi para debitor melalui monitoring mingguan. Mereka juga memberikan sejumlah pelatihan, antara lain teknik pengemasan produk.
Para pemuda di Magelang membuktikan, anak desa tak kalah dengan anak kota dalam hal kreativitas. Melalui usaha berbasis produk pertanian, mereka mampu berdaya dan bermakna.