Kebanyakan dari para pelaku UMKM selalu berprinsip yang terpenting adalah tersedia uang, bisa menggaji karyawan, dan bisa berjualan. Mereka kurang memahami pentingnya aspek pengelolaan keuangan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kawasan sekitar Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, akan menggeliat seiring penyelenggaraan Borobudur Marathon powered by Bank Jateng pada 27-28 November 2021. Ratusan pelari menyemarakkan ajang lari luar ruangan terbesar pada masa pandemi. Dengan spektrum acara yang sedemikian besar, pelaku usaha mikro kecil dan menengah di sekitarnya turut mendapat keuntungan. Sebelum itu, Bank Jateng terlebih dulu meningkatkan pemahaman mereka terhadap rencana pengelolaan keuangan.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, ajang Borobudur Marathon selalu disambut antusias oleh khalayak. Tahun ini, Borobudur Marathon diikuti 128 pelari umum di lokasi dan 10.000 pelari virtual. Selain olahraga, ajang Borobudur Marathon juga memadukan aspek pariwisata, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta semangat kebersamaan di dalamnya. Kali ini, panitia mengusung semboyan ”Symphoni of Energy”.
Kehadiran ratusan pelari dipastikan semakin menggeliatkan aktivitas perekonomian di kawasan sekitar Candi Borobudur. Borobudur Marathon juga dapat disaksikan secara langsung di Kompas TV. Dengan demikian, perhatian dunia lari Indonesia untuk sementara akan terpusat di Magelang.
Peluang saat perhatian khalayak tersita ke Magelang ini ditangkap para pelaku UMKM di sekitar kawasan Candi Borobudur. Mereka berkesempatan menawarkan produknya saat terjadi peningkatan kunjungan yang dipicu Borobudur Marathon. Bank Jateng terlebih dulu memberikan pelatihan terhadap mereka pada Minggu (21/11/2021).
Dalam pelatihan tersebut, Bank Jateng menghadirkan motivator bisnis Bio Hadikesuma dan Analis Pengembangan Bisnis Ritel Divisi Ritel dan UMKM Bank Jateng Wahyu Toto Waskito. Dalam analisis dan pemaparannya, Bio menyampaikan, kebanyakan UMKM yang ia dampingi tidak memiliki rencana pengelolaan keuangan yang tepat dan jelas.
Kebanyakan dari para pelaku UMKM, kata Bio, selalu berprinsip yang terpenting adalah tersedia uang, bisa menggaji karyawan, dan bisa berjualan. Mereka kurang memahami pentingnya aspek pengelolaan keuangan. Pemahaman itu yang dinilai keliru oleh Bio. Ia berprinsip, jantung dari bisnis adalah perencanaan keuangan.
”Keliru kalau menganggap pemasaran dan penjualan itu yang utama. Sebelum lari ke penjualan, ada baiknya mengerti sedikit tentang pengaturan keuangan,” kata Bio.
Hal itu diakui oleh Widya, salah seorang pelaku UMKM yang mengikuti pelatihan. Ia memaparkan, dirinya dan suami memiliki usaha berjualan jamu dan kue bolu. Karena tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik, ia dan suami kerap kesulitan memisahkan antara dana modal dan pengeluaran. Dengan kata lain, sumber pemasukan dan uang yang harus dibayarkan oleh Widya dan suaminya selalu tercampur.
Bio menyarankan Widya untuk lebih disiplin dalam mencatat pengeluaran. Hal lainnya, para pelaku UMKM diminta untuk tidak menunggu pembeli dengan memproduksi produk setelah menerima pesanan.
”Kebanyakan UMKM kalau bikin produk pasti by order dan jarang promosi. Kunci berjualan adalah bertemu banyak orang dan usahakan agar nomor telepon seluler kita disimpan oleh banyak orang, lalu perbanyak interaksi,” ujar Bio.
Menetapkan target
Dengan memiliki perencanaan keuangan yang baik, pelaku UMKM juga dapat menetapkan target yang harus mereka capai tiap bulannya. Menetapkan target berarti para pelaku usaha tersebut mengerti hendak mendapatkan penghasilan atau pendapatan berapa setiap bulannya. Apabila sudah menetapkan target, mereka akan mengetahui harus memproduksi dan menjual produk dalam jumlah tertentu.
Keliru kalau menganggap pemasaran dan penjualan itu yang utama. Sebelum lari ke penjualan, ada baiknya mengerti sedikit tentang pengaturan keuangan.
Bio juga menyarankan para pelaku usaha untuk tidak memproduksi produk yang sesuai dengan keinginan penjual. Baginya, pelaku UMKM yang baik adalah mereka yang mengerti apa yang dibutuhkan pasar. ”Juallah apa yang orang mau dan orang sukai. Bukan jual apa yang Anda jago buat, tetapi belum tentu orang lain mau. Itu semua bisa terjadi kalau kita enggak punya target,” ucapnya.
Adapun Wahyu menyampaikan, Bank Jateng turut berkomitmen membantu para pelaku UMKM untuk naik tingkat. Selama ini, Bank Jateng membantu dengan memberikan pelatihan serta program-program berupa keringanan modal usaha.
Beberapa produk Bank Jateng yang bisa dimanfaatkan pelaku UMKM, di antaranya, adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Super Mikro dan Kredit Mitra Jateng (KMJ) Start Up Milenial. Untuk KMJ Start Up Milenial, keunggulan yang ditawarkan adalah kredit kepada pelaku UMKM dengan plafon hingga Rp 25 juta dan tenor tiga tahun. Bunga yang dikenakan sebesar 7 persen, tetapi dengan tambahan cash back 5 persen. Dengan begitu, bunga yang dibayarkan pelaku UMKM hanya 2 persen per tahun.
Untuk mendapatkan kemudahan berusaha dari Bank Jateng itu, para pelaku UMKM wajib memahami pentingnya perencanaan keuangan dan mengurus izin usaha. Wahyu mengatakan, bagi pelaku UMKM yang masih belum fasih membuat perencanaan keuangan, ada banyak aplikasi gratis yang bisa dimanfaatkan.
”Kalau membutuhkan modal kerja bisa ambil kredit. Tapi, penggunaannya harus sesuai. Harus ada rencana bisnis agar lancar mendapatkan kredit,” ujarnya.