Hari Pahlawan, Pidato Bung Tomo, dan Semangat Melawan Covid-19
Di Hari Pahlawan, masyarakat menjadi teringat sosok Bung Tomo dan pidatonya yang menggelorakan semangat juang dalam mempertahankan kemerdekaan. Di tengah pandemi Covid-19, semangat itu tetap relevan.
Beberapa pemuda menerobos masuk ruangan hotel. Si Tiga Warna, merah, putih, biru, bendera Belanda, menjadi tujuan. Seorang berhasil memanjat atap hotel, tetapi tiba-tiba terpelantinglah dia karena pukulan seorang Belanda dari belakang. Seorang jatuh, lainnya segera mengganti. Agak sulit penggantinya ini mencapai tujuannya.
Sekonyong-konyong bagai disulap, naiklah beberapa buah tangga, yang memudahkan para pemuda kita menyelesaikan pekerjaannya. Si Tiga Warna cepat ditarik turun. Berdebar-debar, bangga hatiku. Rakyat bersorak. Mendadak, apakah yang kita lihat beberapa detik kemudian?
Ya, Allah... pemuda yang berada di atap itu telah merobek kain biru yang melekat pada Si Tiga Warna. Hanya merah dan putih yang dibiarkan menyatu. Perlahan-lahan dinaikkan kembali Sang Merah Putih tersebut. Getaran jiwa yang meluap bagaikan air bah tidak tertahan, hanya berkumandang seruan ”Merdeka! Merdeka! Merdeka!” mengiringi naiknya Sang Dwiwarna, lambang kejayaan Indonesia.
Demikian merujuk pada tulisan Bung Tomo dalam buku kumpulan karangan berjudul Bung Tomo, dari 10 Nopember 1945 ke Orde Baru yang begitu hidup dan dramatis menggambarkan peristiwa perobekan bendera merah putih biru menjadi bendera Merah Putih di Hotel Oranje, Surabaya. Buku itu disunting Frans M Parera dan diterbitkan PT Gramedia pada 1982. Bung Tomo memang piawai menulis dan jejaknya sebagai jurnalis pun tercantum di bagian riwayat hidup pengarang buku tersebut.
Baca Juga: Pena Bung Karno dan Kata-kata Abadi yang Dituliskannya
Dia pernah menjadi wartawan freelance pada harian Suara Umum di Surabaya pada 1937. Di tahun 1938, Bung Tomo menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspress, di Surabaya. Di tahun yang sama, dia menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat di Surabaya. Pembantu untuk Surabaya majalah Pustaka Timur yang terbit di Yogyakarta dijalaninya dari tahun 1939-1942. Pada 1945, Bung Tomo menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Indonesia/Antara di Surabaya.
Selama banteng-banteng Indonesia masih berdarah merah, yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu tidak akan suka kita membawa bendera putih untuk menyerah kepada siapa pun juga.
Selain menggoreskan pena, kemampuan Bung Tomo berpidato untuk mengetuk hati dan menggelorakan semangat warga di tengah dahsyatnya pertempuran juga tak perlu diragukan. Bung Tomo (1920-1981) pula yang dulu di kala menghadapi Inggris berseru lantang, ”Selama banteng-banteng Indonesia masih berdarah merah, yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu tidak akan suka kita membawa bendera putih untuk menyerah kepada siapa pun juga.”
Kutipan pidato Bung Tomo bermajas metafora yang menggambarkan para pejuang sebagai banteng-banteng Indonesia tersebut tak pelak berdaya tarik tinggi bagi yang mendengarnya. Dipadu dengan substansinya yang menggelorakan semangat untuk tidak menyerah dalam melawan musuh, kian bermaknalah pidato tersebut. Seruan serupa kiranya kini dibutuhkan dalam perang melawan pandemi Covid-19. Patut diingat, pandemi belum usai. Musuh, dalam hal ini virus Covid-19 dengan variannya, masih mengintai.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Vaksin dan Prokes untuk Akhiri Pandemi Covid-19
Imbauan bagi masyarakat agar taat protokol kesehatan pun disampaikan para menteri Kabinet Indonesia Maju. Seiring makin meningkatnya mobilitas masyarakat dan tingginya euforia, para menteri terus mengingatkan arti penting penerapan protokol kesehatan secara ketat. Apalagi, dalam satu pekan terakhir, tercatat terjadi tren kenaikan kasus di 155 kabupaten/kota di Tanah Air. Sesuatu yang mesti diwaspadai agar tidak membesar.
”Di Jakarta; di Jakarta Utara, Timur, Barat, Selatan, itu hampir semua trennya ada naik. Jadi, saya mohon kita semua hati-hati melihat ini,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam jumpa pers bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin seusai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Senin (8/11/2021) awal pekan ini.
Galang kewaspadaan
Tren kenaikan kasus ini semakin perlu diwaspadai karena ada indikasi mulai masuknya varian baru AY.4.2 yang sudah ditemukan di Malaysia. Luhut menyebut varian baru AY.4.2 ini 15 persen lebih ganas dari varian Delta dan telah menjadi penyebab kenaikan kasus Covid-19 di Inggris.
”Dalam rapat yang dipimpin Presiden siang ini, beliau menyampaikan bahwa kita harus betul-betul hati-hati belajar pengalaman negara-negara Eropa yang mengalami lonjakan kasus harian yang cukup besar akibat lalainya masyarakat menerapkan protokol kesehatan,” tutur Luhut menambahkan.
Terkait kewaspadaan terhadap ancaman varian baru ini bukan tidak mungkin nantinya ada perubahan menyangkut waktu karantina. ”Varian Delta AY.4.2 menurut saya harus kita waspadai. Jadi, bukan tidak mungkin nanti kalau orang datang dari luar, kita bisa lakukan, mungkin karantinanya naik jadi 7 hari. Ini juga tidak tertutup kemungkinannya. Jadi, jangan nanti dikatakan bolak-balik. Tidak sama sekali. Kita sangat hati-hati,” ujar Luhut.
Dalam rapat yang dipimpin Presiden siang ini, beliau menyampaikan bahwa kita harus betul-betul hati-hati belajar pengalaman negara-negara Eropa yang mengalami lonjakan kasus harian yang cukup besar akibat lalainya masyarakat menerapkan protokol kesehatan.
Proses pengambilan keputusan pemerintah, lanjut Luhut, berbasis data dan pembacaan data. ”Dengan membaca data ini, karena pengalaman kita sudah cukup, sekarang kami sangat confidence, kita cukup jernih melihat ini. Jadi, saya mohon teman-teman di luar jangan punya pikiran saat ini tidak konsisten. Pemerintah itu jauh dari (ketidakkonsistenan) itu. Kami sangat konsisten, yang tidak konsisten itu adalah penyakitnya,” kata Luhut.
Luhut menegaskan, pemerintah akan tetap konsisten menghitung pergerakan manusia dan kenaikan kasus seperti halnya taktik ketika memberlakuan operasi militer. ”Kalau ada nanti saudara atau kita yang pengin keluarganya kena lagi atau sendiri kena, ya, silakan leha-leha. Kalau saya, tidak mau. Saya akan tetap tegas mengatakan kita akan menyesuaikan atau antisipasi perilaku dari Covid-19 ini,” ucapnya.
Kemampuan menyampaikan pesan secara jelas dan efektif kepada publik dibutuhkan di tengah pandemi Covid-19. Menengok beberapa bulan terakhir, kita dapat menyaksikan sejumlah ikhtiar yang dilakukan berbagai pihak untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan dan mau divaksin.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Indonesia Berkontribusi dalam Vaksinasi Setengah Penduduk Dunia
Presiden Jokowi pun mengharapkan program vaksinasi dapat memperlambat, mengurangi, dan menghilangkan penyebaran Covid-19. Di berbagai kesempatan, Kepala Negara terus mengajak seluruh masyarakat selalu menerapkan protokol kesehatan, terutama pemakaian masker.
”Saya juga ingin terus mengajak kita semua untuk ke mana pun selalu—utamanya—selalu memakai masker. Memakai masker. Memakai masker,” kata Presiden Joko Widodo saat meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bagi pelaku usaha perdagangan di Thamrin City dan Grand Indonesia, Jakarta, Senin (3/5).
Pun halnya Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang mengajak warga memperkokoh diri dengan iman, imun, aman, dan amin agar terlindung dari wabah virus korona. Menurut Wapres Amin, dalam situasi seperti saat ini, semua orang masih harus berjuang bersama menghadapi pandemi Covid-19.
Baca Juga: Akronim ”Gus Iwan” dan Pesan Kontekstual di Tengah Pandemi
Terus melawan Covid-19
Juru bicara pemerintah untuk Covid-19 dan duta adaptasi kebiasaan baru, Reisa Broto Asmoro, Rabu (16/6), menuturkan bahwa pemakaian masker merupakan cara jitu untuk melawan atau mengurangi risiko penularan Covid-19 secara umum, termasuk varian barunya. Hal ini mengingat virus tersebut menular melalui droplets. Namun, masker yang dipakai mesti masker yang ampuh menangkal droplets masuk ke tubuh melalui rongga mulut dan hidung.
Baca Juga: Pakai Masker Cara Jitu Lawan Covid-19
Masker yang ampuh menangkal droplets dan paling direkomendasikan adalah masker medis yang sudah memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan. ”Kemudian, untuk masker kain, pastikan memakai masker yang terdiri dari minimal tiga lapis. Lapis pertama adalah lapisan kain hidrophilic seperti katun. Lapisan kedua biasanya berupa katun atau juga bisa poliester, dan lapis ketiga atau bagian masker yang paling luar menggunakan lapisan yang sifatnya hidrophobic atau antiair, yakni bisa terbuat dari polipropilen,” kata Reisa.
Di kesempatan lain, dia pun menyampaikan fakta sains yang membuktikan vaksin efektif melindungi kita dari kesakitan berat, perawatan rumah sakit, bahkan kematian. Reisa mengajak masyarakat memahami prinsip program vaksinasi, yaitu melindungi orang Indonesia sebanyak-banyaknya dalam waktu secepat mungkin. ”Sebanyak-banyaknya adalah kata kunci. Vaksinasi harus merata dan harus setara,” ujarnya.
Prinsip program vaksinasi adalah melindungi orang Indonesia sebanyak-banyaknya dalam waktu secepat mungkin. Vaksinasi harus merata dan harus setara.
Senada, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, Selasa (9/11), mengingatkan bahwa situasi pandemi bukan hanya terkait penerapan protokol kesehatan. ”Tetap harus ada tiga hal lainnya, yaitu bagaimana mobilitas dibatasi, kemudian testing atau deteksi dini dilakukan untuk segera mendapatkan kasus positif dan memisahkannya dari masyarakat yang sehat, serta vaksinasi,” katanya.
Pada peringatan Hari Pahlawan ini, kembali kita dapat mengenang peristiwa seputar 10 November 1945 dalam edisi revisi buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams dan diterbitkan Yayasan Bung Karno dan PT Media Pressindo (2011).
”Tanggal 10 November kami melancarkan serangan balasan. Pertempuran yang sengit. Bila seorang prajurit kami tertembak, dua datang untuk menggantikan mereka. Dua gugur, empat orang maju sebagai gantinya,” kata Bung Karno.
Dibakar oleh semangat yang tak kunjung padam untuk kemerdekaan, ujar Bung Karno, penduduk Surabaya bertahan dengan gagah berani hingga tanggal 30 November. ”Dari pertumpahan darah ini, di mana banyak saudara-saudaraku menjadi korban, terbukti bahwa Indonesia tidak pernah menyerah. Kami tidak pernah mau mengalah terhadap kolonialisme kembali. Tidak!” seru Bung Karno.
Gelar pahlawan nasional saat pandemi
Sama seperti Bung Tomo yang pernah berkiprah di dunia jurnalistik, sehubungan dengan peringatan Hari Pahlawan tahun ini, salah satu tokoh yang akan mendapat gelar pahlawan nasional adalah tokoh yang juga pernah menjadi wartawan, yaitu H Usmar Ismail.
Kendati akhirnya lebih banyak berperan di perfilman, di masa setelah Proklamasi, Usmar Ismail pernah mendirikan surat kabar Rakyat bersama dua sahabatnya, Syamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi. Selain itu, di Yogyakarta, Usmar Ismail juga pernah mendirikan harian Patriot dan bulanan Arena. Usmar Ismail juga pernah menjadi wartawan di kantor berita Antara.
Selain Usmar Ismail, Presiden Jokowi juga akan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada tiga tokoh lain dalam peringatan Hari Pahlawan, Rabu (10/11/2021) di Istana Negara, Jakarta. Mereka adalah Tombo Lututu dari Sulawesi Tengah (Sulteng), Sultan Aji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur (Kaltim), dan Raden Arya Wangsakara tokoh Banten. Keempat tokoh ini dinilai sebagai pejuang yang menginspirasi perjuangan untuk Indonesia yang maju dan berdaulat atau untuk membuat kemerdekaan lebih bermakna.
Selain itu, menurut Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD dalam keterangannya pada 28 Oktober 2021, pemilihan kali ini mengutamakan pemerataan kedaerahan. Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur sampai saat ini belum memiliki tokoh pahlawan nasional. Karenanya, tahun ini, anugerah gelar pahlawan nasional diberikan kepada tokoh Sulteng dan Kaltim.
Baca Juga: Pidato Jokowi, Gemblengan Pandemi, dan Semangat Bangkit Kembali
Sama seperti tahun lalu, peringatan Hari Pahlawan tahun ini juga masih berlangsung di tengah cekaman pandemi Covid-19 yang belum usai. Seperti para pendahulu negeri ini yang enggan dikalahkan penjajah, generasi sekarang pun tak mau dikalahkan musuh berupa virus Covid-19 yang telah mengentak bumi dengan pandemi.
Tak terbantahkan, perjuangan melawan Covid-19 masih panjang dan membutuhkan peran semua pihak untuk bersama mengatasinya. Kejelasan pola komunikasi dalam menangani pandemi, penerapan ketat protokol kesehatan, kebijakan mobilitas yang terukur, dan penyuksesan vaksinasi jadi keniscayaan dalam perjuangan memenangkan perang melawan Covid-19.