Pidato Jokowi, Gemblengan Pandemi, dan Semangat Bangkit Kembali
Saat memberikan pidato kenegaraan pada 16 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo mengibaratkan pandemi Covid-19 seperti kawah candradimuka. Pandemi telah menguji, mengajarkan, dan sekaligus mengasah kita.
Saat menyampaikan pidato kenegaraan pada 16 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo mengibaratkan pandemi Covid-19 seperti kawah candradimuka. Pandemi telah menguji, mengajarkan, dan sekaligus mengasah kita. Olehnya kita dipacu untuk berubah, mengembangkan cara-cara baru, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos ketidakmungkinan.
Di dalam dunia pewayangan, merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, candradimuka adalah kawah di kayangan. Candradimuka menjadi kiasan tempat penggemblengan diri pribadi supaya kuat, terlatih, dan tangkas. Sementara itu, cerita wayang mengisahkan kawah Candradimuka sebagai tempat penggemblengan Tetuka, yakni nama kecil Gatotkaca.
Sebuah pustaka klasik, Sedjarah Wajang Purwa, yang dikumpulkan Hardjowirogo (1955), menggambarkan bayi Gatotkaca yang dimasak sebagai bubur dan diisi segala kesaktian itu akhirnya menjadi berurat kawat, bertulang besi, dan berdarah gala-gala (cairan ter atau campuran damar). Gatotkaca pun dapat terbang di awan, duduk di atas awan yang melintang. Kecepatan terbangnya di awan ibarat kilat dan liar sebagai halilintar.
Baca juga : Presiden Jokowi: Pandemi ibarat Kawah Candradimuka yang Mengasah Bangsa
Saat ini pandemi Covid-19 pun menggembleng umat manusia di penjuru dunia, termasuk kita di Indonesia. Pandemi yang telah setahun lebih melanda Indonesia menimbulkan duka mendalam. Secara akumulatif, berdasarkan laman covid19.go.id yang diakses Selasa (24/8/2021), sebanyak 127.214 orang di Indonesia meninggal dunia akibat penyakit ini.
Beberapa waktu lalu, Juni-Juli 2021, layanan kesehatan di beberapa daerah juga nyaris lumpuh ketika terjadi lonjakan kasus Covid-19 di negeri ini. Raung sirene ambulans, antrean untuk masuk rumah sakit, dan deretan orang mencari oksigen menjadi gambaran-gambaran suram di saat penularan Covid-19 melonjak signifikan.
Baca juga : Kapasitas Rumah Sakit Hampir Penuh
Pemerintah pun menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat sejak 3 Juli 2021 yang kemudian disusul PPKM sesuai level. Selanjutnya, saat memberikan pernyataan terkait perkembangan PPKM, Senin (23/8/2021) malam, Presiden Jokowi mengatakan bahwa sejak titik puncak kasus pada 15 Juli 2021, kasus konfirmasi positif terus menurun.
”Dan sekarang sudah turun sebesar 78 persen. Angka kesembuhan secara konsisten juga lebih tinggi dibandingkan penambahan kasus konfirmasi positif selama beberapa minggu terakhir. Hal ini berkontribusi secara signifikan terhadap penurunan keterisian tempat tidur (BOR) nasional yang saat ini berada pada angka 33 persen,” ujar Presiden Jokowi.
Terkait hal tersebut, Kepala Negara menyatakan, wilayah Jawa dan Bali, seperti di wilayah aglomerasi Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi, Bandung Raya, Surabaya Raya, dan beberapa wilayah kota/kabupaten lainnya, sudah bisa berada pada PPKM level 3 mulai 24 Agustus 2021. Dengan melihat mulai membaiknya beberapa indikator, pemerintah akan mempertimbangkan untuk menyesuaikan secara bertahap beberapa pembatasan kegiatan masyarakat.
Baca juga : Level PPKM Sejumlah Daerah Diturunkan, Presiden: Tetap Jaga Kewaspadaan
Penyesuaian tersebut antara lain tempat ibadah diperbolehkan dibuka untuk kegiatan ibadah maksimal 25 persen kapasitas atau maksimal 30 orang. Restoran juga diperbolehkan makan di tempat dengan maksimal 25 persen kapasitas, dua orang per meja, dan pembatasan jam operasi hingga pukul 20.00.
Pusat perbelanjaan dan mal diperbolehkan buka sampai pukul 20.00 dengan maksimal 50 persen kapasitas dan penerapan protokol kesehatan secara ketat yang diatur lebih lanjut oleh pemerintah daerah. Industri berorientasi ekspor dan penunjangnya dapat beroperasi 100 persen, tetapi apabila menjadi kluster baru Covid-19 akan ditutup selama lima hari.
Penyesuaian atas beberapa pembatasan kegiatan masyarakat ini dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat dan penggunaan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat masuk. ”Dalam beberapa hari terakhir, saya melihat cakupan vaksinasi juga terus meningkat dan saat ini 90,59 juta dosis vaksin sudah disuntikkan,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin agar sampai akhir Agustus 2021 Indonesia harus bisa mencapai penyuntikan lebih dari 100 juta dosis vaksin. Keterlibatan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI dalam melakukan pelacakan (tracing) turut berkontribusi terhadap peningkatan angka rasio kontak erat.
Prokes dan vaksinasi
Menurut Presiden Jokowi, perbaikan situasi Covid-19 saat ini tetap harus disikapi hati-hati dan penuh kewaspadaan. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat tetap harus dilakukan tahap demi tahap seiring dengan peningkatan protokol kesehatan, pengujian (testing) dan pelacakan yang tinggi, serta cakupan vaksinasi yang semakin luas. Hal-hal tersebut perlu dilakukan agar pembukaan kembali aktivitas masyarakat tidak berdampak pada peningkatan kasus.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio berpendapat, kewaspadaan dibutuhkan agar jangan sampai kemudian terjadi lagi lonjakan kasus Covid-19 ketika ada pelonggaran atau penurunan level PPKM. ”Kita harus tetap berjaga-jaga. Ketika (level) diturunkan dari 4 ke 3, lihat dulu perkembangannya. Ketika, misalnya, pada level 3 kasus meledak, harus segera ditahan sehingga ledakannya tidak sedahsyat Juni-Juli 2021,” kata Agus.
Menurut Agus, hal yang juga mesti menjadi perhatian adalah mendisiplinkan seluruh komponen untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Demikian pula penting untuk meningkatkan vaksinasi dan memperbaiki data demi mengefektifkan penanganan kasus Covid-19.
Baca juga : Presiden Jokowi Instruksikan Penyiapan Isoter di Daerah
Terkait angka kematian yang masih tinggi di beberapa wilayah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan bahwa Presiden Jokowi dalam arahannya meminta secara khusus untuk segera dilakukan pengecekan dan intervensi di lapangan.
Salah satu penyebab tingginya angka kematian adalah masih enggannya masyarakat melakukan isolasi terpusat sehingga terjadi perburukan ketika melakukan isolasi mandiri yang menyebabkan mereka terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah terus mengajak dan mengimbau masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 agar dapat segera masuk ke pusat-pusat isolasi yang telah disiapkan pemerintah dan dijamin pula obat-obatan, tenaga kesehatan, dan makanan. ”Izinkanlah saya juga menyampaikan bahwa positif Covid-19 bukanlah aib yang harus ditutupi. Mari cegah sedini mungkin supaya kita, tentunya, bisa saling menjaga dan terhindar dari pandemi ini,” katanya.
Luhut menuturkan bahwa penyesuaian yang dilakukan beberapa minggu belakangan ini telah berdampak pada kenaikan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Hal ini terdeteksi dari indeks komposit mobilitas Google yang meningkat cukup signifikan.
Positif Covid-19 bukanlah aib yang harus ditutupi. Mari cegah sedini mungkin supaya kita bisa saling menjaga dan terhindar dari pandemi ini. (Luhut Binsar Pandjaitan)
Menurut Luhut, di satu sisi hal ini menunjukkan pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat berjalan cepat. Namun, di sisi lain, peningkatan mobilitas masyarakat berpotensi meningkatkan penyebaran kasus. Jadi, semua pihak mesti berhati-hati.
Pemerintah telah menerapkan uji coba protokol kesehatan dan penggunaan aplikasi PeduliLindungi sebagai sarana screening (penyaringan, penapisan) untuk mengurangi penularan Covid-19 di tempat publik dan keramaian, seperti mal, pusat perbelanjaan, dan tempat olahraga luar ruang, serta pabrik-pabrik industri.
”Secara keseluruhan, total masyarakat yang melakukan screening aplikasi PeduliLindungi telah mencapai 5,9 juta orang sampai kemarin. Ada 12.450-an orang di antaranya tidak diperkenankan masuk atau melakukan aktivitas oleh sistem. Sistem dan mekanisme ini sangat penting agar kita bisa menekan laju penambahan kasus pada saat aktivitas masyarakat meningkat,” kata Luhut.
Luhut menambahkan, pemerintah juga akan mendorong penggunaan aplikasi PeduliLindungi—yang saat ini baru digunakan di sektor penerbangan—bagi seluruh moda transportasi, baik di kereta api, bus umum, kapal, maupun penyeberangan. ”Di tempat-tempat itu akan kita taruh juga pos-pos vaksinasi untuk memberikan vaksin kepada orang yang belum divaksin,” ujarnya.
Inspirasi dan motivasi
Kembali ke pidato kenegaraan 16 Agustus tahun ini, Presiden menyampaikan bahwa krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. ”Kalau bisa, kita hindari. Tetapi, jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari,” katanya dalam Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR-DPD di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta.
Presiden Jokowi yang pada kesempatan itu mengenakan baju adat Baduy, Provinsi Banten, menuturkan bahwa api memang membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. Kalau terkendali, api menginspirasi dan memotivasi. Api menyakitkan, tetapi sekaligus juga menguatkan. ”Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan diri dalam menghadapi tantangan masa depan,” ujarnya.
Baca juga : Presiden Jokowi: Krisis, Resesi, dan Pandemi Itu seperti Api
Kepala Negara mengatakan, pandemi memberikan beban berat dan penuh risiko kepada kita. Kita dipaksa untuk menghadapi dan mengelolanya. Semua pilar kehidupan kita diuji. Semua pilar kekuatan kita diasah. ”Ketabahan, kesabaran, ketahanan, kebersamaan, kepandaian, dan kecepatan kita, semuanya diuji dan sekaligus diasah,” kata Presiden Jokowi.
Ujian dan asahan, menurut Presiden, menjadi dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Bukan hanya beban yang diberikan kepada kita, kesempatan untuk memperbaiki diri juga diajarkan kepada kita. Tatkala ujian itu terasa semakin berat, asahannya juga semakin meningkat. ”Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, yang kokoh, dan yang mampu memenangkan gelanggang pertandingan,” kata Presiden Jokowi.
Berpuluh tahun silam Bung Karno pun menggelorakan semangat rakyat Indonesia dengan pidato heroik yang diperkuat gaya pengulangan atau majas repetisi: ”Digembleng, hampir hancur lebur, bangun kembali. Digembleng, hampir hancur lebur, bangun kembali. Hanya dengan jalan demikianlah kita bisa menjadi suatu bangsa yang benar-benar bangsa otot kawat balung wesi (bertulang besi).”
Digembleng, hampir hancur lebur, bangun kembali. Digembleng, hampir hancur lebur, bangun kembali. (Soekarno)
Adalah wajar menginginkan menjadi bangsa yang setiap kali digembleng dan hampir hancur lebur akibat tekanan keadaan seberat apa pun dapat selalu bangkit kembali. Hal ini berlaku pula di masa kini saat pandemi Covid-19 mengentak dan mengguncang berbagai sendi kehidupan. Kita bersama, sebagai bangsa, mesti bangkit dari cekaman dan tekanan pandemi.