Presiden Jokowi: Vaksin dan Prokes untuk Akhiri Pandemi Covid-19
Vaksinasi dan protokol kesehatan diyakini sebagai syarat untuk menekan laju penularan Covid-19 sekaligus mengakhiri pandemi penyakit yang disebabkan virus korona baru atau SARS-CoV-2.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat segera mendapatkan vaksin sembari tetap mematuhi protokol kesehatan. Kedua hal tersebut, yakni vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan atau prokes, dibutuhkan agar bangsa Indonesia dapat segera mengakhiri pandemi Covid-19.
Ajakan tersebut disampaikan melalui akun Instagram resmi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Senin (19/6/2021). Mengawali ajakannya, Presiden Jokowi menuliskan, ”Vaksin apa yang terbaik untuk menghadapi Covid-19? Jawabannya sederhana: vaksin terbaik adalah vaksin yang sudah tersedia dan paling cepat Anda dapatkan.”
Presiden Jokowi pun kemudian menyampaikan ajakannya. ”Mari segera dapatkan vaksinasi seraya tetap mematuhi protokol kesehatan. Hanya dengan itulah kita bersama-sama dapat mengakhiri pandemi ini,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Mari segera dapatkan vaksinasi seraya tetap mematuhi protokol kesehatan. Hanya dengan itulah kita bersama-sama dapat mengakhiri pandemi ini.
Sebelumnya, Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Langsung dan Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, Jumat (16/7/2021), mengatakan, sejauh ini sudah sekitar 56 juta dosis vaksin yang disuntikkan. Perinciannya, penerima dosis pertama vaksinasi orang sebanyak 40.450.396 orang dan penerima vaksinasi dosis kedua 16.450.396.
”Target total vaksinasi kita saat ini pada angka 208 juta,” kata Siti Nadia pada diskusi publik bertajuk ”PPKM Darurat, Ekonomi Melambat” yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (Indef) secara daring, Jumat, akhir pekan lalu.
Siti Nadia menuturkan, ketersediaan vaksin akan terus didorong, sampai Desember 2021, supaya Indonesia dapat memperoleh 426,8 juta dosis vaksin. Pemerintah akan melakukan beberapa upaya negosiasi, termasuk secara bilateral, untuk penambahan vaksin tersebut. Vaksinasi merupakan salah satu strategi mengatasi lonjakan kasus.
Semakin banyak infeksi pada suatu populasi, maka kemungkinan mutasi virus semakin meningkat. Mutasi adalah suatu cara virus beradaptasi. ”Setiap dia (virus) menemukan rumah barunya, yaitu manusia, dia pasti melakukan penyesuaian pada manusia. Itulah yang menjadi penyebab terjadinya varian atau mutasi dari virus tersebut,” katanya.
Terkait laju penularan di masyarakat, varian Delta dua kali lipat lebih menular dibandingkan SARS-CoV-2, varian asli yang pertama kali muncul di Wuhan, China. ”Kalau yang orisinal (virus di Wuhan) itu 2,4-2,6 kali. (Varian Delta) Ini 5-8 kali, makanya orang cepat sekali tertular dalam waktu yang singkat. Hal ini menjadi tantangan bagi kita untuk segera mengatasi laju penularan,” ujarnya.
Upaya mengatasi laju penularan dapat ditempuh dengan mengurangi mobilitas. Percepatan testing (pengujian) untuk mendapatkan orang yang sakit dan memisahkannya dengan orang yang sehat juga diperlukan untuk mencegah penularan.
Mutasi berpotensi membuat vaksin less-efficient, tetapi bukan inefficient. ”Walaupun ada beberapa informasi (bahwa mutasi) bisa menurunkan efikasi, tapi tetap WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) mengatakan bahwa vaksin yang ada sampai saat ini masih sangat efektif untuk Covid-19, apa pun juga termasuk variannya,” ujar Siti Nadia.
Siti Nadia menuturkan, semakin banyak orang yang divaksinasi, maka semakin berkurang penularan virus. Semua orang pun diajak menjadi agen edukasi untuk keluarga dan lingkungan sekitar.
Masyarakat diminta menggunakan masker dengan benar jika terpaksa keluar rumah dan saat menjalani isolasi mandiri, yakni masker ganda (double mask) atau masker setara N95. Masyarakat juga mesti sering mencuci tangan dengan sabun. ”Segera lakukan vaksinasi. Jangan percaya hoaks dan jangan sebarkan hoaks,” kata Siti Nadia.
Peneliti Centre for Health Economics and Policy Innovation Imperial College Business School, Dian Kusuma, pada diskusi daring yang sama, menuturkan, perluasan vaksinasi dibutuhkan untuk menekan kasus, menekan hospitalitation (mengurangi rumah sakit yang penuh), dan menekan jumlah kematian. ”Namun, dalam hal vaksinasi ini juga perlu dipastikan, (bahwa) kita mempunyai vaksin yang efektif terutama terhadap varian Delta yang kita tahu, mayoritas (yang di) Indonesia itu varian Delta sekarang,” ujar Dian.