Kisah Pilu di Balik Kecelakaan Truk di Sleman
Kecelakaan truk di Sleman yang menewaskan enam orang, Jumat (3/9/2021) malam, mengungkap kisah pilu. Sebagian besar korban kecelakaan itu merupakan warga satu dusun yang sedang berjuang mengembangkan obyek wisata.
Kecelakaan truk bermuatan batu di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menewaskan enam orang, Jumat (3/9/2021) malam, mengungkap kisah pilu. Sebagian besar korban kecelakaan itu merupakan warga dari satu dusun yang sedang berjuang mengembangkan obyek wisata di wilayah mereka.
Puluhan warga berkumpul di Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Jumat pukul 22.30. Mereka mengelilingi sebuah truk yang terguling di pinggir jalan.
Kaca depan truk tersebut pecah. Bemper bagian depan rusak parah. Beberapa meter dari lokasi truk itu tampak bangunan pagar rumah warga yang juga rusak parah. Bangunan pagar dari batu dan semen itu tampak hancur sebagian.
Tak berapa lama, datang truk derek ke lokasi tersebut. Beberapa pekerja turun dari truk derek dan memasang rantai ke truk yang terguling. Perlahan-lahan, truk tersebut ditarik sehingga bisa kembali berdiri. Truk itu lalu dipindahkan ke lokasi lain.
Sekitar dua setengah jam sebelumnya atau pukul 20.00 malam itu, truk tersebut mengalami kecelakaan tunggal. Di dalam truk tersebut terdapat 11 orang, termasuk sopir dan kernet. Sebagian penumpang berada di bak bagian belakang truk.
Di bak truk itu juga terdapat batu-batu yang diambil dari area pertambangan batu di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo. Area pengambilan batu tersebut berada di wilayah perbukitan, tak jauh dari obyek wisata Tebing Breksi sehingga jalan di wilayah itu cukup terjal.
Baca juga: Korban Meninggal akibat Kecelakaan Truk di Sleman Bertambah Jadi 6 Orang
Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Kepolisian Resor Sleman Inspektur Satu Galan Adi Darmawan menuturkan, kecelakaan terjadi saat truk tersebut turun dari area pengambilan batu. Saat berjalan turun, rem diduga tak berfungsi sehingga truk tidak bisa dikendalikan.
”Pada saat jalan menurun, (pengemudi) truk tidak bisa mengendalikan kemudi karena rem blong menurut informasi sementara,” ujar Galan saat diwawancarai di lokasi kejadian, Jumat menjelang tengah malam.
Galan memaparkan, setelah kehilangan kendali, truk itu kehilangan keseimbangan sehingga terbalik dan terseret turun. Sesudah itu, truk menabrak pagar rumah warga yang terbuat dari batu dan semen. Setelah menabrak pagar, truk terseret turun dan akhirnya berhenti di dekat gapura.
Akibat kejadian tersebut, kata Galan, lima orang tewas di lokasi. Dia menyebut, saat truk menabrak pagar rumah warga, ada dua penumpang yang terlempar dan akhirnya meninggal di depan pagar. ”Tiga korban lainnya meninggal karena mengalami luka berat di kepala akibat benturan saat terempas dari truk dan terkena batuan,” tuturnya.
Baca juga: Diduga Rem Blong, Kecelakaan Truk Pengangkut Batu di Sleman Tewaskan 5 Orang
Selain lima orang yang tewas di lokasi kejadian, ada enam orang lain yang mengalami luka-luka sehingga kemudian dibawa ke rumah sakit. Namun, salah satu korban luka itu kemudian meninggal di rumah sakit. Oleh karena itu, hingga Sabtu (4/9), total korban meninggal dalam kecelakaan tersebut menjadi enam orang, sementara lima orang lain masih dirawat di rumah sakit.
Menurut Galan, kebanyakan korban meninggal itu merupakan penumpang yang berada di dalam bak truk. Sementara itu, sopir dan kernet truk dilaporkan mengalami luka-luka. ”Banyaknya korban meninggal karena banyak warga yang menumpang di atas kendaraan yang bermuatan batu tersebut,” ujarnya.
Penyelidikan
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah DIY Komisaris Besar Yuliyanto mengatakan, sopir truk itu hanya mengalami luka lecet. Meski begitu, hingga Sabtu pagi, polisi belum memeriksa sang sopir karena dia masih shock. Pemeriksaan kepada korban luka-luka lain juga belum dilakukan.
Yuliyanto menambahkan, kepolisian masih menyelidiki untuk membuktikan apakah ada dugaan kelalaian atau tidak dalam peristiwa itu. ”Kecelakaan lalu lintas itu, kan, penyebabnya macam-macam. Ada human error (kesalahan manusia), ada karena jalan, dan sebagainya. Nanti dari penyidik akan menyimpulkan,” tuturnya.
Baca juga: Dua Penumpang Tewas dalam Kecelakaan Mobil Bak Terbuka di Tegal
Menurut Yuliyanto, berdasarkan informasi sementara, sopir truk itu baru dua kali mengemudikan truk bermuatan melewati jalan di sekitar lokasi kejadian. Oleh karena itu, ada kemungkinan sang sopir belum terlalu mengenal medan wilayah tersebut. ”Ada kemungkinan karena tidak terlalu mengenal medan sehingga bisa saja yang bersangkutan kecelakaan,” ujarnya.
Selain itu, Yuliyanto belum bisa memastikan apakah kondisi truk tersebut layak jalan. Untuk membuktikannya, harus ada pemeriksaan dari instansi yang terkait. ”Sampai sekarang, kan, belum diperiksa,” katanya.
Sebagian besar korban kecelakaan truk tersebut merupakan warga Dusun Daraman, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY. Kepala Dusun Daraman Syamsul Arifin menuturkan, dari 11 orang yang berada dalam truk naas itu, 8 orang di antaranya berasal dari Dusun Daraman. Ini termasuk satu orang anak yang berusia sekitar 8 tahun.
Sampai Sabtu siang, anak itu masih dirawat di rumah sakit. Namun, ayah sang anak meninggal di lokasi kecelakaan. ”Anak itu adalah putra dari salah satu korban yang meninggal di tempat. Anak itu ikut bapaknya naik truk karena dia memang dekat dengan bapaknya,” kata Syamsul saat ditemui di Dusun Daraman, Sabtu siang.
Selain 8 orang dari Dusun Daraman, 1 penumpang truk berasal dari Dusun Kwasen, Desa Srimartani. Adapun sopir dan kernet truk itu disebut merupakan warga Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman.
Sebelas orang itu berangkat naik truk untuk mengambil batu-batu di area pertambangan batu di dekat obyek wisata Tebing Breksi.
Syamsul menuturkan, dari 6 korban yang meninggal,5 orang di antaranya merupakan warga Dusun Daraman. Empat dari lima warga itu meninggal di lokasi kejadian, sementara satu orang lain meninggal di rumah sakit. Kelimanya telah dimakamkan pada Sabtu.
Sementara itu, satu korban lain yang meninggal di lokasi kejadian merupakan warga Dusun Kwasen. Namun, jenazahnya dimakamkan di daerah asalnya di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Pengembangan wisata
Menurut Syamsul, pada Jumat malam, 11 orang itu berangkat naik truk untuk mengambil batu-batu di area pertambangan batu di dekat obyek wisata Tebing Breksi. Batu-batu tersebut merupakan batu kapur yang telah dipahat menjadi berbentuk kotak. Menurut rencana, batu-batu itu akan dipakai untuk pengembangan obyek wisata Mbulak Umpeng di Dusun Daraman.
Mbulak Umpeng tak lain obyek wisata yang dikembangkan warga Daraman sejak tahun 2020. Di obyek wisata itu terdapat sejumlah warung kuliner yang menyajikan aneka menu, di antaranya nasi jagung, tiwul, lotek, soto, dan kupat tahu.
Di depan warung-warung itu terdapat hamparan sawah sehingga wisatawan yang datang bisa menikmati sajian kuliner sambil melihat pemandangan. Tiap Sabtu-Minggu, obyek wisata tersebut didatangi ratusan wisatawan yang sebagian besar merupakan pesepeda.
Menurut Syamsul, batu-batu itu akan digunakan untuk membuat tempat duduk di Mbulak Umpeng. Beberapa waktu lalu, pengelola Mbulak Umpeng sebenarnya telah membuat tempat duduk dari batu-batu serupa yang juga dipesan dari area pertambangan di dekat Tebing Breksi.
Untuk menghormati para korban, Mbulak Umpeng akan ditutup sementara.
Namun, karena jumlah tempat duduk dinilai masih kurang, pengelola Mbulak Umpeng kembali memesan batu-batu dari tempat yang sama. ”Pada Jumat malam, kami mendapat informasi bahwa pesanan batu itu sudah jadi. Makanya, sejumlah warga lalu berangkat naik truk untuk mengambil batu-batu itu,” tutur Syamsul.
Jumlah batu kapur yang diambil Jumat malam itu sebanyak 30 buah dengan harga Rp 50.000 per buah. Meski jumlahnya tidak banyak, bobot batu-batu itu tergolong berat karena merupakan batuan kapur murni. ”Panjang batu itu bisa 1 meter lebih, beratnya mungkin lebih dari 50 kilogram. Satu batu diangkat dua orang saja sulit,” kata Syamsul.
Syamsul menambahkan, untuk menghormati para korban, Mbulak Umpeng akan ditutup sementara. Para pengelola juga akan melakukan evaluasi terkait peristiwa tragis yang baru saja terjadi. ”Kami akan koordinasi dengan teman-teman pegiat wisata sebaiknya buka lagi kapan,” tuturnya.
Kepala Desa Srimartani, Mulyana mengatakan, para korban yang meninggal itu merupakan pejuang pariwisata di Dusun Daraman. Mereka merupakan orang-orang yang aktif mengembangkan dan mengelola aktivitas wisata di Mbulak Umpeng. ”Para korban ini adalah pejuang destinasi wisata. Kami menghaturkan apresiasi terhadap kerja mereka selama ini,” katanya.
Mulyana menuturkan, selama ini, para korban itu telah bekerja keras untuk mengembangkan Mbulak Umpeng. Kerja keras mereka tak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga bagi banyak warga lain. Hal ini karena aktivitas wisata di Mbulak Umpeng juga memberi manfaat pada banyak warga Dusun Daraman.
Baca juga: Isu Laten Wisatawan Tertipu Harga Kuliner di Malioboro
”Saya menyaksikan mereka bekerja siang-malam dan bahkan sampai pagi untuk membangun obyek wisata ini. Di masa pandemi ini, kan, pekerjaan sulit. Jadi, mereka menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan orang lain,” ungkap Mulyana.
Kini, para pejuang wisata dari Dusun Daraman itu telah berpulang. Namun, jasa-jasa mereka dalam mengembangkan wisata di Mbulak Umpeng akan terus dikenang dan memberi manfaat bagi banyak orang.