Ikhtiar Melindungi Generasi Penerus dari Pandemi
Di tengah kondisi Sumatera Selatan yang kian kritis, anak menjadi kelompok yang cukup rentan tertular atau menulari virus Covid-19. Terbukti, jumlah anak yang terkonfirmasi positif di Sumsel melonjak cukup signifikan.
Di tengah kondisi Sumatera Selatan yang kian kritis, anak menjadi kelompok yang cukup rentan tertular atau menulari virus Covid-19. Terbukti, jumlah anak yang terkonfirmasi positif di Sumsel melonjak cukup signifikan dalam dua minggu terakhir. Vaksinasi pada menjadi salah satu langkah jitu dalam melindungi mereka dari dampak buruk pandemi.
Dengan menggunakan masker dan masih menenteng jaketnya, Dany Canes Rajaro Hutasoit (17) mengikuti program vaksinasi di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, Sabtu (10/7/2021). Dia tidak sendiri tetapi ditemani adik dan sepupunya yang juga mengikuti program serupa. Sehari sebelumnya, ibunya telah mendaftarkan mereka bertiga untuk mengikuti vaksinasi. Pada hari yang sama, ada ribuan anak dengan rentang usia 12-17 tahun yang ikut serta.
Beragam tahapan diikuti. Mulai dari menjalani pengukuran berat dan tinggi badan, pemeriksaan kondisi tubuh (skrining) baik tekanan darah, suhu tubuh, dan riwayat kesehatan. Setelah semua tuntas, Dany yang merupakan siswa dari SMA Xaverius II Palembang ini, bersiap untuk divaksinasi.
Jika ada anak yang terpapar Covid-19 itu dipeluk oleh neneknya. Tentu nenek akan rentan tertular. Risiko inilah yang mesti kita hindari. (Silvia Triratna)
Pandangannya tajam ke depan, tidak tampak rasa takut di wajahnya. Walau memang tak sedikit pun ia menoleh ke jarum suntik yang tertancap di bahunya. ”Ada sedikit pegal setelah disuntik, tetapi semua baik-baik saja,” ujar Dany setelah disuntik sembari menjalani observasi.
Dany sudah lama menunggu program vaksinasi ini karena ia khawatir bisa tertular, apalagi kini situasi pandemi di Sumsel kian ganas. ”Setelah divaksin, saya merasa sedikit lebih aman,” ujarnya. Dia berharap, dengan vaksinasi ini, rencana belajar tatap muka dapat segera terealisasi. ”Bosan rasanya belajar daring terus,” kata Dany.
Harapan serupa juga dirasakan oleh Fais Rizaldi Fahsa (13) yang turut mengikuti program vaksinasi. ”Ketika mama suruh untuk vaksinasi, saya ikut,” ujarnya.
Tidak hanya Rizald, kedua saudara kandungnya juga divaksinasi. Awalnya anak kedua dari tiga bersaudara ini memang takut disuntik, tetapi setelah menjalaninya, rasa cemas itu kian pudar. ”Ternyata disuntik itu tidak sakit,” ujarnya polos.
Satu harapannya adalah situasi di Palembang bisa normal kembali agar dirinya dapat belajar dan berkumpul lagi dengan kawan yang sudah lama tak jumpa.
Baca juga: Kasus Melonjak, Kapasitas BOR di Palembang Kritis
Rasa lega setelah divaksinasi juga dirasakan oleh Yanuardi (44), ayah Rizaldi. Menurut dia, vaksinasi adalah salah satu cara untuk melindungi ketiga anaknya. Dirinya dan istri sudah divaksin lebih dulu. Ketika program vaksinasi untuk anak digelar, tanpa pikir panjang dia pun langsung mendaftarkan ketiga anaknya itu.
”Dalam kondisi seperti ini, tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga. Setidaknya semua anggota keluarga saya yang tinggal serumah sudah divakasin,” ujar Yanuardi.
Menurut dia, anak merupakan kaum yang rentan karena dalam keseharian mereka kerap kali bertemu banyak orang utamanya teman sebaya. ”Dengan menjalani vaksinasi diharapkan mereka akan lebih terlidungi,” kata Yanuardi.
Kasus meningkat
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumsel Silvia Triratna menyampaikan peningkatan kasus konfirmasi Covid-19 di Sumsel, ternyata berbanding lurus dengan tingkat kerawanan pada anak. Risiko itu sudah terlihat dari jumlah anak yang terpapar Covid-19 terus meningkat dalam dua minggu terakhir. Pada Rabu (7/7/2021) jumlah anak yang positif di Sumsel mencapai 148 anak atau lebih tinggi dibandingkand dengan seminggu sebelumnya yang sekitar 111 anak.
”Angka tersebut merupakan jumlah yang terdata. Saya yakin yang tidak terdata pasti lebih banyak lagi,” ujarnya.
Melihat fenomena ini, vaksinasi pada anak memang menjadi prioritas. Karena anak tidak hanya berisiko terpapar, tanpa disadari mereka juga bisa menjadi pembawa virus (carrier) bagi keluarga terdekat. ”Jika ada anak yang terpapar Covid-19 itu dipeluk oleh neneknya. Tentu nenek akan rentan tertular. Risiko inilah yang mesti kita hindari,” katanya.
Karena itu, menurut Silvia, vengan vaksinasi, risiko anak terpapar Covid-19 di Sumsel bisa ditekan. ”Kalaupun pada akhirnya mereka terpapar dampak yang ditimbulkan tidak terlalu parah,” ujarnya.
Berdasarkan situs Sumsel Tanggap Covid, tercatat dari 31.147 orang yang terkonfimasi positif Covid-19 di Sumsel, sekitar 2.463 orang di antaranya adalah anak di bawah 15 tahun. ”Ini membuktikan, semua masyarakat di segala usia pun rentan tertular covid-19,” ujar Silvia.
Oleh sebab itu, peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mengingatkan anaknya agar tetap menjalani protokol kesehatan secara ketat sehingga risiko penularan dapat diminimalisasi.
Silvia pun mengapresiasi langkah pemerintah untuk tidak menggelar pembelajaran tatap muka di daerah zona merah dan oranye. Kalaupun di zona kuning atau hijau diadakan tatap muka, harus memastikan semua sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah memadai bagi anak dan guru untuk menjalankan protokol kesehatan dengan benar.
Kendalanya kini hanya pada pasokan vaksin yang masih terbatas. (Lesty Nurainy)
Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Riza Pahlevi mengatakan, melihat situasi pandemi yang semakin mengkhawatirkan pihaknhya memutuskan untuk menunda belajar tatap muka terutama di daerah zona merah dan oranye. Tujuannya agar risiko penularan tidak meluas. Kalaupun pembelajaran tatap muka dilaksanakan di daerah zona kuning dan hijau, pihak sekolah harus memastikan agar semua tahapan dapat dilakukan dengan sesuai dengan protokol kesehatan dan atas persetujuan orangtua murid.
Sebelumnya pakar mikrobiologi dari Universitas Sriwijaya Yuwono berpendapat, pembelajaran tatap muka sebenarnya bisa dilakukan asal dilakukan di tempat yang tepat. Misalnya di tempat terbuka dengan sirkulasi udara serta sinar matahari yang cukup dan memadai. ”Yang terpenting, mereka yang datang baik guru maupun siswa harus dalam keadaan sehat,” katanya.
Perlindungan
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy mengatakan, antusiasme masyarakat Sumsel untuk mengikuti program vaksinasi cukup baik. Dari sekitar 1,5 juta dosis vaksin yang dikirim oleh Kementerian Kesehatan sekitar 1,1 juta dosis vaksin sudah terserap.
”Vaksin yang tersisa saat ini hanya untuk penyuntikan kedua,” katanya. Antusiasme serupa juga terlihat pada orangtua yang mendampingi anaknya untuk mengikuti vaksinasi.
”Kendalanya kini hanya pada pasokan vaksin yang masih terbatas,” ungkapnya. Namun, ujar Lesty, pihaknya berupaya untuk terus mengusulkan penambahan pasokan vaksin di Sumsel sehingga kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi.
Langkah ini dilakukan agar Sumsel segera mencapai fase kekebalan komunal (herd immunity) sehingga tingkat penularan dan kesakitan bahkan kematian akibat Covid-19 di Sumsel dapat ditekan. Saat ini, kondisi penularan covid-19 di Sumsel terus melonjak. Dalam empat hari terakhir, kasus positif tidak pernah kurang dari 250 kasus setiap harinya. Angka positivity rate di Sumsel juga terus meningkat dan kini sudah menyentuh angka 36,37 persen.
Kasus harian di Sumsel pernah mencapai puncaknya pada Rabu (7/7/2021) dimana kasus Covid-19 di Sumsel mencapai 358 kasus positif per hari. Ini merupakan yang tertinggi sepanjang pandemi. Lonjakan kasus ini membuat kapasitas keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) rumah sakit di Palembang mencapai 89 persen sementara untuk di Sumsel sudah 77 persen.
Untuk mengantispasi lonjakan, ujar Lesty, dirinya sudah menyiapkan tempat tidur tambahan sebanyak 100 unit di Wisma Atlet Jakabaring bagi mereka yang terpapar Covid-19 dengan gejalan ringan atau sedang. ”Harapannya agar beban di rumah sakit dapat berkungan,” kata Lesty.
Baca juga: Beli Panik, Warga Palembang Mulai Buru Tabung Oksigen
Direktur RSUP Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Bambang Eko Sunaryanto mengatakan, hingga saat ini, dari 177 kamar rawat inap yang tersedia di RSMH sekitar 75 persen sudah terisi. Adapun 26 tempat tidur di instalasi gawat darurat (UGD) juga sudah penuh. ”Ini disebabkan oleh tingginya lonjakan kasus Covid-19 di Sumsel terutama dalam dua minggu terakhir,” katanya.
Dalam jangka waktu tersebut, ujar Bambang, setidaknya ada 10-15 pasien baru yang masuk ke RSMH per hari. Jauh lebih tinggi dibanding dengan periode sebelumnya di mana rata-rata kedatangan pasien sekitar 7 orang per hari. ”Bahkan rata-rata orang meninggal akibat Covid-19 di rumah sakit ini mencapai 2 orang-4 orang per hari,” katanya.
Karena itu, sebagai rumah sakit rujukan utama, lanjut Bambang, pada akhir Juli 2021, kamar inap dan IGD akan ditambah menjadi sekitar 300 kamar. Agar tidak terjadi penumpukan, jangka waktu rawat inap pun akan dikurangi dari 14 hari menjadi 10 hari.
”Dan yang dirawat di RS ini adalah mereka yang bergejala sedang dan berat. Adapun yang bergejala ringan bisa dirawat di tempat isolasi yang disediakan oleh pemerintah atau instansi lain,” katanya.
Baca juga: Kasus Meningkat, Risiko Penularan Covid-19 di Pintu Masuk Sumsel Tinggi
Namun, yang utama kali ini ujar Bambang, adalah mempercepat vaksinasi agar risiko kesakitan bahkan kematian terutama pada anak bisa diminimalisasi. Khusus pada hari anak kali ini, ada 1.100 anak yang divaksinasi. Selanjutnya, vaksinasi akan terus berlangsung dengan kapasitas 400 dosis per hari.
”Saat ini, masih ada 6.000 dosis vaksin yang tersedia. Harapannya semua dapat divaksinasi sehingga penularan Covid-19 di Sumsel dapat ditekan,” kata Bambang. Perlindungan bagi anak menjadi hal yang utama karena mereka adalah generasi penerus bangsa.