Beli Panik, Warga Palembang Mulai Buru Tabung Oksigen
Stok oksigen di beberapa toko kesehatan di Palembang, Sumsel, mulai langka. Banyak warga yang membeli tabung oksigen untuk persiapan di rumah. Permintaan isi ulang oksigen pun meningkat hingga tiga kali lipat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Ketersediaan oksigen dan tabungnya di sejumlah toko kesehatan di Kota Palembang, Sumatera Selatan, mulai langka. Tak hanya untuk kebutuhan pasien, banyak warga membeli tabung oksigen karena beli panik (panic buying), sekadar untuk persiapan mereka di rumah. Adapun permintaan isi ulang oksigen meningkat hingga tiga kali lipat.
Hal ini, di antaranya, terjadi di toko alat kesehatan Graha Medika di Jalan Jenderal Sudirman, Palembang, Selasa (6/7/2021). Pegawai Graha Medika, Yulia (30), mengatakan, tiga hari terakhir, pihaknya tidak lagi menjual tabung oksigen ukuran 1-1,5 kubik. ”Stok tabung oksigen sudah habis terjual,” ucapnya.
Yulia tidak meyangka pemesanan tabung oksigen sedemikian tinggi. Biasanya pembelian tabung oksigen tidak pernah lebih dari tiga tabung per hari. Namun, stok oksigen sebanyak 30 tabung habis dalam waktu tiga hari. ”Banyak warga yang membeli sebagai persiapan jika terjadi lonjakan kasus Covid-19,” ucapnya.
Di toko tersebut, harga tabung oksigen sekitar Rp 1,5 juta untuk ukuran 1 kubik. Harga ini tidak naik dibandingkan harga normal. ”Kami tidak berani meningkatkan harga karena satgas selalu memantau perkembangan harga,” ujarnya.
Tidak hanya penjualan tabung, lanjut Yulia, pengisian oksigen juga meningkat pesat. Biasanya, dalam satu hari, dia mengisi sekitar 15 tabung. Namun, saat ini permintaan isi ulang melonjak hingga 40 tabung per hari. ”Harga pengisian tabung sekarang Rp 30.000 per 1 kubik, sedangkan untuk 1,5 kubik Rp 45.000,” katanya.
Sampai saat ini, ujar Yulia, kebutuhan masyarakat masih terpenuhi. Belum ada antrean panjang seperti yang terjadi di Pulau Jawa. ”Saya berharap kondisi di Palembang masih terkendali,” ujarnya.
Kenaikan permintaan oksigen juga terjadi di toko kesehatan Amifah Medica. Tri (31), pegawai toko Amifah, mengatakan, sejak tiga hari lalu, tabung oksigen sudah habis terpesan. Padahal, saat itu stok masih 50-60 tabung.
Rata-rata yang membeli adalah orang yang melakukan isolasi mandiri di rumah. Tidak hanya tabung oksigen ukuran 1 kubik, tabung sekali pakai pun ludes. ”Sekarang kami hanya melayani untuk isi ulang oksigen saja,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang Fauzia menuturkan, kelangkaan tabung oksigen di Palembang terjadi karena fenomena panic buying yang terjadi di tengah masyarakat. Padahal, di level rumah sakit tidak ada kelangkaan oksigen. ”Sampai sekarang kebutuhan pasien masih terpenuhi,” ucapnya.
Fauzia menambahkan, pihaknya telah bekerja sama dengan PT Pusri yang akan memasok oksigen jika terjadi peningkatan kebutuhan di sejumlah rumah sakit di Palembang.
Selain itu, baik rumah sakit maupun puskesmas diharuskan untuk melaporkan kebutuhan oksigen setiap hari agar ketika terjadi kenaikan kebutuhan bisa dipasok segera. Ketersediaan oksigen sampai ke tingkat puskesmas dibutuhkan agar pasien yang memiliki gangguang pernapasan, terutama akibat Covid-19, dapat segera tertangani.
Berdasarkan situs tanggap Covid-19 Sumatera Selatan, hingga Selasa (6/7/2021), kasus konfirmasi positif di Sumsel mencapai 26.432 orang. Sebanyak 15.914 orang di antaranya ada di Kota Palembang. Adapun untuk kasus aktif di Sumsel mencapai 1.960 orang dan 1.018 orang di antaranya adalah warga Palembang.
Sementara untuk tingkat keterisian tempat tidur di Sumsel, dari 1.348 tempat tidur yang tersedia sudah terisi 69 persen.
Adapun di Kota Palembang, dari 1.057 tempat tidur yang tersedia sudah terisi 796 tempat tidur atau 75 persen. Saat ini 18 rumah sakit yang menyediakan fasilitas untuk perawatan Covid-19 di Palembang diminta untuk menambah sekitar 30 persen lagi tempat tidur guna mengantisipasi lonjakan kasus positif Covid-19.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sumsel Ferry Yanuar mengatakan, tingginya kasus penularan di Sumsel disebabkan oleh mobilitas masyarakat dan kemungkinan adanya varian baru virus korona baru penyebab Covid-19. Hanya saja, khusus untuk varian Kappa, sampai saat ini pihaknya masih menunggu konfirmasi dari Kementerian Kesehatan sampel yang mana yang terjangkit virus varian Kappa tersebut.