Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit di Palembang sudah memasuki level kritis, yakni mencapai 85 persen. Bahkan, ruang perawatan Covid-19 di beberapa rumah sakit rujukan sudah penuh.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit di Palembang sudah memasuki level kritis, yakni 85 persen. Bahkan, ruang perawatan Covid-19 di beberapa rumah sakit rujukan sudah penuh. Pemerintah berencana untuk menambah jumlah tempat tidur agar pasien positif dapat segera tertangani.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Palembang Yudhi Setiawan, Jumat (9/7/2021), mengatakan, dari 18 rumah sakit yang menyediakan ruang perawatan Covid-19 tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) sudah menyentuh 85 persen. ”Bahkan beberapa rumah sakit di Palembang sudah penuh,” ucap Yudhi.
Kondisi ini terbilang mengkhawatirkan karena tingkat BOR telah dikatakan kritis jika sudah melebihi angka 60 persen. Lonjakan pasien sangat signifikan, bahkan dalam empat hari terakhir lonjakan BOR di Palembang 18 persen.
Situasi ini muncul lantaran rata-rata harian, kasus positif Covid-19 di Palembang juga meningkat bahkan sudah lebih dari 100 orang per hari. ”Ini sungguh mengkhawatirkan jika tidak dibarengi dengan penambahan tempat tidur,” ucapnya.
Melonjaknya kasus Covid-19 di Palembang, menurut Yudhi, kemungkinan disebabkan oleh menyebarnya virus varian Delta di Palembang. Apalagi pada Januari 2021, salah satu warga Palembang pernah terjangkit varian ini.
Untuk mengantisipasi hal ini, Gubernur Sumsel sudah mengeluarkan surat edaran Nomor 037/SE/Dinkes/ 2021 tentang Kesiapan Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan Dalam Penanganan Covid-19 tertanggal Rabu (7/7/2021). Dalam surat edaran tersebut, Gubernur Sumsel Herman Deru meminta kepada seluruh jajaran dinas kesehatan, termasuk fasilitas kesehatan di Sumsel, untuk menambah ruang rawat inap dan unit gawat darurat.
Ini sungguh mengkhawatirkan jika tidak dibarengi dengan penambahan tempat tidur. (Yudhi Setyawan)
Untuk rawat inap, diharapkan rumah sakit rujukan Covid-19 dapat mengonversi 30-40 persen dari kapasitas rawat inap yang ada. Demikian untuk unit gawat darurat ditambah 15-25 persen dari kapasitas yang telah tersedia.
Setiap daerah juga diimbau untuk membuka tempat isolasi terpusat bagi orang tanpa gejala (OTH) dan warga positif Covid-19 bergejala ringan dan sedang. Tujuannya agar pasien bergejala ringan dan sedang yang sebelumnya menempati rumah sakit bisa dipindahkan ke ruang isolasi terpusat itu sehingga beban rumah sakit dapat berkurang.
Herman berencana untuk menambah ruang isolasi dengan menambah ruang isolasi di wisma atlet dan asrama haji Palembang jiwa sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus. Hingga kini, tingkat BOR di Sumsel sendiri saat ini sudah mencapai 74 persen dengan positivity rate di Sumsel sudah menyentuh angka.
Tidak hanya itu, dalam surat edaran tersebut, dinas kesehatan kabupaten/kota juga diharapkan untuk memantau ketersediaan oksigen setidaknya untuk tiga bulan ke depan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang Fauzia menuturkan, untuk memastikan agar ketersediaan oksigen di rumah sakit terpenuhi, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PT Pupuk Sriwidjaja yang telah berkomitmen untuk membantu perihal oksigen jika sewaktu-waktu diperlukan.
Ahmad Suhaimi dari Humas RSUP Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang mengatakan, tingkat BOR di RSMH kian terbatas bahkan sudah menyentuh angka 80 persen dari 177 kamar yang disediakan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya sudah menyediakan sekitar 166 kamar rawat inap dan unit gawat darurat sebagai ruang tambahan untuk mereka yang membutuhkan perawatan.
Ruang tambahan itu berasal dari pengalihan ruang perawatan untuk pasien non-Covid-19. ”Untuk saat ini pasien Covid-19 memang menjadi prioritas mengingat kemungkinan lonjakan kasus positif masih mungkin terjadi dalam satu minggu ke depan,” ujar Ahmad.