Sejumlah sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai melakukan uji coba pembelajaran tatap muka, Senin (19/4/2021). Pelaksanaan uji coba tersebut bakal dievaluasi dalam waktu dua pekan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sejumlah sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar uji coba pembelajaran tatap muka, Senin (19/4/2021). Siswa yang belum bersedia ikut uji coba ini masih mendapat layanan pembelajaran daring.
Uji coba dilakukan di sembilan sekolah tingkat SMA dan SMK. Sekolah itu adalah SMKN 1 Pajangan dan SMKN 1 Bantul di Bantul, SMAN 1 Gamping dan SMKN 1 Depok (Sleman), SMAN 1 Sentolo dan SMKN 2 Pengasih (Kulon Progo). Selain itu, ada juga SMAN 2 Playen dan SMKN 1 Wonosari (Gunung Kidul) dan SMKN 1 Yogyakarta (Yogyakarta).
”Uji coba ini tentu akan kami evaluasi paling tidak dua minggu atau 14 hari dari uji percontohan ini,” kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY Didik Wardaya di Sleman, Senin.
Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi sebelum sekolah menggelar pembelajaran tatap muka. Dia mengatakan, standar operasional protokol kesehatan, kelengkapan fasilitas pendukung protokol kesehatan, hingga pembentukan satuan tugas Covid-19 tingkat sekolah harus disiapkan lebih dahulu.
Syarat penting lainnya berupa vaksinasi. Guru yang akan melakukan pembelajaran tatap muka harus sudah divaksinasi hingga tahap kedua. Kondisi itu membuat salah satu sekolah yang seharusnya juga melaksanakan uji coba, Senin, mengalami penundaan.
”Jadi, sebenarnya ada 10 sekolah. Namun, satu sekolah, yaitu SMAN 6 Yogyakarta, kebetulan gurunya baru vaksinasi tahap kedua sehingga belum melakukan tatap muka,” kata Didik.
Didik menyatakan, uji coba yang tengah dilakukan nantinya menjadi pertimbangan penting pembelajaran tatap muka di sekolah lainnya. Oleh karena itu, Didik berharap, jangan sampai terbentuk kluster penularan Covid-19 dari pelaksanaan uji coba tersebut. Alasannya, semua pembelajaran tatap muka ditargetkan sudah bisa digelar awal tahun ajaran 2021/2022.
”Dengan uji coba ini bisa terjadi adaptasi kebiasaan baru. Karena, penerapan protokol kesehatan bisa dilakukan anak-anak saat berada di sekolah,” kata Didik.
Didik menjelaskan, satgas Covid-19 dari setiap sekolah bertugas menjamin protokol kesehatan berlangsung ketat. Selain itu, mereka juga akan mendata tempat tinggal siswa dan warga sekolah lainnya guna mengetahui zona penularan Covid-19. Bagi yang tinggal, di zona merah, tidak diperbolehkan beraktivitas di sekolah.
Kepala SMKN Depok 1 Suprapto menjamin protokol kesehatan berlangsung ketat. Alur masuk siswa sudah diatur sedemikian rupa agar jaga jarak dapat diterapkan. Para guru juga disiagakan guna mengingatkan supaya protokol kesehatan yang telah ditentukan bisa berjalan dengan baik.
Siswa, guru, dan warga sekolah lainnya diwajibkan mengenakan masker. Bahkan, sebagian lainnya juga mengenakan pelindung wajah (face shield). Mereka diukur suhu tubuhnya terlebih dahulu sejak masuk dari gerbang sekolah. Di dalam kelas, para siswa duduk dengan jarak 1 meter.
Pembelajaran dibuat dua sif per hari. Sif pertama berlangsung pukul 07.30-10.30 untuk kelas X, sedangkan sif kedua pukul 08.30-11.30 untuk kelas XI. Jam dibuat berbeda agar tidak terjadi penumpukan kerumunan siswa sewaktu masuk ataupun keluar dari sekolah. ”Anak-anak tidak ada jam istirahat. Datang, belajar, langsung pulang sehingga tidak sampai terjadi kerumunan,” kata Suprapto.
Suprapto menambahkan, masih ada sebagian siswanya yang memutuskan tidak mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka tersebut. Jumlahnya sekitar 30 siswa. Alasannya, orangtua khawatir potensi penularan. Mereka tetap difasilitasi lewat pembelajaran jarak jauh. Metodenya berupa pemberian tugas dan konsultasi daring.
Christopher Jagad (15), siswa SMKN 1 Depok, mengatakan, ia terbantu dengan pembelajaran tatap muka. Selama pembelajaran daring, ia kerap kesulitan menangkap penjelasan yang diberikan gurunya. Ia sadar dengan segala potensi penularan sehingga selalu berupaya ketat menerapkan protokol kesehatan.
”Antisipasi saya (agar tidak tertular) selalu menggunakan masker, membawa hand sanitizer, dan pakai face shield,” ujar Jagad.
Nur Hamimah (40), wali murid SMK N 1 Depok, menyatakan, ia tidak mempermasalahkan pelaksanaan belajar tatap muka. Sebab, sekolah sudah menjamin protokol kesehatan diterapkan ketat. Bagi dia, pembelajaran tatap muka dinilai lebih efektif bagi siswa untuk menyerap materi.