Tiga Guru di Sragen Meninggal akibat Covid-19, Kewaspadaan Meningkat
Tiga guru SMAN 1 Gondang meninggal pada waktu berbeda, sejak awal April 2021 hingga akhir pekan ketiga April 2021. Penularan diduga dari keluarga salah seorang guru.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tiga guru di SMAN 1 Gondang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, meninggal dengan status terkonfirmasi Covid-19 pada April 2021. Kendati SMA tersebut bukan sekolah yang menggelar uji coba pembelajaran tatap muka, kejadian itu dijadikan pembelajaran agar penerapan protokol kesehatan di sekolah bisa lebih ketat.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Kota Semarang, Senin (19/4/2021), mengatakan, pihaknya telah mengecek peristiwa itu. SMAN 1 Gondang, Sragen, tidak masuk daftar sekolah yang melakukan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di Jateng. Adapun uji coba PTM tahap I di Jateng berlangsung 5-16 April 2020 dengan diikuti total 140 sekolah di 35 kabupaten/kota di Jateng.
”Saya sudah komunikasikan, guru-guru agar ketat (dalam protokol kesehatan). Yang tidak PTM ini, karena kegiatan agak longgar, saya khawatir mereka piknik, bepergian, dan kumpul-pumpul. Ini membahayakan. (Di Sragen) Beberapa OTG (orang tanpa gejala) berhasil sembuh dan beberapa meninggal. Jadi, hati-hati. Semua belum selesai dan protokol kesehatan harus ketat,” kata Ganjar.
Dari informasi yang dihimpun Kompas, tiga guru SMAN 1 Gondang meninggal pada waktu yang berbeda, sejak awal April 2021 hingga pekan lalu. Penularan diduga dari keluarga salah seorang guru, yang kemudian menular kepada sejumlah guru dan karyawan sekolah itu. Saat dikonfirmasi, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Hari Wuljanto belum memberi respons.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah VI Jateng Suratno mengatakan, meski pembelajaran masih secara jarak jauh, sebagian guru dan karyawan harus masuk ke sekolah. Selain untuk menyelesaikan urusan administrasi, para guru juga mengajar daring. ”Namun, karena ada guru yang meninggal terkonfirmasi Covid-19, layanan administrasi sekolah (di SMAN 1 Gondang) sementara dihentikan selama 14 hari dimulai pada Senin (12/4/2021),” katanya, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (19/4/2021).
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Aziz mengatakan, sebelum uji coba PTM, guru memang tetap ke sekolah secara bergantian dengan persentase 50 persen. Menurut dia, potensi penularan Covid-19 bisa terjadi di mana-mana, termasuk sekolah. Tak tertutup kemungkinan penularan juga terjadi di sekolah yang sudah melakukan PTM. Penerapan protokol kesehatan pun mutlak dilakukan.
”Untuk mengantisipasi kejadian yang sama, sekolah-sekolah harus semakin meningkatkan kewaspadaan. (Contoh kepatuhan) Harus dari guru dan pengelola sekolah. Jadi, pengelola sekolah bertanggung jawab. Prosedur PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) mikro, sesuai zona, juga harus diterapkan,” kata Aziz.
Sementara itu, terkait sekolah-sekolah yang melakukan uji coba PTM tahap I di Jateng, Ganjar menilai pelaksanaannya terbilang lancar dan belum ada temuan luar biasa. Namun, ia mewanti-wanti agar para guru memperketat protokol kesehatan.
”Kalau siswa sudah berjalan bagus, hanya yang kami perketat itu gurunya. Saya mohon betul bapak ibu guru untuk memperbaiki. Kadang lupa karena kebiasaan ngobrol berdekatan, maskernya dibuka saat ngobrol, dan mengajar di ruang kelas maskernya dibuka. Saya minta semua guru memperbaiki,” tuturnya.
Adapun uji coba PTM tahap I di Jateng tengah dievaluasi. Namun, dengan hasil yang terbilang baik, menurut Ganjar, ada kemungkinan penambahan sekolah dalam uji coba tahap kedua pada 26 April-7 Mei 2021. Meski begitu, semuanya harus dibahas dengan detail dan matang.
Pemantauan rutin
Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Ari Natalia Probandari, dihubungi dari Semarang, mengatakan, untuk mencegah penularan Covid-19 saat PTM di sekolah, prosedur protokol kesehatan harus diperketat. Apa yang ada dalam ketentuan pelaksanaan uji coba PTM harus benar-benar diimplementasikan.
”Monitoring (pemantauan) dan evaluasi penting. Selama ini sering kali kita tahu, tetapi implementasinya kurang. Hal itu perlu selalu dicek rutin. Juga perlu ada screening (penapisan) secara rutin kepada seluruh unsur di sekolah,” kata Ari.
Selain pihak sekolah, lingkungan dan keluarga juga memegang peranan dalam pencegahan penularan Covid-19. Penggunaan sarana transportasi siswa saat menuju dan pulang harus diperhatikan. Begitu juga ketika sampai rumah, harus segera membersihkan diri dan berganti pakaian. Di tengah kompleksnya situasi, edukasi tidak boleh berhenti.
Pengaturan uji coba PTM, lanjut Ari, perlu benar-benar diatur oleh dinas pendidikan, termasuk jadwalnya. ”Pembelajaran tatap muka saat ini belum bisa seperti sebelumnya (sebelum pandemi Covid-19) sehingga perlu ada pengaturan. Tidak bisa, misalkan, dalam satu kawasan ada beberapa sekolah yang PTM bersamaan. Harus diatur agar tak ada kerumunan,” katanya.
Lebih lanjut, PTM di tengah pandemi Covid-19 akan lebih optimal jika cakupan vaksinasi telah menjangkau semua guru. ”Ketika cakupan vaksinasi belum optimal, potensi penularan Covid-19 masih ada,” ujar Ari.