Impor Beras Berdampak Psikologis terhadap Petani Jateng
Kendati harga tak terdampak, para petani di Demak dan Grobogan berharap pemerintah mengoptimalkan serta menyerap dulu gabah dan beras lokal agar harga tidak anjlok. Adapun Bulog terus menyerap beras dan gabah.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Rencana impor 1 juta ton beras oleh pemerintah tak berdampak langsung pada harga jual gabah para petani di Kabupaten Demak dan Grobogan, Jawa Tengah. Terlebih, masa panen di sebagian besar wilayah tersebut sudah lewat. Namun, mereka tetap berharap pemerintah mendahulukan penyerapan beras lokal sebelum impor.
Berdasarkan pantauan, Jumat (19/3/2021), sebagian besar wilayah pertanian di Demak, antara lain di Kecamatan Demak, Dempet, Wonosalam, dan Kebonagung, sudah selesai panen. Lahan umumnya tengah disiapkan para petani untuk menghadapi musim tanam berikutnya.
Petani asal Desa Solowire, Kebonagung, Demak, Sahil (52), mengatakan, puncak panen di sekitar wilayahnya yakni pada akhir Februari hingga awal Maret 2021. Menurut dia, harga jual gabah kering panen (GKP) pada panen pertama tahun ini relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Itu selaras dengan mutu gabah yang dihasilkan lebih baik.
”Kemarin harga jual berkisar Rp 4.100-Rp 4.200 per kilogram (dengan mesin pemanen/combine harvester), lebih baik daripada tahun 2020 yang di bawah Rp 4.000. Rata-rata petani di sini jual seluruhnya. Jadi, saat ramai kabar impor beras, di sini sudah selesai. Saya dengar di barat (Jateng) yang masih panen dan terdampak,” kata Sahil yang menggarap sekitar 2,1 hektar lahan.
Kendati demikian, Sahil juga khawatir dampak impor bakal ia terima pada masa panen-panen berikutnya. Ia berharap pemerintah mengoptimalkan dan menyerap dulu gabah dan beras lokal agar harga tidak anjlok secara tiba-tiba. Apalagi, masih ada faktor-faktor lain yang bisa memengaruhi harga, seperti cuaca, kualitas gabah, dan produksi yang melimpah.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Demak Hery Sugiartono menuturkan, wilayah di kabupaten itu rata-rata memang sudah selesai panen. Hanya tinggal sejumlah wilayah, seperti sekitar pesisir atau utara jalur pantai utara (pantura) serta bagian paling selatan Demak.
”Namun, secara psikologis, rencana impor beras tetap memberikan dampak. Kami juga berharap manajemen pembukaan irigiasi diperbaiki sehingga panen bisa berurutan dari wilayah hulu ke hilir, tidak serentak. Kalau tertata, saya pikir saat ada isu-isu impor tidak akan terlalu memengaruhi harga,” katanya.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Demak Karsidi juga dengan tegas menolak impor beras. Menurut dia, dari yang sudah-sudah, hal tersebut dapat menghancurkan harga, terutama ketika sedang panen. Ia berharap pemerintah mengambil kebijakan yang berpihak kepada para petani.
Kami juga berharap manajemen pembukaan irigiasi diperbaiki sehingga panen bisa berurutan dari wilayah hulu ke hilir, tidak serentak. (Hery Sugiartono)
Wakil Ketua KTNA Grobogan Hardiono mengemukakan, masa panen di Grobogan lebih dulu ketimbang daerah lain di Jateng. Harga GKP pada panen pertama 2021 berkisar Rp 4.000-Rp 4.500 per kg untuk panen dengan mesin (combine harvester). Sementara panen manual dengan mesin perontok Rp 3.500-Rp 3.800 per kg. Angka itu lebih tinggi sekitar Rp 5.000 dari 2020.
Kendati harga gabah di Grobogan pada masa panen pertama 2021 tak terdampak kabar impor beras, ia tetap berharap pemerintah tak mengambil kebijakan tersebut. ”Kami juga memahami pemerintah ingin memastikan stok ada, tetapi seharusnya Bulog menyerap sebanyak-banyaknya dulu. Waktunya harus tepat,” kata Hardiono.
Diserap
Bulog Cabang Semarang, yang meliputi Kota Semarang dan Salatiga serta Kabupaten Semarang, Demak, Kendal, dan Grobogan, menyerap beras dan gabah dari para mitra sejak awal Maret 2021. Serapan tersebut diperkirakan hingga April 2021 seiring dengan telah selesainya masa panen raya.
Salah satu gudang yang sudah hampir penuh yakni Gudang Bulog, Katonsari, Kecamatan Demak. Berdasarkan pantauan pada Jumat (19/3/2021), sejumlah truk membawa beras untuk dimasukkan ke sejumlah unit gudang. Kepala Gudang Bulog Katonsari Mario Yudhanto menuturkan, pekan ini merupakan puncak kepadatan.
Sementara itu, total kapasitas gudang tersebut yakni 13.500 ton. Selain terisi beras dan gabah yang diserap pada 2021, juga ada ketersediaan di gudang dari serapan sebelumnya. ”Saat ini kami masih sanggup mengisi sekitar 2.000 ton lagi. Kalau sudah full, kami arahkan ke gudang di Kota Semarang,” ujar Mario.
Wakil Pemimpin Perum Bulog Cabang Semarang Novianto Hery Kurniawan menuturkan, pada 2021, pihaknya telah menyerap 3.300 ton setara beras. Ia memastikan serapan beras dan gabah terus dilakukan yang diperkirakan akan berlangsung hingga April 2021. Kapasitas gudang diyakininya akan mencukupi kebutuhan.
Sejauh ini, menurut dia, tidak ada kendala dalam penyerapan. ”Salah satunya karena mutu tahun ini jauh lebih baik daripada tahun lalu. Lewat satuan kerja, kami juga turun ke para petani dan memastikan untuk menyerap atau mengutamakan dulu gabah dari mereka,” ujar Novianto.