Vaksinasi Pemuka Agama Ikut Lindungi Keluarga dan Umat
Telah disampaikan bahwa vaksinasi tidak sakit serta keamanan dan kehalalannya dijamin. Kemudian, vaksinasi juga melindungi orang banyak, termasuk keluarga. Sekarang, para ulama di Jateng pun antusias untuk divaksin.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tokoh lintas agama yang telah mengikuti vaksinasi diharapkan menjadi teladan dalam semangat bersama mencegah penyebaran Covid-19. Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah KH Ahmad Darodji menegaskan, para ulama dan santri di Jateng sudah tidak ragu terhadap keamanan vaksin. Terlebih, vaksin ikut melindungi orang banyak, termasuk keluarga dan umat.
Ketua MUI Jateng mengatakan hal tersebut di sela-sela vaksinasi massal ulama, tokoh lintas agama, dan santri di Auditorium Masjid Agung Jateng, Kota Semarang, Rabu (10/3/2021). Hadir pula Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Kegiatan tersebut ditinjau oleh Presiden Joko Widodo.
Ahmad Darodji yang sudah divaksin beberapa waktu lalu, menuturkan, telah menyampaikan kepada para ulama di Jateng bahwa vaksinasi tidak sakit, serta keamanan dan kehalalannya dijamin. ”Lalu, (vaksinasi) melindungi orang banyak, termasuk keluarganya. Sekarang, para ulama antusiasnya sangat tinggi untuk divaksin,” katanya.
Bahkan, ia telah menerima permintaan agar imam-imam salat tarawih pada bulan Ramadhan mendatang supaya divaksin. Dengan demikian, pelaksanaan salat tarawih diharapkan lebih aman, tetapi tetap dengan pelaksanaan protokol kesehatan.
Para tokoh agama merupakan orang yang banyak bersinggungan dengan umat. Namun, tokoh agama sendiri tak tahu kondisi umat yang bersangkutan sakit atau sehat.
MUI Jateng juga telah menggelar sejumlah pertemuan untuk terus meyakinkan vaksinasi Covid-19, yang nantinya diharapkan bisa diikuti umat atau para santri pondok pesantren. ”Sebetulnya mereka sudah yakin, tinggal dimantapkan. Saat ini, istilahnya, para ulama berebut divaksin. Kami mohon bisa divaksin secepatnya,” kata Darodji.
Ulama asal Yogyakarta, Gus Muwafiq, yang juga divaksin di MAJT pada Rabu, menuturkan, para tokoh agama banyak bersinggungan dengan umat. Namun, tokoh agama sendiri tak tahu kondisi umat yang bersangkutan sakit atau sehat. Sementara, di sisi lain, para tokoh agama harus menerima dengan tangan terbuka.
Oleh karena itu, vaksinasi terhadap para tokoh agama tergolong langkah penting. ”Saya sendiri, begitu dapat kabar mau divaksin, langsung berangkat, padahal tadi masih di Kebumen. Harapan saya, kalau para kiai, tokoh agama, dan panutan sudah divaksin, kan, (umat) tinggal ngikut,” kata Muwafiq.
Perwakilan dari Sangha Agung Indonesia Jateng, Biksu Ditthisampanno, menyampaikan, meski sudah menerapkan protokol kesehatan, vaksinasi akan membuat pihaknya menjadi lebih mantap dan percaya bahwa Covid-19 dapat dilewati. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, pemuka agama hendaknya menjadi teladan bagi masyarakat.
Sementara itu, pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pendeta Indonesia Tjahjadi Nugroho mengatakan, vaksinasi merupakan usaha konkret meningkatkan kekebalan tubuh. ”Jemaat kami sendiri tidak ada yang ragu. Kami selalu menganjurkan untuk ikuti program (vaksinasi) ini. Dengan nantinya semua tervaksin, kita bisa selesai menghadapi pandemi Covid-19 ini,” ucapnya.
Dihubungi terpisah, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang, Romo Edy Purwanto Pr menuturkan, vaksinasi tokoh lintas agama menjadi bermakna simbolik, yakni wujud komitmen bersama melawan Covid-19. Juga untuk meyakinkan seluruh umat beragama bahwa sudah saatnya bekerja dan berjuang bersama.
"(Itu) dilandasi atau dimotivasi oleh penghayatan iman berdasar agama masing-masing, demi kebaikan dan kesehatan seluruh bangsa. Mendukung suksesnya vaksinasi demi kesehatan bersama adalah ekspresi nyata semangat nasionalisme atau semangat cinta bangsa dan tanah air," ujar Romo Edy lewat pesan singkat.
Dilandasi atau dimotivasi oleh penghayatan iman berdasar agama masing-masing, demi kebaikan dan kesehatan seluruh bangsa. (Rpmo Edy Purwanto)
Dalam acara tersebut, 1.000 orang, yang merupakan perwakilan dari seluruh agama, divaksin Covid-19. Namun, hanya sekitar 700 orang yang dilakukan di Masjid Agung Jawa Tengah, sedangkan sisanya di RSUD Tugurejo, Kota Semarang. Sebelum divaksin, dilakukan penapisan, seperti pemeriksaan tekanan darah, kondisi kesehatan, dan riwayat penyakit.
Setelah dari Masjid Agung, Presiden dan rombongan menuju gedung Gradhika Bhakti Praja, Kompleks Kantor Gubernur Jateng, guna meninjau vaksinasi bagi pelayan publik. Sebelum ke Semarang, Presiden menyaksikan vaksinasi bagi pekerja seni di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja di Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta.
Tetap hati-hati
Ganjar menuturkan, meski sejumlah ulama dan tokoh lintas agama sudah divaksin, kegiatan keagamaan harus tetap dilakukan secara hati-hati. Semua harus mempertimbangkan data sains dan peta zonasi risiko Covid-19 di daerahnya.
”Kalau yang kuning atau hijau, mungkin bisa melakukan kegiatan keagamaan dengan protokol kesehatan ketat, tetapi yang merah atau orange tidak dulu. Kalau itu dilakukan, setidaknya (pada) daerah aman, setelah vaksinasi ini besok bisa melaksanakan shalat tarawih dengan sangat terbatas. Itu yang kami siapkan,” kata Ganjar.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga berharap para tokoh lintas agama di provinsi-provinsi lain berbondong-bondong divaksin. ”Kami harapkan semakin hari semakin banyak warga yang divaksin dan ini akan memberikan sebuah herd immunity, memberikan kekebalan komunal. Kami berharap laju penularan Covid-19 bisa dihentikan, bisa dicegah,” katanya.
Menurut data laman Corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan pada Rabu (10/3/2021) pukul 12.00, terdapat 160.117 kasus positif kumulatif di Jateng, dengan rincian 5.961 dirawat, 144.093 sembuh, dan 10.063 meninggal. Ada penambahan 4.826 kasus positif sejak 3 Maret 2021 atau sepekan terakhir.