Jawa Timur Berhati-hati Gelar Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka
Pemerintah Provinsi Jawa Timur memulai uji coba pembelajaran tatap muka di SMA dan SMK, Selasa (18/8/2020). Pelaksanaannya dilakukan hati-hati karena pandemi Covid-19 belum teratasi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur memulai uji coba pembelajaran tatap muka untuk sekolah lanjutan tingkat atas, Selasa (18/8/2020). Uji coba itu diawasi ketat, terbatas, dan hati-hati karena pandemi Covid-19 belum teratasi.
Uji coba akan berlangsung hingga akhir Agustus 2020. Setelah itu, dilakukan evaluasi menyeluruh. Jika hasilnya baik, pembelajaran tatap muka bisa diadakan terbatas di kabupaten/kota dengan risiko penularan wabah Covid-19 rendah.
Uji coba diadakan di 27 daerah dari total 38 kota/kabupaten di Jatim. Pesertanya hanya 18.000 pelajar atau 1,4 persen dari total 1,3 juta siswa SMA, SMK, dan SLB. Daerah yang melakukan uji coba di antaranya Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, Gresik, Lamongan, Pacitan, dan Ponorogo. Selain itu, dilakukan juga di Kota Malang, Madiun, Magetan, Tulungagung, dan Trenggalek.
Sedangkan 11 daerah lainnya belum atau masih dalam tahap koordinasi dengan provinsi. Daerah yang belum mengizinkan uji coba ialah Sidoarjo, Kota Mojokerto, Mojokerto, Blitar, dan Bondowoso. Sedangkan tahap koordinasi masih dilakukan di Kota Surabaya, Kabupaten Kediri, Ngawi, Kota Malang, Kota Pasuruan, dan Jember.
”Pelajar SLTA kami anggap secara fisik prima, berpola pikir mendekati dewasa, serta bisa diminta untuk paham dan disiplin menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19. Uji coba dilaksanakan dengan pembatasan jumlah peserta didik dalam kelas dan waktu belajar-mengajar,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi, di Surabaya, Selasa.
Dalam uji coba, lanjut Wahid, setiap kelas diisi maksimal sembilan pelajar. Jam masuk kelas diatur bertahap, yakni pukul 07.00, 07.15, dan 07.30. Hal ini bertujuan memberikan pemahaman pentingnya jaga jarak fisik kepada peserta didik. Dalam sehari, siswa hanya mengikuti empat jam pelajaran tanpa istirahat. Durasi setiap mata pelajaran adalah 45 menit.
Sebelum masuk sekolah, siswa wajib dicek suhu tubuh, cuci tangan dengan sabun, diberi cairan penyanitasi tangan, dan segera masuk ke kelas. Selama pembelajaran, guru dan siswa memakai masker serta pelindung wajah. Dalam kelas, siswa juga diminta tetap menjaga jarak fisik.
Wahid menambahkan, siswa yang ikut uji coba telah mendapat izin tertulis dari orangtua atau wali. Sekolah yang menjadi lokasi uji coba juga telah mendapat persetujuan dari gugus tugas Covid-19 kabupaten/kota. Selama uji coba, setiap pelajar hanya bisa masuk sekolah dua hari dalam seminggu.
Menurut Wahid, uji coba bersifat lentur. Nantinya, uji coba di kabupaten/kota yang risiko penularannya berubah dari rendah ke tinggi akan dihentikan. Untuk daerah berisiko tinggi dan telah aman serta gugus tugas mengizinkan, uji coba bisa dijalankan dengan pilihan sekolah yang dianggap siap.
”Keputusan apakah pembelajaran tatap muka bisa dijalankan setelah ada evaluasi,” ujar Wahid.
Dari rumah
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo mengatakan, berdasarkan Surat Edaran Wali Kota Surabaya Nomor 800/7311/436.8.3/2020 tertanggal 15 Agustus 2020, guru, kepala sekolah, pegawai di SD serta SMP negeri dan swasta melaksanakan tugas kedinasan di rumah.
Untuk sementara mereka tidak diperkenankan mengadakan kegiatan di sekolah. Mereka juga diminta mengatur jadwal piket pegawai selama masa pelaksanaan tugas kedinasan di rumah. Ketentuan itu berlaku sejak Selasa sampai waktu yang ditentukan selanjutnya.
”Pembatasan kegiatan di sekolah sebagai upaya untuk memutus mata rantai penularan virus korona di Surabaya,” ujar Supomo.
Dua pekan lalu, beberapa SMP negeri dan swasta sudah melakukan simulasi belajar di sekolah. Simulasi diadakan di sejumlah sekolah yang telah mendapat persetujuan gugus tugas Surabaya.
Peserta simulasi terbatas, hanya guru dan pegawai sekolah dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sekolah yang mengadakan simulasi sebelumnya dipastikan sudah menyediakan sarana cuci tangan berikut sabun cair dan membatasi jumlah peserta yang hadir.