Antusiasme Menjajal Dunia Jurnalistik
Dunia jurnalistik ternyata masih dilirik oleh sebagian kaum muda. Bagi mereka, kemampuan menulis masih dibutuhkan untuk mengabarkan hal yang baik dan bijak.

Para calon peserta Magangers Kompas Muda Batch XII mengikuti diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion), Rabu (27/10/2021).
Di era digital, masih banyak kaum muda yang tertarik mendalami jurnalistik media cetak. Antusiasme mereka terbukti dengan banyaknya pelamar yang mengikuti seleksi Magangers Kompas Muda Batch XII. Apalagi, tahun lalu kegiatan Magangers absen karena pandemi.
Dari 800-an pelamar Magangers Kompas Muda Batch XII, tim rekrutmen menyeleksi dan membagi sejumlah peserta selama beberapa sesi. Pekan terakhir Oktober ini menjadi waktu untuk seleksi Magangers, sebutan untuk para peserta, dalam bentuk diskusi grup terpumpun (focus group discussion/FGD).
Calandra Divina Djamil (16), siswi kelas 11 SMA Labschool Jakarta, adalah salah satu peserta yang mengikuti FGD dengan mata berbinar. Setiap pertanyaan dalam diskusi dijawab dengan antusias. Sesekali dia memperbaiki posisi kacamatanya yang melorot saat memaparkan jawaban dengan lancar tanpa terbata-bata.
”Alasan ikut sebenarnya karena tertarik menulis dari SD (sekolah dasar). Dulu sempat ikut kegiatan reporter cilik dengan media lain. Saya juga tertarik memberikan informasi kepada khalayak luas dengan menulis,” ujar Andra mantap saat mengikuti FGD, Rabu (27/10/2021).

Pembawa acara Jeffrey Nayoan memandu acara webinar ”Bijak Bicara di Media Sosial” yang digelar secara daring pada Sabtu (23/10/2021). Acara ini merupakan rangkaian kegiatan Magangers Kompas Muda Batch XII kolaborasi dengan Tanoto Foundation, menghadirkan pembicara Wakil Manajer Media Sosial Harian Kompas Angger Putranto dan Moudy Alveria, Tanoto Scholars 2019 dari Universitas Andalas, Padang.
Meskipun terbilang paling muda, Andra tidak ragu dalam menyampaikan pendapat. Dia menyampaikan beberapa rencana untuk menghadapi masalah-masalah yang ada, mulai dari membagi waktu dengan skala prioritas hingga menghadapi miskoordinasi di lapangan.
”Awalnya deg-degan karena ada kakak-kakak mahasiswa. Takut jawaban aku berbeda dengan mereka yang punya pengalaman lebih banyak. Apalagi aku sudah lama tidak ikut FGD. Tapi aku lebih mendorong diri aku sendiri, dan akhirnya enjoy aja,” ujarnya saat dihubungi terpisah.
Bagi Andra, dunia jurnalistik memiliki daya tarik. Apalagi, dia gemar menulis sejak kecil. Pengalaman awal sebagai peserta program reporter cilik berkembang menjadi menulis cerita pendek dan artikel fiksi lainnya.
Baca juga : Menanti Kos-kosan Bersemi Lagi
”Sekarang suka menulis cerita pendek dan biasanya untuk konsumsi sendiri atau di-posting di Wattpad. Dengan Magangers, aku berharap bisa lebih banyak mendapatkan ilmu dari kakak-kakak Kompas dan peserta lainnya,” tutur Andra.
Meskipun banyak media digital yang beredar di dunia maya, Andra mengaku tetap menyukai koran. Selain memberikan pilihan dalam membaca, dia juga lebih menyukai karakter penulisan koran yang lugas dan jelas.
Walaupun sudah bergerak digital, bukan berarti kita meninggalkan koran.
Bagi Andra, bentuk penulisan yang berbeda dengan media lain membuat koran lebih menarik. Apalagi, sejak kecil orangtuanya suka berlangganan koran dan dia kerap ikut membacanya.
”Walaupun sudah bergerak digital, bukan berarti kita meninggalkan koran. Apalagi, dulu ayah juga suka baca koran Kompas. Jadi, saya suka dengan karakter penulisan di koran dan ingin mendalaminya,” ujar Andra.
Peserta lainnya, Muhammad Wiega Permana, melihat koran sebagai salah satu alternatif pemberi informasi yang terintegrasi. Narasumber berita yang tidak hanya dari satu orang mampu memperdalam tulisan dibandingkan media daring yang lebih cepat.
Baca juga : Wajah Indonesia di ”Board Game”
”Media online lebih terpisah-pisah, tidak terintegrasi, berbeda dengan koran yang bisa menampilkan beberapa artikel dan sumber sekaligus. Jadi, koran cocok dengan orang yang ingin melihat permasalahan lebih dalam,” ucapnya.
Karena itu, dia tertarik mengikuti Magangers Kompas Muda untuk mengasah kemampuan jurnalistiknya. Apalagi, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia angkatan 2020 ini akan memasuki penjurusan perkuliahan dan dia tertarik dengan kajian media.

Peserta berfoto bersama dalam acara ulang tahun ke-13 Kompas Muda di Kompas Institute, Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, Sabtu (15/2/2020). Perayaan ulang tahun bertajuk ”Merayakan Kita” itu diikuti puluhan peserta yang terdiri dari volunter, follower, dan Magangers Kompas Muda berbagai angkatan.
Atur waktu
Dalam seleksi FGD tersebut, beberapa pertanyaan yang diberikan terhadap calon peserta berkutat dengan strategi mereka dalam meliput di tengah pandemi. Masalah jarak yang memengaruhi koordinasi di lapangan hingga membagi waktu di tengah kesibukan lainnya juga menjadi tantangan para reporter muda ini.
Untuk meliput di tengah kondisi pandemi, Wiega akan menggunakan media sosial untuk berkoordinasi dengan rekan-rekan lain. Apalagi, sebagian besar kegiatannya, termasuk kuliah, menggunakan sistem daring.
Baca juga : Tembok-tembok Penyambung Aspirasi
”Harusnya koordinasi menjadi lebih baik karena nanti akan berasal dari sejumlah daerah. Yang penting, jangan membebani tim dan kita semua kerja bareng,” ujarnya.
Menurut Andra, yang terpenting dalam liputan adalah manajemen waktu. Adaptasi terhadap kondisi di lapangan dan mengatur waktu di sela aktivitasnya menjadi hal yang akan dipertimbangkan.
”Aku harus adaptasi supaya tidak kaget nantinya. Kalau ada jadwal yang padat, aku harus menyesuaikan, seperti kegiatan ekstrakurikuler, pembelajaran, dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah,” lanjutnya.

Webinar ”Bijak Bicara di Media Sosial” digelar secara daring pada Sabtu (23/10/2021).
Bijak bersosial
Rangkaian kegiatan Magangers Kompas Muda Batch XII berlangsung hingga Desember 2021. Peserta diseleksi dan dibagi menjadi empat bidang, yaitu reporter, fotografer, videografer, dan desain grafis. Nantinya, keempat bagian ini akan membentuk satu dapur redaksi yang menghasilkan produk jurnalistik.
Para calon peserta juga dibekali dengan pemahaman bijak di media sosial dalam diskusi dan webinar ”Bijak Bicara di Media Sosial” bersama Moudy Alveria, penerima beasiswa Tanoto Scholars 2019 dari Universitas Andalas, Padang. Wakil Manajer Departemen Media Sosial Angger Putranto juga turut dalam webinar dan memberikan pandangannya terhadap kondisi media sosial terkini.
Melihat isu-isu yang viral, Angger berharap peserta webinar lebih bijak menyikapinya. Para peserta juga diminta untuk memahami isu sebelum ikut dalam pusaran berita viral dan tidak asal berpendapat.

Webinar ”Bijak Bicara di Media Sosial” digelar secara daring pada Sabtu (23/10/2021). Acara ini menghadirkan pembicara Wakil Manajer Media Sosial Harian Kompas Angger Putranto dan Moudy Alveria, Tanoto Scholars 2019 dari Universitas Andalas, Padang.
”Cari sesuatu yang benar-benar kamu paham. Media sosial itu ada di bawah kendali kita, jangan sebaliknya,” kata Angger dalam webinar yang diadakan Sabtu (23/10/2021).
Menurut Moudy, berekspresi di media sosial menjadi hak setiap orang, tetapi tetap harus bertanggung jawab. Berkomentar terhadap unggahan orang lain juga sebaiknya dilakukan dengan bijak karena tidak semua orang memiliki sudut pandang yang sama.
Ada yang memanfaatkan kebebasan berpendapat untuk ujaran kebencian. Itu salah mereka yang tidak membatasi diri.
”Ada yang memanfaatkan kebebasan berpendapat untuk ujaran kebencian. Itu salah mereka yang tidak membatasi diri. Padahal, untuk berpendapat memerlukan self control (kontrol diri) karena tidak semua orang punya pendapat sama,” tuturnya.
Para peserta mengikuti webinar dengan antusias. Materi yang disampaikan ditanggapi dengan pertanyaan dan menjadi diskusi yang hangat. Magangers Kompas Muda sudah di depan mata. Selamat bekerja, para reporter muda!