Wajah Indonesia di ”Board Game”
Tema Indonesia yang kaya akan kultur dan tradisi menjadi tema alternatif yang menarik minat para pemain ”board game” dari luar negeri. Dengan permainan papan ini, mereka lebih mengenal Indonesia.

Pengunjung pameran SPIEL \'19 memainkan Toraja, board game bertema kopi karya anak bangsa di Essen, Jerman, Minggu (27/10/2019).
Perancang atau kreator muda permainan papan atau board game Indonesia tidak pernah kehabisan ide. Kekayaan budaya yang tersebar di seantero Nusantara hingga kebutuhan edukasi dan pendidikan karakter menjadi modalnya. Harapannya, permainan papan khas Indonesia bisa mendunia.
Isa Rachmad Akbar (31), Pemimpin Redaksi Boardgame.id, menyadari tema kekayaan budaya Indonesia memberikan warna baru dalam permainan papan. Hal itu juga memberikan kesempatan bagi kreator muda untuk unjuk gigi.
”Bagi masyarakat luar (negeri) ternyata melihat tema-tema Indonesia masih fresh. Mereka sudah jenuh dengan tema robot-robotan dan lebih tertarik dengan tema kultur, seni, hingga makanan khas yang lekat dengan tema Indonesia,” ujar Isa, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (15/10/2021).
Kreator board game asal Bandung ini menyadari hal tersebut saat menjajal permainan buatannya, The Festivals, di Essen, Jerman, Oktober 2018. Kota yang berjarak sekitar 500 kilometer dari Berlin tersebut tengah mengadakan pameran board game terbesar di dunia, Internationale Spieltage SPIEL (Hari Bermain Internasional).
Pameran ini merupakan ajang tahunan dan dianggap menjadi salah satu agenda penting dalam dunia board game. Menurut Isa, perhelatan ini menjadi tempat yang tepat untuk memperkenalkan board game Indonesia di kancah dunia.
”The Festivals sudah diperkenalkan saat SPIEL 2017 dan menjadi permainan yang menjadi highlight (sorotan) dari Indonesia saat itu. Saya baru ikut langsung ke pameran di tahun 2018. Walaupun bukan di highlight saat 2018, The Festivals masih dimainkan oleh pengunjung saat disajikan karena mereka tertarik walau hanya dikeluarkan 2-3 kali per hari,” ujarnya.
Permainan The Festivals ini membawa para pemain berkelana ke seluruh Indonesia yang kaya akan festival kebudayaan. Ada 20 festival dari ujung barat Sumatera hingga ujung timur Papua yang bisa dikunjungi dan bisa dimainkan oleh 2-4 orang.
”Gim ini tentang tourism (pariwisata), mulai dari festival Lembah Baliem dari Papua sampai festival yang ada di Sumatera. Semua berpacu, dulu-duluan ke semua festival,” papar Isa.
Selain The Festivals, permainan lainnya juga mendapatkan perhatian dari para pengunjung. Gerai dari Indonesia yang bertema Archipelageek menarik perhatian bagi mereka penggiat permainan papan. ”Saya ikut langsung bersama tim Indonesia di tahun 2018 dan 2019. Di tahun 2018, kami membawa 24 judul dan sembilan di antaranya bertema Indonesia. Di tahun 2019, ada 20 judul dan 10 di antaranya bertema Indonesia,” ujarnya.
Melihat animo pengunjung ini, Isa berpendapat, board game dengan ide kultur Indonesia sangat diminati. Kesempatan ini seharusnya bisa ditangkap untuk menggeliatkan kreator muda sebagai ide untuk merancang gim dengan tema serupa. Apalagi, Indonesia memiliki banyak tradisi dan kultur yang menarik untuk dijadikan bahan permainan.
”Tema Indonesia jadi tema alternatif buat mereka, apalagi mereka tidak tahu apa pun tentang Indonesia. Jadi, dengan permainan mereka dapat info dan pengetahuan baru tentang Indonesia. Untuk The Festivals, kebanyakan tertarik karena temanya, seakan-akan bisa berkunjung ke Indonesia meski lewat game,” ujarnya.
Tidak hanya kaya tradisi, lanjut Isa, board game juga bisa menjadi wahana edukasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bahkan, permainan papan ini bisa menjalin komunikasi langsung antarpemain yang tidak ditemui di video gim.
”Memang di permainan mobile kita bisa main bareng atau mabar. Tetapi, saat bermain, semua menatap layar. Kalau board game, ada komunikasi langsung, seperti negosiasi atau berdiskusi di tengah permainan,” ujarnya.
Tema pasar
Hery Prasetya (31), Content and Game Manager Hompimpa Book and Games, menciptkan permainan Trash Free yang meraih peringkat ke-3 dalam kompetisi rancang board game bertema Tujuan Pengembangan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG). Perlombaan yang diadakan oleh Asosiasi Pegiat Industri Board game Indonesia ini mengompetisikan 64 judul board game dan berlangsung pada November 2019.

Hery Prasetya (31) berdiri di sebelah gerai permainan board game dalam Pameran Ekraf Mart 2021 di Solo Paragon Mall, Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (16/10/2021).
Permainan papan tersebut mengajak pemain membersihkan ”sampah” yang tersaji kreatif di dalam bidak permainan. Pemain diajak mengenal berbagai jenis sampah yang ada beserta cara pemilahannya.
”Sekarang juga kami sedang mengembangkan board game yang berguna untuk melatih karakter kepemimpinan dan orientasi pemecahan masalah. Nantinya, gim ini akan digunakan oleh biro psikologi tempat saya bekerja untuk kebutuhan klien, seperti assessment dan rekrutmen,” ujarnya.
Salah satu gim yang dirancang ini berjudul Pasar Kramat Djati. Namanya diambil dari salah satu pasar yang ramai di ibu kota Jakarta. Sesuai dengan namanya, setiap pemain harus bisa menjual ”sayur” yang ada di dalam kartu dalam pelelangannya atau mendapatkan sayur sesuai dengan alur permainan.
”Gim ini mengajarkan manajemen risiko dan mengatur strategi. Pemain harus bisa bernegosiasi agar sayurnya bisa terjual atau mendapatkan sayurnya. Terlambat sedikit, sayurnya tidak bisa dijual karena busuk,” paparnya.
Hompimpa Games and Book merupakan perusahaan pembuat board game di Solo. Sebelumnya, lembaga itu bernama Inspira Studio yang didirikan oleh Erwin Jarot Skripsiadi atau Emji pada 2013. Emji merupakan penggiat board game yang aktif di Indonesia. Dia pernah menggelar Board Game Camp 2017 yang mengundang penggiat board game dari seluruh Indonesia untuk bermain bersama di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
”Mulai tahun 2017 itu, kami rebranding jadi Hompimpa, dengan mengangkat budaya Indonesia, seperti The Art of Batik dan Acaraki The Java Herbalist,” kata Emji.
Saat ini, Emji menyerahkan operasional Hompimpa kepada pada kreator muda, salah satunya Hery. Selain menciptakan permainan baru, Hery juga bertanggung jawab untuk mengurasi usulan permainan dari pihak luar Hompimpa.
Kaya ide
Menurut Hery, seperti Pasar Kramat Djati, ada banyak ide yang muncul saat di sekitar masyarakat. Para kreator muda bisa dengan kreatif merancang gim dari tradisi, kebiasaan, hingga kondisi sosial sehingga bisa dimainkan bersama dan menjadi sarana edukasi.

Hery Prasetya (31) menjelaskan permainan board game kepada pengunjung Pameran Ekraf Mart 2021 di Solo Paragon Mall, Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (16/10/2021).
Tidak hanya pemuda, masyarakat juga diharapkan bisa mencoba dan menggemari permainan papan yang bisa dimainkan bersama-sama. Menurut Hery, dengan bermain bersama, keluarga hingga teman sejawat bisa menghabiskan waktu dengan komunikasi yang lebih berkualitas.
Selain itu, dukungan dari pemerintah dan industri juga diharapkan bisa membawa board game Indonesia bersaing dengan negara-negara lainnya. Apalagi, Indonesia memiliki banyak ide, tradisi, dan kondisi sosial yang menjadi modal ide bagi para kreator untuk terus berkarya.
”Kami juga ingin dilirik oleh publisher kelas dunia. Kami bisa mengenalkan Indonesia lewat permainan papan. Kami juga bisa meluruskan pemahaman orang-orang di luar dan memperlihatkan keberagaman yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Menurut Isa, industri board game di Indonesia semakin matang dalam pertumbuhannya. Penerbit dari gim lokal sudah mulai bermunculan dan semakin banyak masyarakat yang tertarik. Meski demikian, stigma masyarakat masih menganggap gim ini hanya untuk mainan anak-anak, padahal board game adalah permainan untuk semua usia dan bisa dimainkan bersama-sama.
”Kami di Boardgame.id juga menyediakan katalog permainan papan lokal. Sudah ada lebih dari 20 judul dan sebagian besar dirancang oleh para kreator muda. Dengan ini, masyarakat juga memiliki banyak pilihan,” ujarnya.
Tidak hanya sampai di sana saja, Isa berharap ada dukungan dari pemerintah dan seluruh pihak untuk mengembangkan industri board game Tanah Air. Permainan papan ini memiliki potensi besar untuk memperkenalkan Indonesia di mata dunia hingga memberikan edukasi kepada para pemainnya untuk menjadi lebih kritis dan kreatif di setiap permainannya.
Interaksi hangat
Hery menganggap board game bukan sekadar permainan untuk kesenangan. Ada interaksi hangat antarpemain yang terjalin di tengah bidak yang bergerak atau kartu yang diangkat.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F20170119SIE07_1634383468.jpg)
Sekitar 42 orang pencinta board game ikut meramaikan Board Game Camp 2017, di Kalisoro, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, 13-15 Januari 2017. Peserta datang dari Solo, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Salatiga. Selain bermain, mereka juga membawa permainan papan ciptaannya sendiri. Foto diambil saat sebelum pandemi.
Saat bermain, komunikasi yang terjalin, mulai dari berbagi cerita, ilmu, bahkan diskusi terkait aturan main mampu meningkatkan interaksi yang berkualitas saat bermain bersama sahabat dan keluarga. Heri merasakan hal tersebut saat orangtuanya kerap mengajak bermain ludo atau ular tangga di sela waktu istirahat malam mereka.
”Dulu waktu saya kecil, bapak dan ibu saya bekerja. Namun, mereka selalu menyempatkan bermain bersama. Saat bermain itulah, ibu sering menanyakan kegiatan saya seperti apa. Dan, komunikasi baik dengan orangtua ini terjalin hingga sekarang,” ujar Hery saat diwawancara secara daring dari Solo, Rabu (13/10/2021).
Heri meyakini, ikatan antara orangtua dan anak ini dapat terjalin dengan bermain. Dia mencontohkan Jerman sebagai negara yang memiliki kultur bermain board game setelah makan malam.
”Setelah meja makan dibereskan, orangtua main bareng anak. Tingkat bonding (ikatan batin) di keluarga jadi cukup tinggi sehingga di Jerman kita jarang mendengar ada orangtua yang ditelantarkan anak-anaknya,” papar lulusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ini.
Hery berharap kebahagiaan ini bisa dirasakan oleh semua orang dengan bermain bersama.

Sejumlah pengunjung mengamati permainan board game dalam Pameran Ekraf Mart 2021 di Solo Paragon Mall, Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (16/10/2021).