Indekos di kawasan kampus mulai ramai. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan hibrida mulai menempati kamar kosnya.
Oleh
Machradin Wahyudi Ritonga
·5 menit baca
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Suasana salah satu kawasan indekos di Gang Melati, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (22/10/2021). Kawasan ini dekat dengan IPB Kampus Cilibende, Kota Bogor.
Setelah lebih dari setahun padam karena pandemi, aktivitas di kampus dan sekitarnya mulai menggeliat. Tidak hanya kampus, kos-kosan yang sempat sepi kembali bersemi. Asa untuk roda ekonomi yang berputar kembali setelah sempat mati di kawasan kampus pun menjadi sangat dinanti.
Salah satu geliat aktivitas mahasiswa terlihat kembali di Jalan Lodaya II, Kota Bogor, Jawa Barat. Di salah satu kawasan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut, puluhan mahasiswa tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Salah satunya Ananda Rizky Raihansyah (20), mahasiswa Teknik Komputer IPB yang tengah berdiskusi dengan beberapa rekannya.
”Ini pertama kalinya saya melihat tempat nongkrong ini ramai. Biasanya sepi. Teman-teman yang ngampus tidak hanya kuliah. Kebanyakan ada kegiatan di kampus,” ujar Raihan saat ditemui, Jumat (22/10/2021) siang.
Raihan menjelaskan, dari 17 jurusan vokasi yang ada di tempat kuliahnya, hanya 12 yang telah mulai pembelajaran hibrida. Selebihnya masih mengandalkan kuliah daring, termasuk jurusannya.
Meski masih kuliah daring, Raihan tetap melakukan kegiatan di kampus. Sebagai organisator, dia memiliki beberapa kegiatan dan tanggung jawab yang tidak bisa ditinggalkan. Selain itu, dia juga sering berkumpul dengan teman satu kelompok tugas akhir semester untuk berdiskusi.
Raihan mengaku lelah ketika harus bolak-balik dari rumahnya di Cileungsi, Kabupaten Bogor, yang berjarak sekitar 43 kilometer dari kampus. Saat pihak rektorat mengumumkan secara bertahap melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, dia pun memutuskan untuk kembali indekos.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Sejumlah mahasiswa bercengkerama di salah satu minimarket sekitar Kampus IPB Cilibende, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (22/10/2021).
Raihan berujar, orangtuanya khawatir saat dia sering berkegiatan di kampus karena pandemi. Namun, karena aktivitas sudah mulai meningkat dan pembelajaran tatap muka mulai diterapkan, meski keberatan, orangtua Raihan akhirnya memberikan izin kepadanya untuk jauh dari rumah.
”Ini semua untuk memangkas jarak karena sekarang sering ke kampus. Kepengurusan saya mau demisioner, jadi bersama teman-teman sering ke kampus. Sekarang juga sedang merancang aplikasi untuk tugas akhir, jadi diskusi dengan yang lainnya di kampus beberapa hari sekali,” ujarnya.
Keputusan untuk kembali indekos juga dilakukan oleh Dede Alamsyah Putra (19). Mahasiswa Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya IPB ini juga kembali indekos setelah kampus mengumumkan akan mempersiapkan perkuliahan hibrida.
Dede memilih melanjutkan indekos di tempat yang lama karena dekat dengan kampus dan tidak perlu memindahkan barangnya. Kos-kosannya hanya berjarak 400 meter, tepatnya di Gang Melati, Jalan Lodaya II, Kota Bogor.
”Waktu kembali ke rumah, barang-barang memang dititipkan di sini. Kos-kosannya cocok untuk orang yang tidak membawa sepeda motor seperti saya. Tidak terlalu jauh dari kampus dan juga tidak perlu repot untuk pindahin barang,” ujarnya.
Mulai ramai
Hal serupa terasa di kawasan IPB Jalan Dramaga, Kabupaten Bogor. Di beberapa sentra aktivitas mahasiswa dan tempat jajanan seperti di Jalan Babakan Raya sudah mulai ramai meski sebagian warung masih tutup.
Beberapa mahasiswa bersama warga sekitar berbaur di jalan yang dikenal sebagai Bara (Babakan Raya) ini. Berjarak kurang dari 1 kilometer dari kawasan kampus, di wilayah ini juga terdapat beberapa indekos yang mulai terisi mahasiswa.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Suasana salah satu kawasan indekos di Gang Melati, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (22/10/2021). Kawasan ini dekat dengan IPB Kampus Cilibende, Kota Bogor.
Salah satunya indekos yang didiami oleh Yota Alfikri Pratama (21) juga mulai dipenuhi mahasiswa. Saat ditemui di IPB Dramaga, Yota menjelaskan, blok bangunan indekos tempat dia tinggal telah penuh oleh mahasiswa.
”Saya tinggal di Blok D, dan itu ada sekitar 20 kamar. Dalam sebulan ini semuanya sudah penuh. Di blok lain juga seperti itu. Semua sudah mulai terisi dalam sebulan terakhir,” ujarnya.
Selain IPB, sejumlah kampus mulai menerapkan kuliah tatap muka dan perkuliahan hibrida setelah setahun lebih melaksanakan aktivitas daring. Melihat perkembangan pandemi yang telah landai, beberapa daerah mulai memberikan izin untuk perkuliahan dalam beberapa pekan terakhir.
Geliat indekos juga mulai terlihat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Faider Manurung (47), pemilik Kos Holong di Jalan Pogung Baru, Kabupaten Sleman, DIY, berkata, indekos yang dia miliki hampir dipenuhi mahasiswa dalam beberapa bulan terakhir.
Dari 10 kamar yang disewakan, delapan kamar telah terisi mahasiswa. Faider berujar, indekos ini tidak jauh dari Universitas Gadjah Mada yang mulai menerapkan pembelajaran hibrida. Sebelumnya, UGM hanya menerapkan kuliah daring di saat pandemi sehingga mahasiswa banyak yang kembali ke daerah masing-masing.
”Di waktu pandemi, kamar yang terisi tidak sampai separuhnya. Yang tinggal hanya mahasiswa yang butuh internet kencang dan kami menyediakannya. Sekarang sudah banyak yang nanya-nanya. Padahal, saya tidak memasang iklan di media sosial, hanya label kamar tersedia dan kontak di depan rumah saja,” ujarnya.
Kembali menggeliat
Kembalinya aktivitas kampus secara langsung ini dirindukan oleh sebagian mahasiswa. Bagi Shofyan Aryf Parasna (18), pertemuan tatap muka memenuhi kebutuhan sosialnya, apalagi berkenalan dan menjalin silaturahmi dengan rekan-rekannya.
”Memang kalau kuliah sekarang masih daring. Tetapi, kalau praktik lapangan sekarang sudah diizinkan, dan di sana saya bertemu dengan beberapa teman yang tadinya hanya bertemu via daring. Itu lebih menyenangkan meski kuliah daring lebih fleksibel,” ujarnya.
Shofyan berujar, sebagian temannya dari luar daerah juga sudah kembali ke Bogor. Meskipun tidak indekos, terkadang dia menggunakan kos-kosan temannya untuk belajar atau sekadar nongkrong.
Salah satu tempat mereka bercengkerama adalah Warung Tawakkal milik Dani (38). Warga Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, ini kembali membuka warung yang menjual minuman, gorengan, serta mi instan ini setelah aktivitas kampus di kawasan itu kembali menggeliat.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Muhammad Arisan (20), mahasiswa UGM, bermain gim untuk membunuh rasa bosan di kala pandemi di indekosnya di Klebengan, Caturtunggal, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (19/6/2020). Ia merupakan salah satu mahasiswa yang tak pulang kampung di masa pandemi.
”Kemarin waktu pandemi saya terpaksa kembali ke kampung. Di sana ngojek dan bekerja serabutan. Di sana juga susah ternyata, motor untuk narik ojek dijual untuk hidup anak dan istri. Saya bingung mau jual apa lagi, jadi saya jualan lagi saja, deh,” ujarnya tersenyum miris.
Kampus yang kembali ramai ini menjadi harapan baru bagi Dani. Warung yang tadinya sepi mulai diisi oleh mahasiswa. Bahkan, di malam hari, warungnya mulai diramaikan anak-anak muda yang melepas penat kuliah dengan nongkrong di tempatnya.
Kos-kosan dan kampus yang mulai aktif ini sangat ditunggu. Mahasiswa, pemilik kos-kosan, hingga penjaga warung langganan para mahasiswa menanti saat kampus dibuka kembali dan pandemi pergi. Semuanya berharap agar bumi pulih kembali.