Kegagalan Mitigasi Picu Jatuhnya Korban Jiwa di Kota Bogor
Longsor menjadi pelajaran pentingnya mitigasi bencana, apalagi Kampung Sirna Sari adalah zona hitam bencana. Sebelumnya, 100 keluarga sudah direlokasi, tetapi ada 18 keluarga yang bertahan dan kemudian terdampak longsor.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Proses evakuasi jenazah Azzam (5) yang ditemukan tertimbun longsor di Kampung Sirnasari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).
BOGOR, KOMPAS — Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi dua korban longsor di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Diketahui, Kampung Sirna Sari masuk zona hitam bencana. Sebanyak 18 keluarga yang terdampak merupakan warga yang memilih bertahan tidak mengikuti relokasi sebelumnya.
Tak lama setelah hujan reda, Kamis (16/3/2023) sekitar pukul 17.00, tim SAR gabungan dibantu dengan alat berat bantuan dari PT KAI menemukan korban, Cucum atau Sumiati (50).
Pada pukul 17.45, korban lainnya juga ditemukan, yaitu Azzam (5), tak jauh dari penemuan korban pertama. Azzam dan Cucum ditemukan di kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan tumpukan material tanah longsor.
Keluarga korban yang melihat Azzam dan Cucum sudah terbungkus kantong jenazah kemudian menangis histeris.
Hingga pukul 21.00, tim SAR dibantu alat berat kembali melanjutkan pencarian dua korban longsor, Kamis (16/3/2023), di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor. Sebelumnya, pada Kamis sore petugas menemukan dua korban.
Sekitar pukul 18.00, tim SAR menghentikan pencarian dua korban lainnya, yaitu Yuli (65) dan Yusuf (8 bulan). Pencarian kembali dilanjutkan sekitar pukul 19.00. Pada pukul 21.00, tim SAR terpaksa menghentikan pencarian.
Dari penemuan itu, korban meninggal menjadi empat orang. Sebelumnya, korban meninggal yang sudah dievakuasi adalah Mustopa (30) dan Al Fandy (2).
Zona hitam dan relokasi
Lokasi longsor di Kampung Sirna Sari merupakan zona hitam atau kawasan rawan bencana karena berada di lintasan Sungai Cisadane dan di bawah tebing yang tidak memiliki dinding penahan tanah.
Pemerintah Kota Bogor sebelumnya sudah merelokasi sekitar 100 keluarga di kawasan tersebut, yang juga digunakan sebagai jalur ganda atau double track Bogor-Sukabumi pada 2020.
AGUIDO ADRI
Sejumlah warga mengungsi di sebuah masjid di SMP Negeri 9, Kamis (16/3/2023). Mereka merupakan warga yang terdampak longsor di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023) malam.
Namun, tidak semua warga direlokasi. Masih ada 18 keluarga yang bertahan. Kini, 18 keluarga itu harus mengungsi karena terdampak longsor.
Cici (44), warga setempat, mengatakan, mereka menolak relokasi karena memiliki sertifikat tanah. Selain itu, mereka tidak menerima ganti rugi yang diberikan pemerintah karena nominal rupiah dirasa sangat kecil sehingga tidak akan mencukupi kehidupan mereka setelah pindah.
Namun, setelah peristiwa longsor pada Selasa (14/3) malam, sejumlah warga akhirnya mau direlokasi ke wilayah lebih aman.
”Takut saat kejadian itu. Kami mau direlokasi, tetapi harus ada kejelasan lokasi dan rumahnya. Kami harap jangan jauh karena kasihan anak-anak nanti pindah sekolah. Kalau harus pindah jauh, mohon dibantu kepindahan anak sekolah,” ujar Siti Nurhayati (35) yang sudah tinggal di kampung itu selama 14 tahun.
Iya itu wilayah rawan. Kami mau pindah. Biar anak-anak juga aman dan tenang.
AGUIDO ADRI
Siti Nurhayati (35), salah satu keluarga yang terdampak longsor di posko pengungsian di masjid SMPN 9 Kota Bogor, Kamis (16/9/2023).
Warga lainnya, Shopia (35), juga memiliki harapan serupa. Ibu tiga anak itu meminta pemerintah tidak membiarkan warga terdampak dan ada perhatian lebih.
”Iya, itu wilayah rawan. Kami mau pindah. Biar anak-anak juga aman dan tenang,” ujar Shopia yang sudah tinggal di sekitar lokasi selama satu tahun itu.
Sebelumnya Shopia dan keluarganya merupakan korban penggusuran atau keluarga yang harus direlokasi di lokasi yang sama, Kampung Sirna Sari. Ia sempat mengontrak dan kembali lagi ke lokasi itu dan tinggal di bekas rumah mertuanya.
”Karena tidak memiliki rumah dan kerap berpindah-pindah, suami mengajak menempati rumah itu. Orangtua, mertua, pindah ke Cibeurem. Jadi, rumah itu kosong dan kami tempati,” ujarnya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Proses evakuasi jenazah Cucum (50) yang ditemukan tertimbun longsor di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, Pemkot Bogor menetapkan tanggap darurat selama dua minggu. Untuk penanganan tanggap darurat itu, Pemkot Bogor sudah mendata dan langsung mengirimkan bantuan kepada warga terdampak. Adapun terkait proses evakuasi warga akan disiapkan hunian di Rusunawa Cibuluh dan Menteng.
Pemkot Bogor akan memberikan edukasi agar warga di sekitar lokasi longsor mau direlokasi ke wilayah yang aman.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto mengatakan, pihaknya sudah berdiskusi dengan Pemkot Bogor terkait solusi jangka menengah dan panjang. Masyarakat yang tinggal di daerah tak layak huni dan rawan bencana longsor akan direlokasi. Hal ini sekaligus sebagai langkah mitigasi bencana.
”Untuk sementara, ada 18 keluarga di situ dan beberapa kepala keluarga di tempat longsor sebelumnya belum direlokasi. Ini pun akan direlokasi di Pamoyanan (Bogor Selatan),” kata Suharyanto.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Tangis keluarga pecah saat proses evakuasi jenazah Cucum (50) yang ditemukan tertimbun longsor di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).
Menurut Suharyanto, lokasi relokasi masih dalam proses perencanaan dan persiapan. Ketika tanah sudah siap, BNPB akan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun rumah relokasi bagi setiap keluarga.
Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto mengatakan, peristiwa di Kampung Sirna Sari menguatkan kesimpulan bahwa beberapa wilayah di Kota Bogor sangat berbahaya untuk ditempati warga karena bencana alam kapan saja bisa terjadi.
Peristiwa longsor itu juga menjadi pelajaran bagi pemangku kebijakan dan warga tentang pentingnya mitigasi bencana karena Kampung Sirna Sari masuk dalam zona hitam. Seharusnya, semua warga sudah direlokasi untuk menghindari timbulnya korban.
”Segera petakan zona hitam, merah, kuning, dan hijau. Untuk tanggap darurat, kami anggap sudah berjalan sesuai harapan. Namun, untuk pascabencana, kita belum maksimal,” kata Atang.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Kereta api Bogor-Sukabumi yang beroperasi dan melintas di lajur rel kereta yang tidak terdampak longsoran di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).
Hal yang belum maksimal itu, lanjut Atang, seperti relokasi yang belum berjalan cepat. Itu menjadi perhatian DPRD Kota dan Pemkot Bogor untuk segera memastikan peta zona bencana agar warga segera dipindahkan.
”Saya kira ini peringatan sangat kuat buat kita semua, pengambil kebijakan, yakni DPRD dan pemkot, agar zona hitam yang sudah dipetakan oleh dinas terkait segera ditindaklanjuti. Sebab, buat apa dipetakan jika tidak ditindaklanjuti,” katanya.
DPRD Kota Bogor akan berkoordinasi dengan Pemkot Bogor agar peta bencana atau zonasi rawan bencana bisa segera diumumkan ke khalayak umum sebagai upaya memantik kesadaran bersama perihal potensi dan mitigasi bencana.
DPRD Kota Bogor juga akan ikut mengawasi masa tanggap darurat agar bantuan kepada warga terpenuhi. Mulai dari bantuan terkait relokasi, dana bantuan selama enam bulan pertama, kesehatan, hingga pendidikan anak-anak harus sampai ke tangan yang membutuhkan.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Petugas SAR gabungan saat menemukan Cucum (50) yang tertimbun longsor di Kampung Sirna Sari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).