Bogor Waspadai Cuaca Ekstrem hingga Akhir Tahun 2022
Kota Bogor, Jawa Barat, dalam posisi tanggap darurat bencana hingga akhir tahun ini. Tercatat dari Juli-14 Oktober 2022 ada 439 bencana di Kota Bogor sehingga mengakibatkan 9 korban jiwa, 70 luka, serta 746 rumah rusak.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bogor, Jawa Barat, mencatat, pada Juli-Oktober 2022 ada 439 bencana. Warga di wilayah Bogor dan sekitarnya diminta waspada dan berhati-hati hingga akhir Desember 2022 karena cuaca ekstrem.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Theofilo Patricinio Freitas mengatakan, berbagai bencana, seperti longsor, banjir, pohon tumbang, dan angin kencang, melanda Kota Bogor sehingga menimbulkan korban jiwa dan luka. Tercatat dari Juli hingga 14 Oktober ada 439 bencana sehingga mengakibatkan 9 korban jiwa, 70 luka, dan 746 rumah rusak.
Theo menjelaskan, rincian korban jiwa itu, 1 orang meninggal akibat longsor di Bogor Barat pada Juli, 1 meninggal karena hanyut di Tanah Sareal pada Agustus, 2 meninggal karena hanyut di Jalan Dadali dan Tegalega pada Oktober, serta 5 meninggal karena longsor di Gang Kepatihan dan Gang Barjo.
”Kita waspada dan hati-hati terhadap cuaca ekstrem. Tanggap darurat bencana hingga akhir tahun. BMKG memprediksi cuaca ekstrem masih akan terjadi hingga Maret atau April 2023. Rumah di bantaran kali dan di daerah kondisi miring harus siaga dan waspada. Kami pun siap siaga terus,” ujar Theo, Kamis (20/10/2022).
Suasana kawasan yang mengalami longsor di Gang Barjo, Kebon Kalapa, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/10/2022).
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Hanafi menuturkan, cuaca ekstrem yang masih akan terjadi pada beberapa bulan ke depan membuat pihaknya mengeluarkan aturan tanggap darurat bencana di lingkungan sekolah.
Dalam aturan itu, Pemkot Bogor mengimbau kepala sekolah untuk memulangkan para pelajar lebih awal ketika kondisi cuaca buruk atau ekstrem. Imbauan lainnya adalah untuk mengurangi kegiatan di ruang terbuka.
”Pelajar pulang lebih awal bisa dengan mengurangi durasi jam pelajaran. Ini hanya berlaku saat kondisi cuaca ekstrem. Oleh karena itu, kami terus pantau prediksi perkiraan cuaca dan kondisi langsung di lapangan,” ujar Hanafi.
Hanafi melanjutkan, imbauan dalam aturan itu karena untuk memperhatikan keselamatan siswa. Jangan sampai para siswa pulang saat cuaca ekstrem atau hujan berintensitas tinggi. Aturan ini juga berlaku di kawasan di pinggiran Sungai Ciliwung.
Anomali di Bogor
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan, terjadi anomali cuaca di Kota Bogor dan sekitarnya. Sepanjang 2022, Bogor tidak mengalami periode kering, terutama pada Juli 2022, padahal di beberapa daerah lain terjadi kemarau. Pada periode Juli itu, ada 80 kejadian bencana di Bogor karena hujan berintensitas tinggi sehingga mengakibatkan longsor, banjir, hingga pohon tumbang.
Sementara itu, pada Agustus dan September, curah hujan masih tinggi. Memasuki Oktober curah hujan semakin tinggi sehingga menimbulkan sejumlah bencana yang lebih besar.
Beberapa bencana yang mendapatkan perhatian, antara lain, longsor di Kebon Kalapa dengan lima korban jiwa. Lalu, peristiwa mahasiswa IPB University yang terseret banjir di Jalan Dadali. Korban ditemukan di sekitar Jembatan Season City, Tambora, Jakarta Barat, atau sejauh radius 80 kilometer dari lokasi kejadian.