Perlu Penanganan Serius Bencana di Kota Bogor
Peristiwa bencana yang menimpa korban jiwa seperti Adzra Nabila tidak hanya meninggalkan duka, tetapi juga hikmah untuk jajaran Pemkot Bogor lebih peka, sigap, dan siaga dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Hujan berintensitas tinggi yang melanda Kota Bogor, Jawa Barat, menyebabkan bencana banjir dan longsor pada Selasa (11/10/2022) dan Rabu (12/10/2022) sehingga menimbulkan total tujuh korban jiwa. Selain itu, setidaknya tercatat ada sekitar 34 titik bencana yang berdampak pada 1.300 warga dan 800 rumah rusak ringan dan berat.
Rentetan bencana seperti longsor di Gang Kepatihan dan Gang Barjo di Kebon Kalapa, Bogor Tengah, dan banjir di Jalan Dadali di Tanah Sareal.
Pada longsor di Gang Kepatihan, Selasa lalu, yang lokasinya tak jauh dari tempat pemancingan, ada 9 warga tertimbun tanah longsor setinggi 15 meter. Dari 9 korban itu, 2 korban mengalami luka serius dan 1 korban meninggal. Korban jiwa tersebut merupakan anggota kepolisian dari Kepolisian Sektor Bogor Tengah atas nama Jefri.
Baca juga: Semua Korban Bencana di Kota Bogor Ditemukan
Di hari yang sama, mahasiswa Institut Pertanian Bogor bernama Adzra Nabila (21) saat itu hendak pulang ke rumahnya di Cilebut Timur, Sukaraja, Kabupaten Bogor, mengalami musibah. Dalam perjalanan melalui Jalan Dadali, Tanah Sareal, Adzra terseret arus banjir lalu jatuh dan masuk ke dalam gorong-gorong sedalam 1 meter. Gorong-gorong tersebut mengalir ke Sungai Cipakancilan, anak Sungai Ciliwung.
Sejak hari pertama kejadian hingga hari kelima, tim SAR gabungan berupaya mencari keberadaan Adzra. Baru pada hari keenam, Adzra ditemukan di aliran Kanal Banjir Barat, sekitar Jembatan Season City, Tambora, Jakarta Barat, Minggu (16/10/2022) pagi. Korban ditemukan pada radius 80 kilometer dari lokasi kejadian di Jalan Dadali.
Kepala Kepolisian Sektor Tambora Komisaris Putra Pratama mengatakan, penemuan jenazah yang diduga Adzra Nabila itu diketahui dari aksesori yang dikenakan. Pihaknya pun langsung berkoordinasi dengan tim Basarnas di Kota Bogor dan BPBD Kota Bogor untuk memastikan jenazah itu adalah korban banjir di Kota Bogor.
”Berdasarkan ciri-ciri baju dan gelang yang dikenakan di tangan kanan korban, diduga kuat bahwa jenazah tersebut adalah korban yang terseret arus banjir di Tanah Sereal, Bogor. Kami bersama Basarnas mengevakuasi korban. Kami sudah berkoordinasi dengan keluarga korban,” ujar Putra, Minggu.
Longsor di Gang Barjo
Hanya selang sehari, Kota Bogor kembali dilanda cuaca ekstrem pada Rabu pekan lalu sehingga menyebabkan banjir lintasan setinggi sekitar 3 meter di Sungai Ciharahas di Tegalega, Bogor Tengah, Banjir ini menyebabkan saung milik Komarudin (66) ikut hanyut. Komarudin yang saat itu sedang menyelamatkan barang-barang ikut terbawa arus deras sungai.
Komarudin baru ditemukan pada Jumat (14/10/2022) sore di Sungai Ciliwung di bawah Kolong Jembatan Juanda, Sukmajaya, Depok.
Peristiwa bencana longsor susulan terjadi di Kebon Kalapa, tepatnya di Gang Barjo pada Rabu lalu. Dari bencana longsor tersebut, ada 8 korban yang tertimbun longsor setinggi sekitar 20 meter. Empat korban di antaranya meninggal, yaitu Cici (57), Simah (75), Iwan (24), dan Dini ( 54).
Cici menjadi korban terakhir yang ditemukan pada Minggu (16/10/2022) sore setelah lima hari pencarian oleh tim SAR gabungan. Cici ditemukan pada pukul 15.00 di dalam reruntuhan sedalam 5 meter.
Penanganan bencana dan siaga
Wali Kota Bogor Bima Arya, Senin, mengatakan, dari rentetan peristiwa bencana yang menimbulkan korban jiwa, perlu ada upaya penanganan komprehensif hingga langkah jangka pendek dan panjang agar bencana alam tidak menimbulkan korban jiwa.
”Di lokasi rawan longsor, seperti di Kebon Kalapa, solusinya harus permanen tidak bisa berulang-ulang seperti ini terus, seperti bom waktu saja. Karena itu, kami berkoordinasi dengan ahli geologi sejauh mana pembangunan di sini. Jika tidak memungkinkan, kami akan relokasi permanen,” ujar Bima.
Bima memberikan instruksi kepada camat, lurah, dan dinas terkait untuk memetakan titik rawan bencana dan jumlah rumah di titik bencana. Data itu sebagai bahan kesiapsiagaan dan rencana merelokasi rumah warga.
Bima menyadari untuk merelokasi warga tidak akan mudah karena belum tentu mereka mau direlokasi. Namun, demi keselamatan dan kepentingan jangka panjang, warga di daerah rawan bencana sangat diharapkan mau direlokasi.
”Seperti di sekitar Kebon Kalapa, ada beberapa rumah yang mutlak harus pindah. Kami carikan lahan dan anggarannya. Pak Gubernur (Ridwan Kamil) juga siap membantu dan kementerian juga pasti membantu. Ini harus dilakukan agar tidak menjadi beban warga dan wali kota berikutnya. Setiap kejadian pasti ada korban, tidak bisa seperti ini. Kami akan prioritaskan warga yang betul-betul darurat (di titik bencana),” ujar Bima.
Bima melanjutkan, peristiwa bencana yang menimpa korban jiwa seperti Adzra Nabila tidak hanya meninggalkan duka, tetapi juga hikmah untuk jajaran Pemerintah Kota Bogor lebih peka, sigap, dan siaga dalam menghadapi cuaca ekstrem. Pemkot Bogor ke depan harus memberikan atensi lebih terkait dengan perlindungan dan keselamatan warga.
Oleh karena itu, lanjut Bima, di masa tanggap darurat hingga akhir Desember mendatang, Pemkot Bogor mengeluarkan tujuh poin siaga bencana. Adapun tujuh poin itu yaitu posko siaga bencana, pembaruan data bencana, percepatan proses penanganan dan pemulihan fisik di titik bencana alam dengan menggunakan alokasi dana biaya tidak terduga (BTT).
Selanjutnya, camat, lurah, dan aparatur wilayah melakukan pemeriksaan dan normalisasi saluran air secara terjadwal; dinas teknis berkoordinasi dengan kepolisian agar mengantisipasi titik rawan kecelakaan melalui pemasangan pagar atau rambu-rambu peringatan; camat dan lurah mendata seluruh rumah tinggal di lokasi rawan bencana; Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kota Bogor menyampaikan data opsi lahan untuk warga yang mau direlokasi.
Bima melanjutkan, dalam upaya mitigasi dan pengecekan siaga di beberapa titik bencana, pihaknya sudah bergerak seperti menormalisasi saluran air di Jalan Regional Ring Road (R3) di Bogor Timur. Begitu pula di Jalan Dadali, Tanah Sareal, sudah terpasang barrier beton.
Lalu, normalisasi di Jalan Temenggung Wiradireja perbatasan Kelurahan Tanah Baru dan Tegal Gundil di Bogor Utara. Di lokasi itu kerap menimbulkan genangan karena ada bangunan yang menutup saluran.
”Sesuai arahan dalam penanganan dan siaga bencana, saya minta seluruh wilayah bergerak untuk menormalisasi aliran sungai. Dari hasil asesmen, titik yang mengalami banjir lintasan disebabkan ada penyumbatan dan pendangkalan aliran sungai sehingga perlu dilakukan normalisasi,” kata Bima.