Beras Bansos yang Dikubur Diduga Bukan dari Kemensos
Beras bantuan sosial yang ditemukan terkubur di Depok, Jabar, diduga bukan dari Kementerian Sosial karena tidak ada stiker yang mengindikasikan hal itu di kemasan beras. Namun, hal ini masih perlu diselidiki.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Sosial menduga beras bantuan sosial yang ditemukan terkubur di lahan warga Kota Depok, Jawa Barat, bukan dari kementerian tersebut. Namun, dugaan ini masih perlu diuji dan diselidiki lebih jauh.
Dugaan tersebut berdasarkan hasil tinjauan lapangan yang dilakukan Kemensos pada 1-2 Agustus 2022. Inspektur Jenderal Kemensos Dadang Iskandar mengatakan, pihaknya menemukan beras, telur, dan tepung di lokasi penimbunan. Beras itu dikemas dalam kemasan berbagai ukuran, mulai dari 5 kilogram hingga 20 kilogram.
Namun, beras bantuan presiden yang disalurkan melalui Kemensos adalah beras 20 kilogram. Kemasan beras pun ditempelkan stiker bertuliskan ”Bantuan Presiden Melalui Kemensos”. Namun, stiker serupa tidak ditemukan pada karung beras yang ditimbun di Depok.
”Diduga iya (bukan bantuan dari Kemensos). Sebab, dalam dokumen kami saat evaluasi terkait bantuan itu ada stiker. Permintaan dari pimpinan waktu itu (bekas Mensos Juliari P Batubara) agar pada karung beras dituliskan Bantuan Presiden Melalui Kemensos, khususnya di beras 20 kilogram. Tadi sudah kami lihat, yang 20 kilogram tidak ada (stikernya),” ujar Dadang di Jakarta, Selasa (2/8/2022).
Kemensos pun mengaku tidak menyalurkan bantuan berupa tepung dan telur. Menurut keterangan yang dihimpun Kemensos dari Perum Bulog, bansos yang disalurkan melalui Bulog tidak hanya berasal dari Kemensos, tetapi juga pihak lain. Bansos itu termasuk gula dan telur. Hal ini menguatkan dugaan bahwa bansos yang dikubur bukan dari Kemensos.
Kendati demikian, dugaan ini masih perlu diselidiki. Menteri Sosial Tri Rismaharini menyatakan, Kemensos sudah berkomunikasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan.
Anggota Satuan Tugas Pangan Badan Reserse Kriminal Polri Kombes Eka Mulyana mengatakan, pihaknya telah menindaklanjuti kasus ini dengan mendatangi tempat kejadian perkara dan meminta keterangan sejumlah pihak. Koordinasi dengan Polres Metro Depok juga dilakukan.
”Akan didalami lebih lanjut apa ada unsur pelanggaran terkait pangan dan pidana lain. Saya minta teman-teman bersabar,” tutur Eka.
Rusak karena hujan
Bansos yang ditemukan terkubur adalah bantuan untuk masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 pada 2020. Kemensos bekerja sama dengan Bulog untuk menyalurkannya. Bulog lantas bekerja sama dengan PT SSI. Kerja sama berlanjut dengan vendor lain, yakni PT DNR dan JNE Express. JNE bertanggung jawab menyalurkan beras ke penerima bansos.
Setelah beras diambil oleh JNE dari gudang Bulog di Pulogadung, Jakarta Timur, hujan turun sehingga beras basah dan rusak. Kerusakan beras disebut sudah diganti oleh JNE.
”Kami masih belum tahu jumlahnya (beras yang diganti). Sampai kemarin malam, kami masih mengumpulkan bukti-bukti, termasuk bukti penggantian dan penyaluran (beras),” kata Risma.
Adapun JNE menyatakan bahwa beras yang ditimbun adalah beras yang sudah rusak. Penimbunan pun sudah sesuai prosedur penanganan barang rusak.
”Terkait dengan pemberitaan temuan beras bantuan sosial di Depok, tidak ada pelanggaran yang dilakukan. Sudah melalui proses prosedur standar operasi penanganan barang yang rusak sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah disepakati dari kedua belah pihak. JNE selalu berkomitmen untuk mengikuti segala prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku apabila diperlukan,” ujar Vice President of Marketing JNE Express Eri Palgunadi, Minggu (31/7/2022).
Sementara itu, Bulog menyatakan, bansos beras itu merupakan program bantuan presiden periode Mei-Juni 2020 yang ditujukan ke sekitar 3 juta warga. Mereka memastikan bahwa beras yang diperoleh penerima bantuan dalam kondisi baik. Ada prosedur standar yang mewajibkan pemeriksaan kualitas beras yang akan keluar dari gudang. Beras diserahkan ke pihak ketiga selaku transporter untuk disalurkan.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengaku tahu kerusakan beras pada periode distribusi Mei-Juni 2020 dari pihak transporter. ”Pihak ketiga sudah menggantinya dengan beras berkualitas baik dan diterima dengan baik juga oleh seluruh warga penerima manfaat. Beras yang rusak tersebut menjadi tanggung jawab pihak ketiga, bukan lagi tanggung jawab Bulog,” katanya.