Tim Khusus Polda Metro Jaya Selidiki Timbunan Bansos Presiden di Depok
Penyelidikan ini untuk menguji kesahihan klarifikasi JNE Express yang menyebut beras bantuan sosial yang ditimbun itu rusak atau basah karena hujan.
Oleh
STEFANUS ATO, AGUIDO ADRI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Metro Jaya, Senin (1/8/2022), menerbitkan administrasi penyelidikan dan membentuk tim khusus guna menyelidiki temuan beras bantuan sosial yang terkubur di lahan warga Kota Depok, Jawa Barat. Penyelidikan ini untuk menguji kesahihan klarifikasi JNE Express yang menyebut beras bantuan sosial yang ditimbun itu rusak atau basah karena hujan.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Endra Zulpan mengatakan, pihak kepolisian Resor Metro Depok, pada Senin, sudah memanggil dan memeriksa perwakilan dari JNE Express dan Kementerian Sosial untuk mengklarifikasi temuan beras bansos yang terkubur di lahan warga. Ada beberapa pengakuan dari pihak JNE yang masih bakal diselidiki lebih dalam oleh polisi.
”JNE bekerja sama dengan vendor, namanya PT DNR. DNR inilah selaku pemegang distribusi beras bansos dari pemerintah kepada masyarakat yang menerimanya untuk wilayah Depok pada 2020,” kata Zulpan, Senin (1/8/2022), di Jakarta.
Dalam kontrak kerja sama antara JNE dan DNR itu, pihak JNE dipercaya menyalurkan bantuan sosial dengan jumlah mencapai ratusan ribu ton. Peran JNE dalam kontrak kerja sama tersebut sebagai jasa ekspedisi yang bertugas mengantar beras bansos kepada warga yang namanya sudah ada dalam daftar penerima bantuan sosial.
Kemensos tidak mengetahui terkait kerja sama Bulog dengan vendor, yaitu PT DNR, apalagi dengan JNE. Ini keterangan yang disampaikan dari Kemensos.
Ratusan ribu ton beras yang sudah jadi tanggung jawab penyaluran oleh JNE itu kemudian diambil pihak JNE ke gudang Bulog di Cakung, Jakarta Timur. Di saat pengambilan beras bansos oleh JNE, ada gangguan dalam perjalanan akibat hujan deras.
”Sehingga beras ini dikatakan dalam kondisi rusak. Beras yang basah itu, menurut JNE, jadi tanggung jawab JNE dan sudah diganti oleh JNE dengan paket lain yang setara,” kata Zulpan.
Polisi, kata Zulpan, masih mendalami pengakuan dari JNE terkait beras yang basah, rusak, dan telah diganti tersebut. Beras yang ditimbun itu, juga disebut sebagai beras yang rusak atau basah. Polisi belum mendapat data terkait jumlah beras yang rusak dan beras yang ditimbun JNE.
”Mereka menganggap beras itu sudah jadi milik JNE karena mereka telah mengganti kepada pemerintah. Keterangan ini belum didukung dengan dokumen. Baru keterangan dalam pemeriksaan. Ini akan kami dalami lagi,” kata Zulpan.
Keterangan Kemensos
Zulpan mengatakan, pihaknya juga telah menggali keterangan dari Kementerian Sosial terkait temuan beras bansos di Depok. Pihak Kemensos, dalam keterangannya kepada polisi, menyebutkan bahwa Kemensos bekerja sama dengan Bulog dalam penyaluran beras bansos.
”Kemensos tidak mengetahui terkait kerja sama Bulog dengan vendor, yaitu PT DNR, apalagi dengan JNE. Ini keterangan yang disampaikan dari Kemensos,” kata Zulpan.
Polisi akan menyelidiki lebih dalam untuk menguji kesahihan keterangan dari JNE dan Kemensos. Proses pemanggilan dan pemeriksaan kembali dijadwalkan untuk dilaksanakan Selasa (2/8/2022). Pemeriksaan pada Selasa besok juga untuk menagih data dan dokumen yang dijanjikan pihak JNE terkait hasil pemeriksaan pada Senin ini.
”Langkah yang kami lakukan, yakni membuat administrasi penyelidikan terhadap kasus ini. Apabila nanti ditemukan unsur-unsur pelanggaran pidana atau korupsi, tentu akan diproses lebih lanjut,” ujarnya.
Polisi, kata Zulpan, serius dalam menyelidiki temuan beras bansos yang terkubur di lahan warga di Kota Depok. Keseriusan itu dibuktikan dengan membentuk tim khusus dari Polres Metro Depok dan Subdirektorat Tindak Pidana Korupsi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya untuk mendalami temuan tersebut.
Tempat parkir
Camat Sukmajaya Ferry Birowo secara terpisah, mengatakan, lokasi temuan beras yang terkubur itu selama beberapa tahun terakhir digunakan sebagai tempat parkir kendaraan mobil boks milik JNE. Namun, selama JNE beraktivitas di sana, tidak pernah ada hal yang mencurigakan.
”Di lokasi penimbunan beras dan di sampingnya ada Jalan Tugu menuju ke kantor kelurahan. Beberapa tahun ini tidak pernah terlihat atau ada aktivitas kendaraan seperti beko digunakan untuk penggalian di lokasi tersebut. Makanya sempat kaget juga tiba-tiba ada Informasi dari pihak Rudi Samin terkait penimbunan beras,” jelas Ferry.
Seperti diketahui, kalau kasus penemuan beras yang ditimbun di lahan warga di Depok ini, pertama kali di laporkan oleh warga bernama Rudi Samin. Dia mengaku mendapat informasi dari orang dalam JNE Express kalau ada bahan pokok yang pernah ditimbun di lahan miliknya di Jalan Tugu Jaya, Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.
”Karena ada informasi dari dalam, ada sembako, saya mulai penggalian. Kami mulai penggalian pertama pada 25 Juli 2022,” kata Rudi, Minggu (31/7/2022).
Penggalian yang awalnya dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia tidak membuahkan hasil. Rudi kemudian melanjutkan penggalian menggunakan alat berat pada 26 Juli 2022. Penggalian dengan alat berat dilakukan selama tiga hari.
Setelah tiga hari penggalian dengan alat berat, pada 29 Juli 2022 sekitar pukul 14.00 ditemukan berbagai karung yang berisi beras. Di karung-karung itu juga terdapat tulisan Beras Kita.
Terkait temuan bahan pokok yang ditimbun itu, pihak JNE menyebutkan, barang yang ditimbun di lahan kosong milik warga tersebut merupakan barang yang sudah rusak. Penimbunan juga sudah sesuai standar operasional penanganan barang yang rusak.
”Terkait dengan pemberitaan temuan beras bantuan sosial di Depok, tidak ada pelanggaran yang dilakukan. Sudah melalui proses standar operasional penanganan barang yang rusak sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah disepakati dari kedua belah pihak. JNE selalu berkomitmen untuk mengikuti segala prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku apabila diperlukan,” kata Vice President of Marketing JNE Express Eri Palgunadi, Minggu (31/7/2022).