Demi konten di media sosial, sekelompok remaja nekat menghadang truk, bahkan hingga hilang nyawa. Selain unjuk keberanian dan eksistensi, diduga ada motivasi mendapat uang hasil viral dari aksi BM atau berani mati itu.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
KOMPAS/AGUIDO ADRI
Sejumlah kendaraan dan truk melintas di Jalan Bugis, Kebun Bawang, Jakarta Utara, Selasa (7/6/2022). Tren aksi nekat sekelompok remaja menghentikan truk di jalan raya meresahkan sopir truk.
Rekaman beberapa video amatir menggambarkan sekelompok remaja menghadang truk yang tengah melaju kencang di jalanan meramaikan berbagai media sosial beberapa waktu terakhir. Ada kejadian sebuah truk akhirnya menabrak si penghadang. Nyawa belia remaja pun melayang seketika. Sopir truk tertimpa musibah dan harus berurusan dengan hukum. Masyarakat ngeri dan bingung. Apa yang sebenarnya dicari anak-anak tersebut?
Dalam tantangan malaikat maut atau berani mati alias BM itu, satu orang atau lebih dari sekelompok remaja harus menghadang truk. Jika selamat atau berhasil menghentikan laju truk, mereka dianggap berhasil menjalankan tantangan. Salah satu dari kelompok harus merekam dan mengunggah aksi tersebut di media sosial.
Y (18) dan kawan-kawannya mengikuti tantangan tersebut. Naas, aksi mereka berujung maut setelah Y terlindas truk yang ia hadang di Jalan Otista, Karawaci, Kota Tangerang, Banten, Jumat (3/6/2022) siang.
Aksi Y dan kawan-kawannya itu pun menjadi pembicaraan sopir truk. Bagi mereka, aksi nekat itu sangat menakutkan dan meresahkan.
Peristiwa di Kota Tangerang itu mengingatkan Sahil (27) pada kejadian sekitar tiga bulan lalu saat ia melintas di Jalan Raya Parung-Bogor, Jawa Barat. Saat itu, tanpa Sahil sadari, dari jauh sekelompok remaja tiba-tiba berusaha menghentikan truknya.
Sebuah truk terparkir karena mogok di Jalan Lodan Timur, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (7/6/2022).
Sontak, Sahil kaget dan langsung menginjak rem sembari menekan klakson. Beruntung, Sahil berhasil berhenti nyaris mepet ke tubuh dua penghadangnya.
”Sudah dekat sekali hidung truk dengan anak-anak itu. Telat saya mengerem nabrak pasti. Kaget dan panik. Saya bunyikan klakson terus, mereka enggak mau menepi malah melototin dan memaki. Satu dari kelompok mereka lempar batu. Untung enggak kena kaca. Pokoknya saya klakson sampai mereka menepi,” ujar Sahil saat sedang beristirahat di salah satu warung sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (7/6/2022).
Kejadian itu ternyata bukan pertama kali Sahil alami. Ia mengaku setidaknya tiga kali mengalami hal serupa. Ayah satu anak itu pun tak habis pikir dengan kelakuan yang sangat membahayakan nyawa itu.
Sopir truk lainnya, Idun (34), menilai, aksi nekat menghentikan truk tidak hanya bisa menyebabkan terlindas atau berujung maut, tetapi bisa membahayakan pengendara lainnya.
”Mainnya nyawa, bertaruh nyawa. Gila. Apa tujuannya sih? Apa tidak mikir itu berbahaya. Bukan mereka saja, pengguna jalan lain juga bahaya. Bahaya lagi kami bisa saja kami ditangkap karena menabrak mereka. Diamuk massa, dituduh membunuh,” kata Idun.
Sejumlah kendaraan dan truk melintas di Jalan Bugis, Kebun Bawang, Jakarta Utara, Selasa (7/6/2022). Tren aksi nekat sekelompok remaja menghentikan truk di jalan raya meresahkan sopir truk.
Menurut Idun, tak mudah mengendarai truk bertonase berat atau sumbu tiga apalagi jika dalam kondisi harus menghindari aksi nekat para remaja.
”Mau bawa pelan sekalipun, 20-30 kilometer per jam, jika dihadang gitu tetap susah mengendalikan truknya. Manuver ke kiri atau ke kanan membahayakan kendaraan lainnya. Jika truk rusak, kami pula yang tanggung jawab. Saat harus mengerem mendadak juga bisa membahayakan kami karena tersentak ke depan,” katanya.
Begitu pula dengan Ega (25) yang resah dengan keberadaan para remaja tersebut. Ia beberapa kali menjumpai sekelompok remaja nekat. Saat berjumpa mereka, dari jauh Ega sudah memperlambat kendaraannya agar saat dihadang bisa memperkirakan jarak aman dengan menginjak rem. Namun, itu tidak berlaku pada malam hari. Sulit untuk memperhatikan atau memprediksi keberadaan kelompok remaja nekat yang tiba-tiba muncul.
”Malam hari itu ada loh. Dah itu pasrah saja. Truk saya sudah berapa kali ditumpangi, itu posisi saat bawa pelan ada anak-anak berlari naik ke belakang. Kan nekat dan membahayakan diri,” kata Ega.
Sejumlah pelajar nekat menumpang truk kontainer yang melintas di Jalan Akses Marunda, Jakarta Utara, Rabu (18/9/2019).
Kepala Kepolisian Resor Kota Tangerang Komisaris Besar Zain Dwi Nugraha mengatakan, terkait kasus Y, pihaknya sudah memeriksa sopir dan teman-teman korban. Berdasarkan pemeriksaan, polisi menduga pelakunya adalah korban itu sendiri karena tidak tertib dan menghadang sebuah truk.
”Sopir masih berstatus saksi. Dari pemeriksaan dan di lapangan semua mengarah kepada korban (pelaku). Tindakan menghadang itu secara mendadak sehingga membuat sopir sulit untuk menghindari,” ujar Zain.
Aksi nekat itu, kata Zain, bermotif konten video. Sekelompok remaja yang berjumlah empat orang itu melakukan penghadangan truk lalu merekam aksinya lalu diunggah di media sosial.
Penonton
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Syaifudin, menuturkan, fenomena aksi menghadang truk sudah ada sejak lama. Hanya bedanya, saat ini para remaja lebih nekat karena ada faktor kemajuan teknologi informasi atau ada wadah untuk mereka bisa menunjukkan eksistensi diri. Wadah itu tak lain adalah media sosial. Media sosial tempat yang tepat untuk menunjukkan sisi keberanian kepada teman dan publik.
”Aksi berani mati BM ini sekarang untuk konten dari kelompok remaja bertujuan mendapat apresiasi publik dari sisi keberanian mereka. Justru ini mendapat dukungan dari segmen penonton yang suka dengan aksi berbahaya,” kata Syaifudin.
Sekelompok remaja ini akan terus berusaha membuat video nekat itu. Karena mereka juga beranggapan akan mendapatkan uang dari banyaknya penonton di medsos.
Jika tantangan berani mati para remaja itu viral atau banyak penontonnya, konten-konten sejenis akan terus berlanjut.
”Sekelompok remaja ini akan terus berusaha membuat video nekat itu. Karena mereka juga beranggapan akan mendapatkan uang dari banyaknya penonton di medsos. Ada segmen penonton yang menikmatinya pula. Sekelompok konten kreator ini jadi semangat untuk membuat video bergenre uji nyali dengan menghentikan truk,” ujarnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah pelajar nekat menumpang truk kontainer yang melintas di Jalan Akses Marunda, Jakarta Utara, Rabu (18/9/2019).
Dari pengamatan Syaifudin, sekelompok remaja ini merupakan anak-anak putus sekolah. Hal ini kemudian yang harus menjadi perhatian bersama, tidak hanya perhatian orangtua dan lingkungan, tetapi negara untuk menjamin hak pendidikan anak sehingga ada ruang belajar dan aktualisasi diri untuk remaja.
Menurut dia, kelompok remaja ini juga merupakan korban dari konten video yang mereka saksikan. Selain itu, korban dari kurang perhatian dari orangtua dan negara sehingga membentuk pola atau perilaku irasional. Dengan demikian, mereka tidak lagi memikirkan nyawa mereka bisa terancam.
”Bukan aktualisasi dan eksistensi di jalan raya yang berbahaya. Ini tanggung jawab bersama dan negara harus memberikan perlindungan dan hak pendidikan,” kata Syaifudin.
Tidak hanya dari sisi pendidikan, tetapi juga dari sisi pengawasan konten di media sosial. Kementerian Komunikasi dan Informatika harus lebih ketat mengawasi konten-konten di media sosial.
”Intervensi melalui regulasi ketat. Mereka harus bisa langsung memblokir konten negatif atau bermuatan nilai kekerasan atau aksi nekat hadang truk seperti ini. Kita warga jika melihat konten itu bisa membantu dengan melaporkan atau blokir akun itu sehingga dari aplikator akan menutup konten itu,” kata Syaifudin.
Sungguh tak perlu lagi nyawa-nyawa belia melayang hanya demi konten media sosial.