Pembelajaran Tatap Muka Kota Bogor Dibatasi 50 Persen
Selain kesiapan mengelar PTM, Kota Bogor juga siap menghadapi perubahan penanganan pandemi ke endemi Covid-19 untuk kembali meningkatkan perekonomian.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Memasuki pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 2, Pemerintah Kota Bogor bersiap mengelar pembelajaran tatap muka atau PTM terbatas 50 persen. Selain PTM, Kota Bogor juga bersiap memulihkan dan meningkatkan ekonomi melalui sektor pariwisata.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Hanafi mengatakan, saat ini pihaknya bersama dinas kesehatan dan Satuan Tugas Covid-19 Kota Bogor sedang mempersiapkan kelengkapan alur serta sarana dan prasarana protokol kesehatan ketat di sekolah yang akan menggelar PTM di seluruh tingkat pendidikan.
Selain kesiapan sarana dan prasarana protokol kesehatan, pihaknya juga akan mempertimbangkan untuk mengizinkan murid kelas 1, 2, dan 3 mengikuti PTM. Namun, hal ini masih dalam pembahasan. Jika pun para murid tersebut mengikuti PTM, tetap keputusan perizinan harus dari orangtua. Keputusan itu juga berlaku untuk murid tingkat 4,5, dan 6.
”Ini dalam persiapan dan akan kami laporkan kepada Pak Wali Kota (Bima Arya) selaku ketua satgas untuk selanjutnya menunggu surat edaran satgas. Melihat perkembangan kondisi Covid-19, kita batasi 50 persen dengan durasi tiga jam. Ini kita pertimbangan kesehatan anak-anak kita,” kata Hanafi, Kamis (10/3/2022).
Meski dalam aturan PPKM level 2 boleh pembatasan 75 persen, lanjut Hanafi, pihaknya hanya akan melakukan PTM terbatas 50 persen. Kombinasi PTM dan PJJ pun masih tetap dilakukan.
Jika dalam perjalanan penanganan Covid-19 semakin turun, melandai, dan terkendali, pembatasan akan dilonggarkan perlahan 75 persen, bahkan 100 persen, serta durasi jam belajar bisa ditingkatkan di atas tiga jam.
”Kita masih dalam situasi (pandemi Covid-19) yang harus diperhatikan kondisi kesehatan dan protokol kesehatan di sekolah dan lingkungan keluarga agar terkendali,” kata Hanafi.
Hanafi mengakui PTM perlu digelar kembali karena jika terus mengelar pembelajaran jarak jauh (PJJ) banyak kendala teknis dan tak efektif untuk para murid. Meski begitu, tetap protokol kesehatan menjadi hal penting yang harus dipersiapkan.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, jika persiapan sarana dan prasarana protokol kesehatan sudah lengkap dan kasus positif turun dan melandai, dalam waktu dekat atau setidaknya awal Maret PTM bisa digelar.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, menegaskan, penurunan level PPKM menjadi level 2 di aglomerasi Jabodetabek jangan membuat warga, khususnya pemerintah, lengah karena sejumlah aktivitas yang dilonggarkan. Pemerintah daerah di Jabodetabek harus ekstra hati-hati dengan penurunan level karena kondisi belum bisa disimpulkan aman dari penularan Covid-19.
Merujuk pada aturan, kata Miko, pada PPKM level 2 diizinkan sekolah tatap muka serta kantor, restoran, dan pusat perbelanjaan, juga tempat ibadah dibuka dengan pembatasan 75 persen dari kapasitas.
Dari aturan pembatasan itu, lanjut Miko, pemerintah jangan gegabah untuk langsung menerapkan pembatasan 75 persen demi menekan risiko paparan luas. Miko juga mempertanyakan penurunan level di aglomerasi Jabodetabek mengingat kasus harian belum sepenuhnya melandai. Apalagi jika melihat kondisi penanganan level 3 tidak sepenuhnya menunjukkan kepatuhan protokol kesehatan yang baik dan benar.
”Harus perlahan pembatasannya, jangan langsung 75 persen, tetapi 50 persen dahulu. Ini berlaku untuk sekolah juga, 50 persen. Dalam pelaksanaannya dengan mempertimbangkan kasus harian jika turun bisa naik perlahan. Ini pun mesti hati-hati, ekstra protokol kesehatan, terus memantau ketat 3T-nya, dan tingkatkan terus vaksinasi penguat,” kata Miko.
Bima melanjutkan, selain kesiapan mengelar PTM, Kota Bogor juga siap menghadapi perubahan penanganan pandemi ke endemi Covid-19 dengan meningkatkan perekonomian.
”Sekarang saatnya untuk optimis. Data menunjukkan insya Allah pandemi sudah semakin terkendali, grafik kasus menurun, dan vaksin Kota Bogor salah satu yang terbaik se-Indonesia. Semua sudah siap memasuki fase baru,” ujar Bima.
Bima mengatakan, endemi sudah di depan mata dan Kota Bogor sudah mempunyai sistem yang teruji untuk berkolaborasi mengatasi itu. Kota Bogor sangat siap masuk masa endemi, masa baru untuk optimis dan bangkit.
Semua pun bisa melihat Kota Bogor tidak pernah kekurangan event atau kegiatan yang menarik, kreatif dan inspiratif melalui kuliner hingga festival kebangsaan yang menggerakkan seluruh elemen, komunitas, dan anak muda yang berkolaborasi dengan perhotelan, pariwisata, dan dinas terkait yang selama ini sudah berjalan dengan baik.
”Kota Bogor sangat siap bukan saja untuk memasuki masa endemi atau ekonomi recovery, melainkan jika pada saatnya nanti Jakarta tidak lagi jadi ibu kota dan Kota Bogor tidak lagi menjadi tujuan untuk kegiatan kementerian tetapi dengan banyaknya event, destinasi serta kuatnya kolaborasi Kota Bogor akan siap memasuki fase mengandalkan jasa dan pariwisata,” ujar Bima.
Optimisme dengan semangat kolaborasi itu sudah mulai dirancang dengan membuat kalender kegiatan atau calendar of event (CoE).
”Ketika event sudah jelas tanggalnya bukan hanya membantu pengunjung atau wisatawan untuk merencanakan, melainkan juga seluruh stakeholder di Kota Bogor akan menyesuaikan. Ketika calendar of event (CoE) dipublish, maka akan menjadi event andalan sehingga event-event yang lain akan berlomba-lomba masuk ke CoE, jadi kualitas event semakin baik," lanjut Bima.
Dalam CoE, ada puluhan kegiatan yang saat ini dalam proses koreksi lalu dikurasi. Dari 37 CoE di tingkat Jawa Barat, ada empat kegiatan di Kota Bogor. Salah satu kegiatan adalah Bogor Street Festival (BSF) yang sebelum pandemi sudah masuk dalam agenda unggulan.
Ke depan BSF akan terus dikembangkan agar semakin menarik wisatawan datang. Tidak hanya menjadi agenda nasional, tetapi juga Internasional yang menunjukkan keragaman budaya Indonesia di mata dunia lebih kuat.