Transjakarta: antara Kecelakaan, Koantas Bima, dan Tuntutan Perbaikan Manajemen
Saat terbelit isu kecelakaan beruntun, Transjakarta menyambut Koantas Bima menjadi bagian dari jajaran mitra operatornya. Tuntutan agar ada perbaikan manajemen Transjakarta secara total pun makin mengemuka.
Dalam waktu kurang dua bulan, kecelakaan beruntun yang melibatkan bus tansjakarta terjadi di Ibu Kota. Di tengah polemik ini, Transjakarta menyambut Koantas Bima masuk menjadi bagian dari perusahaan angkutan umum massal berbasis bus tersebut.
Namun, tanpa manajemen yang baik, keluarga Transjakarta yang kian besar tersebut tidak akan dapat berkinerja baik pula dalam melayani warga Ibu Kota. Desakan untuk perombakan manajemen perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut bermunculan.
Azas Tigor Nainggolan, Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) dan Analis Kebijakan Transportasi, Kamis (9/12/2021) menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta melalui Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD) diminta memperbaiki pola rekrutmen direksi BUMD. BP BUMD sebagai pihak pembina BUMD milik DKI sebaiknya membangun sistem perekrutan yang terbuka. BP BUMD harus merevisi tata cara perekrutan direksi, bisa menggunakan beauty contest.
”Ada banyak orang yang kompeten, tetapi harus dibuka dulu ruangnya. Jangan jadikan BUMD ini untuk politik kekuasaan,” kata Nainggolan menegaskan.
Hal senada juga ditegaskan Deddy Herlambang, Direktur Eksekutif INSTRAN. Dengan banyaknya kejadian kecelakaan di transjakarta yang terjadi hampir tiap hari menjadikan outcome negatif. Kenyataan ini menjadi terganggunya konsep transport demand management atau TDM yang mengakibatkan masyarakat takut menggunakan angkutan umum.
Kegagalan membentuk SDM dalam keselamatan transportasi pastilah ada kegagalan menajemen keseluruhan.
Deddy tak lupa menyikapi secara kritis penghentian sementara operasional bus-bus milik mitra operator untuk investigasi. Menurutnya, itu bukan solusi dalam manajemen resiko. Faktanya, bus-bus transjakarta adalah bus yang dibeli dalam kondisi baru masih berusia di bawah 5 tahun. Bahkan ada bus yang baru beroperasi selama tujuh bulan. Dengan demikian, secara teori bus-bus tersebut laik jalan.
Investigasi atau audit keselamatan tidak hanya kepada hal-hal yang tangible atau yang terlihat seperti ram check yang meliputi rem, steering, engine, transmisi, dan lain-lainnya. Namun, terlebih penting adalah mendesaknya tes yang intangible atau yang tidak terlihat seperti kualitas pramudi transjakarta.
"Mengapa tidak diaudit sistem perekrutan pramudi di bawah kendali manajemen Transjakarta terlebih dahulu, seperti tes kesehatan dan tes psikologi para pramudi?" ungkap Deddy.
Pada Senin (25/10/2021), berdasarkan hasil pemeriksaan dari pihak kedokteran kepolisian dan dari laboratorium forensik, pengemudi bus transjakarta yang menabrak sesama bus transjakarta dan menewaskan dirinya serta seorang penumpang dinyatakan memiliki sakit bawaan, yaitu epilepsi. ”Dalam kenyataan tersebut terlihat jelas rekrutmen pramudi transjakarta asal-asalan,” kata Deddy.
Deddy mengingatkan, tidak ada formulasi yang membenarkan apabila sering terjadi kecelakaan niscaya pramudi bus pasti bersalah sendiri. ”Kegagalan membentuk SDM dalam keselamatan transportasi pastilah ada kegagalan menajemen keseluruhan. Terkait rentetan kecelakaan yang kerap terjadi dalam operasional trayek transjakarta tentunya terdapat kesalahan manajemen secara intangible,” ujarnya lagi.
Baca juga: Polemik Transjakarta
- Selamatkan Transjakarta
- Sopir Transjakarta, Satu Kemudi Beda Nasib
- Ketika Transjakarta Menebar Teror Ketakutan
Menurut Deddy, tidak ada standar keselamatan yang berbeda-beda sesuai selera operator bus transjakarta. Ia pun menegaskan, dengan banyaknya kecelakaan tersebut dan berulang-ulang, perlu dilakukan revolusi manajemen Transjakarta secara total, bila perlu adakan pergantian direksi baru yang lebih segar.
”Mengingat buruknya kinerja keselamatan transjakarta adalah equal dengan buruknya pengawasan dari direksi sampai ke bottom management atau manajemen di bawahnya,” katanya.
Nainggolan menambahkan, direksi Transjakarta adalah jabatan profesional, bukan jabatan politis. BP BUMD mesti mendapatkan orang-orang yang kompeten dan profesional, bukan karena ada pengaruh politis.
Deddy melanjutkan, revolusi total itu harus serius dan terkontrol. Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta ini disubsidi oleh Pemprov DKI dari dana publik melalui skema public service obligation (PSO) sebanyak Rp 3 triliun per tahun.
”Teramat sayang bila gagal untuk menjaring masyarakat menggunakan angkutan umum BRT. Dana besar tersebut menjadi salah kelola di manajemen Transjakarta yang tidak hanya terjadi pada manajemen keselamatannya saja, namun manajemen secara keseluruhan,” katanya.
Untuk itu, mendesak dilakukan audit pada manajemen pengawasan, manajemen keselamatan, manajemen resiko manajemen keuangan, manajemen SDM dan lain-lain dalam tubuh organisasi Transjakarta. Bila melihat kenyataan kecelakaan-kecelakaan transjakarta di tahun 2021 dipandang perlu dibentuk Direksi Keselamatan dalam tubuh organisasi Transjakarta, yaitu direksi yang hanya fokus dan konsentrasi terhadap tupoksi keselamatan.
Contoh tugas direksi keselamatan adalah mengatur kecepatan semua sarana bus secara otomatis. Bus-bus transjakarta adalah bus-bus canggih yang berteknologi traksi elektronik yang kecepatan bus dapat dibatasi dalam cruise control sehingga pramudi tidak dapat ngebut lagi. Tugas lainnya adalah mengatur cuti, istirahat, kesehatan, psikologi dan sejenisnya untuk para pramudi transjakarta.
Evaluasi dan perbaiki sisi keselamatan
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta M Yana Aditya melalui keterangan tertulis menjelaskan, Transjakarta terus melakukan berbagai upaya untuk melaksanakan evaluasi dan memperbaiki sisi keselamatan di layanannya.
Setelah melakukan kunjungan ke KNKT, Selasa (7/12/2021) untuk meminta surveillance secara menyeluruh, pada Rabu (8/12/2021) Transjakarta rapat kerja bersama enam mitra operator untuk melakukan evaluasi bersama. Hadir dalam rapat tersebut pimpinan dari para mitra operator, yaitu Direktur Utama Perusahaan Umum Djakarta (Perum PPD), Direktur Utama PT Mayasari Bakti, Direktur Utama PT Steady Safe, Direktur Utama PT Bianglala Metropolitan, Ketua Umum Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja), dan Direktur Pahala Kencana.
Unit bus yang di-grounded dilakukan pemeriksaan dan beberapa bus yang lolos pemeriksaan sudah dapat berjalan kembali. ”Kami semua sedang melakukan evaluasi dan perbaikan sedang berlangsung. Kita harapkan normal kembali semuanya dalam waktu dekat,” kata Yana.
Terkait aspek sumber daya personel pengemudi dan rekrutmen, Yana menuturkan, Transjakarta dengan pihak mitra operator sudah sepakat melakukan review atau kajian kembali terkait prosedur standar operasi (SOP) yang ada di mitra operator. Review akan menyelaraskan SOP mitra operator dengan SOP Transjakarta.
”Nantinya bukan hanya penyelarasan standar, pelatihan pengemudi pun nantinya akan dilakukan secara bersama-sama, baik dari pihak Transjakarta maupun mitra operator,” katanya.
Dengan bergabungnya Koantas Bima ke manajemen Transjakarta, Koantas Bima harus bisa benar-benar menjaga kualitas layanannya, termasuk SDM yang mengoperasikan kendaraannya.
Yana pun meminta waktu untuk melaksanakan rekomendasi dari KNKT terkait pedoman yang akan dikeluarkan nantinya bersama dengan mitra operator. ”Jadi ini kami sekarang bekerja cepat. Kemarin dengan KNKT, sekarang dengan operator,” ujar Yana.
Terkait peningkatan kesejahteraan pegawai, menurut Yana, akan masuk ke dalam evaluasi jika hal tesebut ada di dalam rekomendasi KNKT.
Terpisah, Ketua Organda DPD DKI Jakarta Safruhan Sinungan menyatakan, insiden berturut-turut yang menimpa bus-bus transjakarta dan bus milik operator itu menunjukkan fungsi kontrol Transjakarta kepada para operator lemah. Padahal untuk bisa memberikan layanan angkutan umum yang berkualitas, Transjakarta tidak bisa melepas begitu saja para operator.
”Kalau di awal Desember Koantas Bima bergabung dalam manajemen Transjakarta (menjadi operator bekerja sama dengan Transjakarta), maka itu harus menjadi perhatian bagi Koantas Bima,” kata Sinungan.
Bicara angkutan umum, maka bicara kualitas layanan angkutan umum bagi masyarakat. "Dengan bergabungnya Koantas Bima ke manajemen Transjakarta, maka Koantas Bima harus bisa benar-benar menjaga kualitas layanannya termasuk SDM yang mengoperasikan kendaraannya. SDM harus betul-betul memiliki kualitas dan dedikasi dalam melayani masyarakat," kata Sinungan.
Bergabung dalam manajemen Transjakarta, para operator mitra akan berhadapan dengan standar pelayanan minimum (SPM) sehingga baik Koantas Bima maupun operator yang lain semestinya terus meningkatkan kualitas manajemen dan pelayanan, di sisi lain Transjakarta juga akan meningkatkan manajemen kontrolnya dan konsen pada SOP.