Pembelajaran Tatap Muka Maksimalkan Praktikum Sekolah Kejuruan
Metode pembelajaran campuran, seperti pembelajaran tatap muka (PTM) saat ini, sangat dibutuhkan untuk membantu siswa kejuruan meningkatkan kemampuan mereka.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Suasana belajar mengajar pada hari pertama penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas di SMK Negeri 10 Jakarta, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (30/8/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Sekolah di Jakarta yang telah melaksanakan pembelajaran tatap muka atau PTM, Senin (30/8/2021), mulai menerapkan metode pembelajaran campuran. Metode ini sangat dibutuhkan untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan belajar mereka yang menempuh pendidikan kejuruan.
Ini menjadi pengalaman pertama bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 10 Jakarta di Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur. Setelah setahun lebih tidak menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, sekolah ini akhirnya menjajal metode PTM terbatas di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3.
Hari ini, sekitar 120 lebih siswa kelas X, angkatan 2021, dijadwalkan untuk mengikuti kegiatan belajar di tujuh kelas pada pukul 07.00-11.00. Ini menjadi pengalaman pertama mereka bertemu langsung dengan kawan seangkatan dan guru, sejak diterima di sekolah tersebut pada Juli lalu.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Suasana belajar mengajar pada hari pertama penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas di SMK Negeri 10 Jakarta, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (30/8/2021).
Selain siswa, para guru juga telah lama menantikan kesempatan ini. Megarahmawati, guru komunikasi bisnis yang mengajar Jurusan Pemasaran, mengatakan, pembelajaran jauh secara daring membantu siswa mempercepat adaptasi digital.
”Kami enggak ada masalah dengan pembelajaran daring. Sebelum ini, pembelajaran digital masih jadi tantangan karena ada saja anak kelas X yang bahkan belum bisa menggunakan e-mail. Kemarin, karena dituntut belajar daring, mereka jadi paham,” ungkapnya.
Di sisi lain, pembelajaran di luar jaringan (luring/offline) dengan tatap muka tetap dibutuhkan untuk praktikum, seperti pengenalan penggunaan mesin pembayaran kartu tabungan dan lainnya. Interaksi langsung juga akan membantu mengasah kepribadian siswa, sebagai bagian dari soft skill, yang mungkin sulit dibentuk di rumah.
”Kalau offline, guru bisa minta diperhatikan. Kalau online, kami enggak bisa kontrol banyak. Misal, anak enggak mau aktifkan kamera, ada yang belajar sambil tiduran. Kalau gini mereka mau enggak mau harus lihat ke kami (guru), jadi materi lebih maksimal,” lanjut Mega.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Suasana belajar mengajar pada hari pertama penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas di SMK Negeri 10 Jakarta, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (30/8/2021).
Menurut dia, metode belajar campuran yang mengombinasikan daring dan luring ke depan akan menjadi kebutuhan pendidikan di masa depan sehingga harus dibiasakan. Seperti halnya hari ini, Mega mengajari siswanya, baik yang ada di kelas maupun di rumah, untuk membuat presentasi produk. Mereka lalu harus presentasi dengan rekaman video.
Atasi kendala
Ketua Pembelajaran Tatap Muka SMK Negeri 10 Jakarta Titi Karyati mengatakan, PTM sangat dinantikan semua pihak, baik tenaga pendidik, siswa, maupun orangtua. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang telah berjalan setahun lebih banyak mendatangkan kesulitan.
”PJJ terus terang enggak maksimal meski kami sudah manfaatkan banyak cara, seperti lewat aplikasi Google Meet atau Zoom. Banyak anak yang enggak mampu punya internet dengan kuota banyak, bahkan banyak juga yang tidak punya ponsel,” tuturnya.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Ketua PTM Tuti Karyati (kiri) dan Odah Soodah dari bagian Humas SMK Negeri 10 Jakarta, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (30/8/2021).
Akses teknologi menjadi tantangan karena banyak siswa mereka yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Bahkan, 75 persen murid di sana adalah penerima bantuan sosial Kartu Jakarta Pintar. Pihak sekolah pun sempat meminta bantuan telepon pintar dari alumni untuk dipinjamkan kepada siswa yang tak berpunya.
SMKN 38 Jakarta di Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, juga berhasil menyelenggarakan PTM hari ini. ”Kami perlu sekali PTM karena KBM (kegiatan belajar mengajar) praktik tidak bisa dikerjakan di rumah. Banyak anak kami tidak mempunyai peralatan yg dibutuhkan untuk praktik jika dari rumah,” kata Kepala SMKN 38 Jakarta Ida Saidah.
Baik SMKN 38 maupun SMKN 10 juga berkomitmen untuk menjaga protokol kesehatan dengan menyediakan sarana prasarana pendukung dan tim satuan tugas penanganan Covid-19 di sekolah.
Seluruh tenaga pengajar dan pendidikan serta siswa juga dipastikan sudah divaksin atau memenuhi persyaratan lain, seperti memegang persetujuan orangtua dan surat keterangan sembuh dari Covid-19, untuk mengikuti PTM.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Suasana belajar mengajar pada hari pertama penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas di SMK Negeri 10 Jakarta, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (30/8/2021).
PTM terbatas secara bertahap dimulai dengan 610 sekolah. Selanjutnya, diharapkan akan ada 1.500 sekolah yang menyelenggarakan PTM terbatas. Jumlah itu dikejar Dinas Pendidikan DKI dengan terus melaksanakan asesmen pada sekolah-sekolah di Jakarta.
Sekolah itu sekolah negeri atau swasta, juga sekolah di bawah Kementerian Agama. Tujuannya, semua sekolah di DKI Jakarta bisa menyelenggarakan PTM terbatas, seperti yang dikatakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria.
”Kami harapkan pada awal Januari 2022 semua sekolah sudah bisa menyelengarakan PTM,” kata pria yang biasa disapa Ariza baru-baru ini.