Jumlah warga meninggal saat menjalani isolasi mandiri di Kota Bogor cukup mengkhawatirkan. Tercatat lebih dari 3.000 warga menjalani isolasi mandiri, 99 warga di antaranya meninggal.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Kasus kematian di Kota Bogor, Jawa Barat, masih menunjukkan tren peningkatan. Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor Bima Arya meminta prioritas dan fokus pada monitoring atau pengawasan warga yang sedang menjalani isolasi mandiri dan mempercepat vaksinasi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, pada Senin (26/7/2021) tercatat ada penambahan 30 kasus kematian. Itu merupakan angka tertinggi kasus kematian selama pandemi Covid-19. Dari 30 kasus, 21 kasus di antaranya meninggal di rumah sakit dan 9 kasus di rumah.
Adapun pada Selasa (27/7) tercatat ada 13 kasus sehingga total meninggal mencapai 420 kasus. Adapun konfirmasi positif harian bertambah 218 kasus sehingga total mencapai 31.506. Total pasien sembuh sebanyak 27.678 kasus dan masih sakit 3.408 kasus.
Tercatat, sejak PPKM darurat, ada 99 warga meninggal saat isolasi mandiri dari total sekitar 3.000 kasus warga yang isolasi mandiri.
”Fokus langkah pertama adalah monitoring warga yang tengah menjalani isolasi mandiri. Saya ingin relawan benar-benar fokus pada aspek kesehatan warga isoman jangan sampai kecolongan ada warga isoman yang meninggal. Jadi, harus dipastikan jangan ada perburukan kondisi,” tutur Bima, Rabu (28/7).
Bima menjelaskan, berdasarkan data, sekitar 85 persen warga isolasi mandiri yang meninggal tercatat belum menerima vaksin dan memiliki rata-rata usia di atas 50 tahun serta memiliki komorbid (penyakit penyerta) dengan saturasi oksigen dalam darah di bawah 90. Tercatat, sejak PPKM darurat, ada 99 warga meninggal saat isolasi mandiri dari total sekitar 3.000 kasus warga yang isolasi mandiri.
Untuk itu, kepada para relawan, Bima mengimbau, jika ada warga isoman yang memiliki kriteria tersebut agar langsung berkoordinasi dengan camat, lurah, dan puskesmas. Bima meminta jangan membiarkan warga yang masuk kriteria tersebut menjalani isolasi di rumah.
Jumlah relawan yang terlibat sekitar 176 orang. Mereka tersebar di masing masing wilayah kecamatan. Sebanyak 36 relawan di Bogor Selatan, 13 relawan di Bogor Utara, 42 relawan di Bogor Barat, 33 relawan di Bogor Tengah, 22 relawan di Bogor Timur dan di Tanah Sareal. Jumlah relawan yang terbatas ini menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi karena tidak sebanding dengan banyaknya jumlah warga menjalani isolasi mandiri.
”Apalagi jika memiliki gejala. Komunikasikan hal tersebut dengan puskesmas dan yang lainnya. Jika ada fasilitas isolasi yang terdekat, silakan dibawa ke tempat isolasi. Jika tidak ada, monitoringnya dilakukan secara intens, saturasi dan lain-lain,” kata Bima.
Bima melanjutkan, penanganan Covid-19 secara keseluruhan menunjukkan hasil yang cukup baik. Dari data juga menunjukkan ada tren penurunan angka kasus dan peningkatan pasien sembuh. Angka ketersediaan tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) di rumah sakit pada awal penerapan PPKM menunjukkan 85 persen, tetapi sekarang sudah 65 persen.
Namun, Bima kembali menegaskan, tren membaik itu belum bisa menjadi kesimpulan bahwa penanganan terkendali. Tren yang sudah baik itu perlu ditingkatkan. Tren kasus kematian juga harus segera ditekan dengan upaya keras.
”Namun, kondisi ini belum bisa dikatakan aman terkendali. Kita masih harus terus waspada karena kita berhadapan varian Delta yang lebih cepat menular. Bagi orang yang sudah divaksin, dampak dari penularan varian Delta tidak terlalu dahsyat. Beda halnya jika belum menerima vaksin ditambah memiliki komorbid, dampaknya bisa fatal,” paparnya.
Bima melajutkan, peningkatan tracing atau pelacakan kasus juga harus kembali ditingkatkan dengan konsisten. Upaya kerja keras untuk tracing agar mencapai angka rasio ideal 1:15 atau satu kasus dengan 15 pelacakan kontak erat. Saat ini, rasio pelacakan belum konsisten di angka ideal, yaitu masih di angka 1:6.
”Kita kejar target 1:8 sesuai target Provinsi Jawa Barat. Kita ada tim tracing unit lacak, di RT/RW juga ada, diperkuat dengan TNI-Polri,” kata Bima.
Vaksinasi
Untuk percepatan vaksinasi, Satgas Penanganan Covid-18 Kota Bogor menargetkan dosis pertama tuntas pada September 2021. ”Awalnya 7.000 per hari warga bisa divaksin, kami tingkatkan menjadi 10.000-15.000 per hari. Jika pada September tuntas semua, Kota Bogor akan jauh lebih aman,” tutur Bima.
Pemkot Bogor kembali mendapatkan kiriman vaksin dari Kementian Kesehatan sebanyak 6.000 vial Sinovac dan 2.000 vial AstraZeneca. Vaksinasi di Kota Bogor sudah mencapai 30,71 persen atau 251.637 orang dari target 819.444 sasaran penerima vaksin. Sementara dosis kedua baru tercapai 16,03 persen atau 131.394 orang.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Purnomo Condro mengatakan, selain program vaksin dari rumah ke rumah di zona merah, pihaknya mengelar razia vaksin bagi pengendara atau penguna jalan lainnya secara langsung.
Program razia itu merupakan bagian dari Gerai Vaksinasi Presisi dengan targetkan 1.000 vaksin setiap hari, baik untuk warga yang berada di zona merah maupun menyasar pengendara yang melintas, termasuk sopir angkutan.