Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka di Kota Bogor Direncanakan Akhir Mei
Meski masih tahap uji coba PTM, Satgas Covid-19 Kota Bogor akan terus memantau situasi perkembangan kasus Covid-19 dan akan mengevaluasi secara berkala agar tidak terjadi penyebaran virus di lingkungan sekolah.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor berencana menggelar uji coba pembelajaran tatap muka atau PTM di Kota Bogor, Jawa Barat, pada Senin (31/5/2021), sebagai persiapan PTM serentak pada Juli mendatang.
Meski masih tahap uji coba, Satgas Covid-19 Kota Bogor akan terus memantau situasi perkembangan kasus Covid-19 dan akan mengevaluasi secara berkala agar tidak terjadi penyebaran virus korona jenis baru di lingkungan sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Hanafi mengatakan, seharusnya uji coba PTM dilaksanakan pada pekan ini, tetapi harus diundur pada akhir pekan Mei untuk mematangkan persiapan teknis hingga sarana dan prasarana protokol kesehatan.
”Kami sepakat untuk mematangkan persiapan uji coba PTM dan digelar pada akhir pekan Mei. Dari instruksi Pak Wali Kota Bima Arya juga untuk diundur, disiapkan dan dimatangkan lagi. Uji coba ini untuk persiapan PTM pada Juli mendatang,” kata Hanafi, Selasa (25/5/2021).
Uji coba PTM pada akhir Mei nanti menurut rencana akan ikuti 73 sekolah yang terdiri dari 36 sekolah dasar (SD) dan 37 sekolah menengah pertama (SMP), yaitu 20 sekolah negeri dan 17 sekolah swasta.
Kami sepakat untuk mematangkan persiapan uji coba PTM dan digelar pada akhir pekan Mei.
Hanafi menyebutkan, sekolah yang mengikuti uji coba sudah melalui tahap verifikasi dari dinas kesehatan, satgas Covid-19, dan dinas pendidikan. Verifikasi itu melalui tahapan pemeriksaan dan pengecekan fasilitas sarana dan prasarana penunjang protokol kesehatan, ruang kesehatan, hingga skenario pelaksanaan pembelajaran dari masuk dan pulang sekolah.
”Pelaksanaan uji coba PTM ini tentu seizin orangtua karena memang itu masuk proses verifikasi. Ada orangtua yang tidak setuju. Itu tidak apa-apa, tidak masalah. Kami juga tidak menganjurkan orangtua memaksa anak-anak untuk ikut PTM,” tuturnya.
Ia menjelaskan, pada pelaksanaan uji coba PTM, waktu pembelajaran di setiap sekolah hanya berdurasi tiga jam dan dilakukan secara bergantian. Penetapan durasi waktu dilakukan agar tidak terjadi penumpukan siswa di sekolah. Setelah siswa di kelas selesai belajar, akan diarahkan untuk pulang langsung dan bergantian dengan siswa di tingkat melanjutkan PTM.
Di tingkat SD, lanjut Hanafi, pelaksanaan uji coba PTM hanya diikuti murid kelas 4 dan 5. Sementara untuk SMP diikuti murid kelas 7 dan kelas 8. Jumlah murid di kelas masing-masing dibatasi 50 persen.
”Untuk SD kelas 1, 2, 3 belum kami rekomendasikan. Sementara untuk murid kelas 6 juga tidak ikut karena kami fokuskan untuk proses persiapan masuk SMP. Begitu pula dengan kelas 9 SMP tidak ikut uji coba PTM, fokus masuk SMA,” ujar Hanafi.
Dalam pelaksanaan uji coba PTM, satgas Covid-19 di tingkat sekolah harus memperketat pengawasan penerapan protokol kesehatan di sekolah. Kantin sekolah tidak boleh buka sehingga siswa harus membawa bekal dari rumah. Siswa juga dilarang menukar atau meminjam alat tulis.
Selain pengawasaan dari satgas sekolah, sedari awal orangtua juga harus menyiapkan perlengkapan anak-anak, seperti masker dan botol disinfektan, meski di sekolah sudah tersedia infrastruktur sabun dan air. Selain itu, perlengkapan tulis dan bekal makanan dan minuman juga harus disiapkan orangtua. Anak-anak juga harus diantar-jemput orangtua atau keluarga. Anak-anak dilarang untuk naik angkutan kota (angkot).
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, Satgas Covid-19 Kota Bogor akan memantau dan mengawasi kesiapan sekolah melaksanakan PTM tahun ajaran 2021-2021 pada Juli mendatang. Evaluasi berkala akan terus dilakukan untuk melihat kondisi perkembangan kasus Covid-19 di Kota Bogor.
Sekolah yang masuk zona merah tentu tidak diizinkan untuk menggelar uji coba PTM. Salah satu syarat pelaksanaan PTM ialah sekolah hanya berlangsung di wilayah zona hijau dan kuning.
Adanya kasus kluster perumahan Griya Melati, Bubulak, Bogor Barat, menjadi perhatian khusus Satgas Covid-19 Kota Bogor. Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menuturkan, kasus di Bubulak membuat Pemkot Bogor khawatir dan bisa mengganggu persiapan PTM. Oleh karena itu, penting untuk terus melakukan evaluasi berkala karena jangan sampai menimbulkan risiko besar penularan di lingkungan sekolah.
Dedie mengaku khawatir dengan perkembangan kasus kluster perumahan Bubulak yang saat ini sudah mencapai 60 kasus. Kasus di Bubulak bisa menghambat PTM pada Juli mendatang.
Alasan larangan mudik dan pembatasan kegiatan selama Ramadhan dan Lebaran dari pemerintah, kata Dedie, salah satu tujuannya agar menekan angka kasus penyebaran sehingga PTM bisa berlangsung.
”Anak-anak ini sudah setengah tahun di rumah. Jadi, sudah ada instruksi persiapan dan uji coba untuk PTM pada Juli dengan syarat status wilayah zona kuning atau hijau. Nah, Bogor yang zona oranye saat ini, kan, menjadi rentan, apalagi penambahan kasus yang sangat signifikan seperti ini,” kata Dedie yang menyesalkan masih ada warga yang belum disiplin melaksanakan protokol kesehatan.