RS Lapangan Kota Bogor Tak Lagi Terima Pasien Covid-19
Meskipun tak lagi menerima pasien Covid-19, alat-alat kesehatan tetap disiagakan di RS Lapangan untuk megantisipasi lonjakan kasus. Warga tetap diimbau agar ketat menjalankan protokol kesehatan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Rumah Sakit Lapangan Covid-19, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, tidak lagi menerima pasien Covid-19, karena penurunan tren kasus Covid-19. Namun, Pemerintah Kota Bogor tetap menyiagakan Rumah Sakit Lapangan jika ada lonjakan kasus.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, Satgas Covid-19 Kota Bogor mengambil langkah untuk menonaktifkan Rumah Sakit Lapangan karena tren kebutuhan pasien Covid-19 yang harus mendapat perawatan semakin menurun.
Kalau ada lonjakan, tentunya RS Lapangan ini kembali akan dibutuhkan. Tergantung kebutuhan. Mudah-mudahan terus terkendali (Bima Arya)
Meski demikian, Pemkot Bogor tetap menyiagakan 21 rumah sakit rujukan dan tempat isolasi untuk orang tanpa gejala (OTG) di Pusat Pendidikan dan Latihan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Ciawi.
“Rumah Sakit Lapangan Covid-19 Kota Bogor dinonaktifkan karena kebutuhannya menurun bahkan BOR (tingkat keterisian tempat tidur) nyaris tidak ada. RS Lapangan didirikan untuk memenuhi kebutuhan tempat tidur yang sangat tinggi ketika itu. Sekarang kasusnya cukup terkendali, jauh dibawah ambang batas WHO. Semua bisa tercukupi di faskes atau RS Rujukan yang ada,” ungkap Bima, Selasa (20/4/2021).
Meski RS Lapangan nonaktif, kata Bima, bukan berarti dihilangkan atau tak berfungsi. Pihaknya tetap mewaspadai dan mengantisipasi agar jika terjadi lonjakan kasus. RS Lapangan bisa langsung diaktifkan jika ada lonjakan kasus
“Kalau ada lonjakan, tentunya RS Lapangan ini kembali akan dibutuhkan. Tergantung kebutuhan. Mudah-mudahan terus terkendali. Tentunya kita berharap untuk yang terbaik, tidak ada lonjakan, tetapi tetap bersiap untuk kemungkinan terburuk,” ujar Bima.
Untuk itu, lanjut Bima, alat kesehatan tetap akan disiagakan di gedung RS Lapangan tersebut. Jika ada panggilan tugas, semua tenaga kesehatan (nakes) akan kembali bertugas.
Menurut Bima, selama 90 hari beroperasi, RS Lapangan sangat efektif menekan penyebaran Covid-19 dan membantu penyembuhan pasien.
“Sejak 18 Januari hingga 18 April 2021 RS Lapangan sudah merawat 346 pasien dengan gejala ringan dan sedang. 290 pasien dinyatakan sembuh, 35 pasien dirujuk, dan nol kasus meninggal. Jadi sangat efektif,” katanya.
Bima memberikan apresiasi dan berterima kasih kepada 252 nakes serta non-nakes di RS Lapangan yang telah mendedikasikan diri dalam panggilan pengabdian kepada masyarakat.
“Izinkan saya, dari lubuk hati yang paling dalam menyampaikan apresiasi. Saya mewakili seluruh warga Bogor sangat berterimakasih dengan adanya RS Lapangan yang isinya adalah para nakes dan nonnakes yang tidak hitung-hitungan, berjuang luar biasa, ikhlas, semata-mata untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa manusia di Kota Bogor,” tuturnya.
Berdasarkaan data, kata Bima, kasus Covid-19 di Kota Bogor juga cukup terkendali. Dari 871 tempat tidur isolasi yang disiapkan di 21 rumah sakit rujukan dan Pusdiklat BPKP, hanya terisi 260 atau 30 persen.
Meski begitu, Bima tetap mengingatkan, warga tetap harus waspada karena belum aman sepenuhnya dari pandemi. Tetap jaga protokol kesehatan demi kelancaran ibadah selama Ramadhan hingga Idul Fitri nanti, sehingga tidak ada lonjakan kasus.
Kepala RS Lapangan Covid-19 Kota Bogor Yeti Hariyati mengatakan, penurunan pasien di RS Lapangan telah terjadi sejak awal April, hanya terisi 15 tempat tidur dari total 64 yang disiapkan.
“Bahkan, pekan kemarin hanya 8 pasien. Sekarang sudah nol pasien karena sudah sembuh. Sempat paling banyak itu pada akhir Februari sampai awal Maret terisi 55 tempat tidur, hampir 100 persen,” ujar Yeti.
Vaksinasi berlanjut
Sebanyak 93.901 orang atau 52,67 persen dari 178.279 warga Kota Bogor yang menjadi sasaran penerima vaksin Covid-19 sudah disuntik vaksin tahap pertama. Jumlah penerima vaksin suntikan tahap kedua ada 40.997 warga atau 23 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno menjelaskan, berdasarkan pembaruan data, Sabtu (17/4/2021), dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), kategori sasaran tenaga kesehatan dari 9.150 orang, hasil vaksinasi pertama sebanyak 8.484 orang atau (92,72 persen), dan vaksinasi kedua sebanyak 7.029 orang (76,82 persen)
Sedangkan untuk kategori lanjut usia (lansia) dari sasaran 95.371 orang, hasil vaksinasi pertama sebanyak 28.817 orang (30,22 persen), dan vaksinasi kedua sebanyak 9.363 orang (9,82 persen).
Adapun untuk kategori petugas publik dari sasaran 73.758 sasaran, hasil vaksinasi pertama sebanyak 56.600 (76,74 persen), vaksinasi kedua sebanyak 24.605 (33,36 persen).
"Untuk tenaga kesehatan banyak yang ditunda karena komorbid dan penyintas. Kriteria ini sebelumnya dikeluarkan dari penerima vaksin," Retno.
Sedangkan untuk penerima sasaran vaksin orang lanjut usia (lansia), menurut Retno, masih rendah, karena baru dimulai satu bulan yang lalu. Rendahnya penerima sasaran vaksin orang lansia juga karena kebijakan pemerintah pusat yang awalnya hanya memprioritaskan vaksin orang lansia di ibu kota provinsi.
"Jadi saat itu kita mulai sasaran pelayan publik dulu. Sekarang prioritasnya lansia dan pendidik, pelayan publik ditunda dulu," katanya.
Menurut Retno, antusias menerima vaksin untuk sasaran warga lansia yang bermukim di sekitar pusat kota cukup tinggi. Sedangkan penduduk lansia yang ada di wilayah perbatasan Kabupaten Bogor, seperti di Mulyaharja, Lawang Gintung, Harjasari, Situ Gede, dan Ciluar, banyak yang menolak vaksin karena takut, merasa tidak kemana-mana, dan jauh dari fasilitas kesehatan.
"Jadi perlu sosialisasi tentang pentingnya vaksin dan maanfaatnya. Kemarin berbagai upaya terobosan dengan jemput bola sudah dilakukan untuk mendekatkan akses layanan," kata Retno.
Di bulan Ramadhan, lanjut Retno, vaksinasi tahap kedua akan tetap berlangsung. Untuk itu pihaknya kembali membuka layanan tanpa turun (lantaru) atau drive thru di GOR Pajajaran yang sempat terhenti sementara karena memasuki bulan Ramadhan. Retno melanjutkan, pemkot kembali menjalin kemitraan bersama Halodoc, dalam percepatan mencapai target sasaran vaksinasi Covid-19 di Kota Bogor.
Namun, Retno menilai, layanaan drive thru bersama Halodoc di masa bulan Ramadhan menjadi tantangan karena kurangnya sumber daya manusia (SDM) atau sukarelawan. Apalagi pelaksanaan drive thru di tempat terbuka, sehingga banyak sukarelawan, dokter, perawat, dan bidan yang mengundurkan diri. Retno memahami, tidak mudah bertugas dalam kondisi panas dan ruang terbuka, di masa bulan puasa.
"Kalau lokasi di indoor volunteer sanggup, karena sambil duduk dan tidak panas. Kami juga tidak bisa memaksa karena mereka kan sukarelawan," ujar Retno.
Retno mengatakan, kekurangan SDM membuat Halodoc dan Dinkes sepakat untuk menggabungkan vaksinasi yang sebelumnya dijadwalkan pada Rabu, Kamis dan Jumat, hanya dilaksanakan pada Jumat saja.
Meski digabung, kata Retno, dengan jumlah sekitar 814 peserta, Dinkes memerintahkan Halodoc agar membagi jam kedatangan peserta yakni pukul 09.00, 10.00 dan 11.00, agar tidak terjadi kerumunan.