Presiden Jokowi Ajak Masyarakat Utamakan Keselamatan
Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk lebih mengutamakan keselamatan dengan tidak mudik ke kampung halaman menjelang Lebaran 2021 seperti seruan pemerintah.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk lebih mengutamakan keselamatan dengan tidak mudik ke kampung halaman menjelang Lebaran 2021 seperti seruan pemerintah. Selain memutus mata rantai Covid-19, larangan mudik untuk menjaga perkembangan positif penanggulangan penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.
Melalui keterangan resmi secara virtual, Jumat (16/4/2021), Presiden menyampaikan empatinya kepada seluruh masyarakat yang menahan kerinduan karena kembali tak bisa mudik di hari Lebaran. Akan tetapi, tidak mudik adalah pilihan tepat untuk menjaga keselamatan bersama.
”Saya mengerti, kita semua pasti rindu sanak saudara di saat-saat seperti ini, apalagi Lebaran nanti. Tapi, mari kita utamakan keselamatan bersama dengan tidak mudik ke kampung halaman,” kata Presiden.
Tahun ini merupakan tahun kedua Lebaran di tengah pandemi Covid-19. Pemerintah kembali memutuskan untuk meniadakan atau melarang mudik bagi aparatur sipil negara (ASN), anggota TNI dan Polri, pegawai badan usaha milik negara (BUMN), serta pegawai swasta dan masyarakat umum.
Presiden kembali menegaskan, keputusan itu diambil melalui berbagai pertimbangan. Salah satunya tren kenaikan kasus positif Covid-19 yang terjadi setelah empat kali libur panjang di 2020. Saat Idul Fitri 2020, misalnya, terjadi kenaikan jumlah kasus harian Covid-19 hingga 93 persen, serta kenaikan angka kematian mingguan 66 persen.
Bahkan, setelah libur panjang pada 20-23 Agustus 2020, kasus harian melonjak 119 persen dan jumlah kematian mingguan naik 57 persen. Begitu pula pascalibur panjang 28 Oktober-1 November, terjadi kenaikan kasus Covid-19 harian hingga 95 persen yang diikuti penambahan kasus kematian mingguan sebanyak 75 persen.
Kenaikan kasus Covid-19 juga terjadi setelah libur akhir tahun pada 24 Desember 2020-3 Januari 2021. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kenaikan kasus harian kala itu 78 persen dan kasus kematian mingguan meningkat 46 persen.
Pertimbangan lain adalah perkembangan kasus aktif Covid-19 yang cenderung menurun pada dua bulan terakhir. Pada 15 April, misalnya, jumlah kasus aktif sebanyak 108.032, jauh di bawah jumlah kasus aktif pada 5 Februari yang sebanyak 176.672 kasus.
Demikian pula kasus harian yang mengalami tren penurunan menjadi 4.000-6.000 kasus per hari. Angka itu tiga kali lebih rendah dibandingkan temuan kasus harian pada awal 2021 yang berkisar 14.000-15.000 kasus.
Sementara tren kesembuhan pasien Covid-19 juga terus mengalami peningkatan. Jika pada 1 Maret lalu angka rata-rata kesembuhan 58,88 persen, kini menjadi 90,5 persen.
Larangan mudik ditetapkan karena pemerintah ingin menjaga tren positif penanggulangan pandemi Covid-19. ”Kita harus betul-betul menjaga bersama momentum yang baik ini. Untuk itulah pada Lebaran kali ini pemerintah memutuskan melarang mudik,” kata Presiden.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mengajak masyarakat, khususnya umat Muslim, untuk mengisi Ramadhan dengan ikhtiar memutus mata rantai penularan Covid-19. Demi menjaga keselamatan diri, sanak saudara, dan seluruh masyarakat, akan lebih baik jika semua mematuhi keputusan pemerintah untuk tidak mudik.
Keputusan pemerintah melarang mudik mendapat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk Persyarikatan Muhammadiyah. ”Karena belum memungkinkan dan sesuai dengan kebijakan pemerintah, sebaiknya warga bangsa tidak perlu mudik tahun ini. Apalagi jika mudik itu kemudian kita menjadi tidak disiplin dan menambah rantai penularan Covid-19,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Haedar juga menyampaikan bahwa memilih tidak mudik merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan tanggung jawab moral sebagai warga bangsa. Bahkan, tidak mudik dinilai sebagai wujud kesalehan.
Tidak mudik, lanjut Haedar, juga merupakan salah satu bentuk empati masyarakat kepada para tenaga kesehatan yang masih harus berjuang di garda terdepan untuk menangani pasien Covid-19. Selain itu, juga wujud kebaikan kepada sesama dan kemanusiaan.
Lebih jauh, Haedar kembali menegaskan bahwa ikhtiar memutus mata rantai Covid-19 tak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Diperlukan kesadaran dan ikhtiar dari seluruh warga bangsa untuk mengakhiri pandemi Covid-19.
”Karena itu, tidak perlu mudik dan jangan sampai kita merasa berat mudik yang justru nanti kalau mudik kemudian menambah rantai penularan. Itu semuanya merupakan wujud dari ikhtiar kita yang harus optimal disertai dengan kesadaran antarwarga bangsa kita. Kita selalu berdoa agar pandemi ini segera berakhir, tetapi ikhtiar tetap kita lakukan secara kolektif dan penuh pertanggungjawaban,” ujarnya.