Libur Akhir Pekan Ini Kota Bogor Tanpa Ganjil Genap
Meski tak ada ganjil genap, bukan berarti Kota Bogor relaksasi total. Pemerintah kota tetap akan mengawasi protokol kesehatan, seperti patroli untuk membubarkan kerumunan dan syarat tes antigen di obyek wisata.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, memutuskan tidak akan menerapkan ganjil genap pada akhir pekan ini. Meski begitu, Pemkot Bogor akan memperkuat pengawasan protokol kesehatan, seperti mewajibkan membawa hasil tes antigen, terhadap pengunjung di obyek wisata.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, dari evaluasi dan analisis data dalam satu minggu terakhir menunjukkan tren kasus positif Covid-19 terus menurun meski beberapa kali ada fluktuasi kasus. Begitu pula tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit dan jumlah kematian menurun, sedangkan tingkat kesembuhan naik. Atas data itu, forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda) dan Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor memutuskan tak memberlakukan ganjil genap pada akhir pekan ini.
”Relaksasi pada minggu kemarin, kami amati di lapangan, ada pergerakan membaik di bidang ekonomi. Kunjungan ke pasar, rumah makan, dan restoran membaik karena tidak ada ganjil genap. Hotel juga relatif tidak terlalu berbeda. Jadi, kami memutuskan libur panjang ini ganjil genap tetap tidak berlaku karena kami masih membutuhkan data untuk menganalisis terkait angka covid-nya itu. Sekarang kita coba analisis per minggu data-datanya,” papar Bima, Rabu (10/3/2021).
Meski tak ada ganjil genap, lanjut Bima, bukan berarti Kota Bogor relaksasi total. Pihaknya tetap akan memperkuat pengawasan di lapangan melaluimanajemen keramaian, seperti patroli untuk membubarkan kerumunan, mengatur lalu lintas dengan buka tutup jalur jika terjadi keramaian, pengawasan di obyek wisata dengan mewajibkan pengunjung membawa surat hasil tes antigen, dan pembatasan kapasitas tempat wisata sebesar 50 persen.
”Kota Bogor terakhir satu-satunya yang bersatus zona merah. Sekarang bukan saja sudah zona oranye, tetapi tingkat BOR (bed occupancy rate) kita terendah se-Jawa Barat. Target kita bekerja keras agar Bogor keluar dari zona oranye dan menjadi zona kuning,” kata Bima.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno melaporkan, data kasus aktif Covid-19 di Kota Bogor pada pekan pertama Maret 2021 menurun 10,4 persen, angka kesembuhan 87,9 persen, dan angka kematian menurun 1,6 persen jauh di bawah angka nasional yang 2,7 persen.
Sementara positivity rate 10,8 persen, keterisian kamar rumah sakit menurun sebesar 39,38 persen atau dari 846 tempat tidur yang terisi 339 unit. Untuk ICU juga mengalami penurunan menjadi 50 persen, rumah sakit lapangan 29,7 persen.
”Berdasarkan grafik, tren Kota Bogor menurun. Yang menarik adalah tenaga kesehatan yang terkonfirmasi pada minggu pertama Maret 2021, nol kasus. Pada Januari nakes yang terkonfirmasi positif cukup tinggi, yakni 21 orang, dan Februari turun jadi 10 orang. Total kasus ada 12.616 orang,” kata Retno.
Data kendaraan
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor Eko Prabowo menjelaskan, data 2 Januari 2021, total kendaraan yang masuk dan keluar Kota Bogor sebanyak 110.989 unit. Namun, ketika kebijakan ganjil genap diterapkan pada 6 Februari 2021, total kendaraan yang masuk dan keluar Kota Bogor sebanyak 89.054 kendaraan.
Dari data di Gerbang Tol Jagorawi-Exit Baranangsiang dan Gerbang Tol Sentul Selatan 1-Sentul Barat pada 6 Maret 2021, jumlah kendaraan yang masuk ke Kota Bogor sebanyak 108.000 unit, sedangkan pada 7 Maret sebanyak 109.767 unit. Jika dibandingkan pekan lalu, kurang lebih hanya 98.600 lebih kendaraan.
”Berdasarkan data yang kita olah dengan data sebelumnya, perbandingan antara kondisi normal dan penerapan ganjil genap, kita bisa menekan pergerakan kendaraan kurang lebih 46 persen. Ganjil genap sangat efektif. Saat relaksasi ada peningkatan kepadatan yang luar biasa,” tutur Eko.
Dampak pasar
Dampak penerapan ganjil genap, seperti disampaikan Direktur Utama Perumda Pasar Pakuan Jaya, Muzakkir, keramaian pasar turun. Pasar kering turun 40-50 persen dan pasar basah 20-30 persen. Saat mulai relaksasi, penurunan di pasar kering 20-30 persen dan pasar basah 10-15 persen.
”Tanpa ganjil genap, kondisi pasar normal kembali, antusias pedagang meminta tidak ada lagi ganjil genap untuk mendongkrak ekonomi mereka karena kondisi pasar, khususnya pasar kering, masa panennya ada di akhir pekan. Berdasarkan data yang ada, 40-50 persen atau mungkin lebih pembeli di pasar Kota Bogor berasal dari luar Kota Bogor,” tutur Muzakkir.
Dari sektor perdagangan, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bogor Ganjar Gunawan menyampaikan, berdasar pemetaan saat tanpa penerapan ganjil genap ada fenomena terkait transaksi pembeli. Dari 26 titik, ada 6 titik mengalami kenaikan kunjungan ke ritel atau toko swalayan, sisanya menurun.
Ganjar melanjutkan, pengunjung ke pusat perbelanjaan pada pekan ke-4 Februari 2021 ketika diterapkan ganjil genap (27-28/2/2021) total ada 140.259 orang. Namun, ketika tidak diberlakukan ganjil genap, jumlah pengunjung pada pekan pertama Maret hanya 129.384 orang. Artinya, turun sekitar 10.000 lebih atau sekitar 7-8 persen.
Terkait penjualan bahan bakar minyak (BBM) di 10 SPBU, kata Ganjar, dari koordinasi dengan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas), konsumsi BBM rata-rata menurun. Penurunan karena mobilitas warga pengguna kendaraan menurun. Rata-rata penurunan juga terjadi di restoran dan hotel.
”Kesimpulan kami, traffic customer tidak semata-mata akibat dampak ganjil genap, tetapi juga dipengaruhi gajian karyawan. Untuk swasta, rata-rata gajian di akhir bulan, sekitar tanggal 25-28, untuk memenuhi belanja bulanan. Dari ritel tidak terlalu mempermasalahkan ganjil genap karena, pertama, ritel memiliki semacam prime time pengunjung. Kedua, tergantung sistem gajian bulanan. Berbeda dengan rumah makan, kafe, dan resto yang tidak menginginkan penerapan ganjil genap,” papar Ganjar.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor Atep Budiman menerangkan, okupansi hotel, obyek wisata, dan omzet terjadi penurunan dari tahun lalu hingga awal tahun 2021. Namun, pada periode akhir Febuari 2021, justru ada peningkatan saat penerapan ganjil genap sebesar 54,87 persen, kemudian awal Maret kembali meningkat 57,08 persen.
Di sektor wisata, pada awal penerapan ganjil genap terjadi penurunan wisatawan 30-60 persen. Akhir Febuari, penurunannya meningkat 20 persen sampai maksimal sekitar 80 persen. Saat relaksasi pekan pertama, angka menunjukkan adanya peningkatan sebesar 14 persen.
”Belum signifikan karena ada pemberlakuan terkait persyaratan menerapkan rapid antigen di beberapa tempat wisata di Kota Bogor,” kata Atep.
Adapun omzet restoran dan kafe di awal penerapan ganjil genap menurun sekitar 45 persen. Pada ganjil genap tahap berikutnya terjadi penurunan mencapai 65 persen. Pada relaksasi Sabtu-Minggu pekan kemarin, ada peningkatan omzet sekitar 20 persen dan naik menjadi 40 persen.
”Secara keseluruhan untuk pariwisata dengan adanya relaksasi, ada respons peningkatan yang cukup signifikan di hotel, tempat makan, resto, dan tempat wisata,” ujar Atep.