Target Kota Bogor Kurangi Sampah Tak Terolah hingga 22 Persen
Melalui program reuse, reduce, dan recyle (3R) di Kota Bogor, jumlah pengurangan sampah pada tahun 2019 sebesar 34.840 ton atau 14.5 persen. Sementara pada 2020 pengurangan sebesar 49.184 ton atau 20 persen.
Oleh
AGUIDO ADRI/STEFANUS ATO
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Pemerintah Kota Bogor mengklaim berhasil mengurangi sampah hingga 49.194 ton atau 20 persen pada 2020. Tahun ini, sampah Kota Bogor ditargetkan berkurang hingga 22 persen melalui penguatan program bank sampah dan tempat pembuangan akhir atau TPA.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor, Deni Wismanto mengatakan, jumlah timbulan sampah tahun 2019 di Kota Bogor mencapai 240.205 ton per tahun. Tahun 2020, timbulan sampah mencapai 245.922 ton atau meningkat 2 persen. Namun, melalui program reuse, reduce, dan recyle (3R), jumlah pengurangan sampah 2019 sebesar 34.840 ton atau 14.5 persen. Sementara pada 2020 pengurangan mencapai 49.194 ton atau 20 persen.
"Pada 2020, Kota Bogor berhasil menurunkan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Galuga sebesar 20 persen dari 650 ton sampah setiap harinya. Target di 2021, kami harus menurunkan pengurangan sampah sampai 22 persen karena target nasional naik ke 24 persen dari sebelumnya 20 persen. Bahkan, kami menargetkan 33 persen pengurangan sampah dari program 3R pada 2025," ujar Deni, Kamis (25/2/2021).
Deni menuturkan, pengelolaan sampah atau pengurangan sampah (reduksi) harus dimulai dari lingkungan terkecil, yakni rumah, sehingga sampah yang dibuang ke TPS bisa berkurang. Dari 650 ton sampah produksi warga Kota Bogor, 69 persennya sampah organik dan 31 persennya anorganik. Sampah-sampah tersebut jika dikelola dengan baik, tidak hanya berdampak pada kebersihan kota Bogor tetapi juga memberikan manfaat ekonomi.
"Di Kota Bogor ada 27 TPS 3R, dan 346 bank sampah sebagai tempat pengolahan sampah dan mereduksi sampah yang tersebar di wilayah RT. mereduksi sampah organik bisa diolah menjadi budidaya maggot dan pupuk sehingga mendatangkan nilai ekonomis. Sementara, sampah anorganik berkurang berkat program Bogor Tanpa Kantong Plastik (BOTAK) yang nantinya akan merambah ke pasar tradisional," lanjutnya.
Untuk mencapai target pengurangan sampah 23 persen, kata Deni, tidak hanya sekadar dari program infrastruktur saja seperti menyediakan TPS 3R dan bank sampah, tetapi juga perlu meningkatkan program kultur atau kesadaran warga tidak membuang sampah sembarangan di sungai dan memilah sampah organik dan anorganik.
“Jadi percuma jika ada infrastruktur, tapi kesadaran bersih lingkungan tidak muncul. Oleh karena itu, kami terus solialisasi terkait kultur hidup bersih, tidak buang sampah sembarangan apalagi di sungai. Selain itu, diperkuat pula melalui program bank sampah. Kami memberikan buku tabungan untuk warga yang mengumpulkan dan memilah sampah rumah tangga. Sampah itu kami jemput dan kami catat jumlah sampahnya serta catat nominalnya di buku tabungan warga,” kata Deni.
Buku tabungan dari program bank sampah, lanjut Deni, nominalnya memang tidak besar, tetapi di masa pandemi Covid-19 tentu bisa sedikit membantu warga. “Program ini jangan dilihat dari nominalnya, tujuan bukan untuk berjualan sampah, tetapi untuk membangun kultur membangun kultur hidup bersih dan tidak membuang sampah sembarangan,” lanjutnya.
Sementara itu, Wali Kota Bima Arya mengatakan, dari keberhasilan mereduksi sampah, Pemkot Bogor mendapat penghargaan berupa Dana Insentif Daerah (DID) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Senin (22/2) lalu. Penghargaan ini menjadi semangat dan komitmen bersama untuk menjadikan Kota Bogor sebagai kota yang ramah lingkungan.
"Di tengah berbagai keterbatasan terkait dengan kondisi TPA dan lainnya, kami fokus pada upaya untuk mengurangi sampah pada sumbernya di lingkungan masing-masing dan melibatkan warga," ujar Bima.
Menurut Bima, pelibatan warga perlu didukung penyediaan sarana dan prasarana agar kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan, terutama di sungai, bisa berkurang dan hilang. Permasalahan sampah tidak hanya merusak lingkungan tetapi tetapi berisiko menyebabkan banjir.
“Pemerintah tidak bisa begitu saja melarang warga membuang sampah sembarangan, tetapi tempat sampahnya tidak ada. Infrastruktur dan edukasi menjadi tanggung jawab pemerintah. Kita ada Satgas Ciliwung yang bertugas membersihkan sampah di Sungai Ciliwung dan mengedukasi warga untuk tidak membuang sampah sembarangan,” tutur Bima.
Kota Bekasi
Sementara itu, sampah pascabanjir Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (25/2/) yang sudah diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir Sumur Batu, Bantargebang, mencapai 2.000 ton. Sampah itu paling banyak berasal dari Kecamatan Jatiasih, Bekasi Selatan, dan Bekasi Utara atau wilayah yang paling parah terdampak banjir.
"Secara keseluruhan setelah banjir, ada peningkatan volume sampah di Jatiasih, Bekasi Utara, dan Bekasi Selatan. Jumlahnya sekitar 2.000 ton," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Yayan Yuliana, di Bekasi.
Tiga wilayah itu merupakan wilayah yang paling parah terdampak banjir pada 20 Februari 2021 akibat meluapnya Kali Bekasi. Kali Bekasi merupakan hilir dari Sungai Cikeas dan Cileungsi. Di Kota Bekasi, jika terjadi banjir dan Kali Bekasi meluap, maka sampah dari kali itu menyumbang sekitar 10 persen dari total produksi sampah harian.
"Kali Bekasi itu kobtribusinya tidak besar, kecuali ada kiriman dari Bogor. Kemarin itu (sampah) banyak sekali dari Sungai Cikeas," katanya.
Yayan mengatakan, hingga saat ini petugas Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi masih terus bekerja mengangkut berbagai sampah akibat banjir yang ada di sungai maupun di wilayah permukiman warga. Sampah yang diangkut petugas merupakan sampah campuran, baik itu sampah bambu, kayu, dan sampah rumah tangga.
Sampah merupakan salah satu persoalan Kota Bekasi yang selama ini jadi salah satu pemicu banjir. Upaya mengurangi produksi sampah di Kota Bekasi dinilai masih tak efektif karena sampah masih dibuang sembarangan.
"Sampah di sungai juga tergantung kiriman dari hulu yang tidak bisa kami batasi. Itu kondisi saat ini yang jadi penyebab sungai-sungai di Bekasi selalu penuh dengan sampah," ucap Yayan.