Pemerintah Kota Bogor kembali Evaluasi Ganjil-Genap
Pemerintah Kota Bogor masih mencari titik keseimbangan antara dimensi kesehatan dan ekonomi. Oleh karena itu, kebijakan ganjil-genap akan dievaluasi kembali sebelum dipastikan berlanjut atau tidak.
Oleh
AGUIDO ADRI/STEFANUS ATO
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Angka kasus harian positif Covid-19 di Kota Bogor kembali mengalami fluktuasi, setelah sebelumnya sempat konsisten turun. Pemerintah Kota Bogor akan mengevaluasi kembali dampak kesehatan dan ekonomi dari kebijakan ganjil genap yang sudah berlangsung selama tiga pekan.
Kepala Kepolisian Resor Bogor Kota Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro mengatakan, pemberlakuan ganjil-genap efektif menurunkan angka mobilitas warga dan kendaraan yang masuk ke Kota Bogor. Dua pekan pemberlakuan ganjil genap pada 6-7 Febuari dan 12-14 Febuari yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 20.00, petugas memutarbalikan 16.116 motor dan 10.885 mobil. Sedangkan ganjil-genap pada 20-21 Febuari dari pukul 09.00 hingga 18.00, petugas memutarbalikan 6.856 mobil dan 9.215 motor.
Selain menekan mobilitas kendaraan yang masuk ke kota Bogor, kerumunan dan mobilitas warga Kota Bogor juga berkurang signifikan. Di wilayah Bogor Barat titik kerumunan dan mobilitas warga masing-masing turun 71 persen. Di Bogor Tengah, titik kerumunan turun 44 persen dan mobilitas warga turun 48 persen. Bogor Selatan, titik kerumunan turun 30 persen dan mobilitas warga turun 32 persen. Bogor Timur, titik kerumunan turun 44 persen dan mobilitas warga turun 32 persen. Tanah Sareal, titik kerumunan turun 37,93 persen dan mobilitas warga turun 11,8 persen.
Tentu setiap kebijakan akan kami evaluasi. Begitu pula dengan kebijakan ganjil genap, selain mampu menekan mobilitas warga, kita perlu melihat dampak dimensi kesehatan dan ekonomi. (Bima Arya)
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, kebijakan ganjil-genap menunjukan penurunan angka mobilitas warga sehingga berdampak ada tren penurunan kasus positif harian sejak 6 Februari yang mencapai puncak sebanyak 180 kasus turun menjadi 105 kasus pada 15 Febuari. Namun, jika melihat data dari 15-21 Febuari angka konfirmasi positif harian mengalami fluktuatif.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, pada Senin (21/2) konfirmasi harian positif sebanyak 98 kasus; Minggu (20/2), sebanyak 118 kasus; Sabtu (19/2), sebanyak 117 kasus; Jumat (18/2), sebanyak 123 kasus; Kamis (17/2), sebanyak 90 kasus; Rabu (16/2), sebanyak 141 kasus.
Sementara tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Ratio (BOR) di rumah sakit pada 6 Januari mencapai 87,1 persen. Pada 12 Januari naik sebesar 88 persen. Namun setelah itu, angka BOR perlahan turun mencapai 47, 8 persen pada 16 Febuari. Adapun data pada Minggu (21/2), jumlah tempat tidur isolasi yang terisi mencapai 416 (48,5 persen) dari 858 tempat tidur.
Kluster keluarga masih menjadi penyumbang tertinggi angka kasus positif. Dari 1-7 Febuari, jumlah konfirmasi positif mencapai 535 kasus dan pada 8-14 Febuari saat pemberlakuan ganjil genap, terjadi tren penurunan 479 kasus di kluster keluarga.
“Tentu setiap kebijakan akan kami evaluasi. Begitu pula dengan kebijakan ganjil genap, selain mampu menekan mobilitas warga, kita perlu melihat dampak dimensi kesehatan dan ekonomi. Pada dua pekan ganjil-genap berdampak pada tren penurunan kasus positif, tetapi ternyata berdampak pada penurunan ekonomi. Sementara pada pekan ketiga, kami akan evaluasi dampak ekonominya, saya berharap ada kenaikan. Kita perlu menyeimbangkan dimensi kesehatan dan ekonomi,” kata Bima Arya, Senin (22/2/2020).
Berdasarkan data, lanjut Bima, ganjil-genap pada pekan pertama dan kedua tidak hanya berdampak pada dimensi mobilitas warga dan kesehatan, tetapi juga berdampak pada penurunan dimensi ekonomi. Di sektor usaha seperti restoran terjadi penurunan omset sebesar 45 persen dan pengunjung di sejumlah objek wisata turun antara 30-60 persen.
Tren penurunan pengunjung juga terjadi di mal. Seperti di Bogor Trand Mall, sebelum ganjil genap ada 15.000 pengunjung, tetapi saat ganjil genap turun menjadi 10.000 pengunjung (33 persen). Di Botani Square, dari 14.000 turun menjadi 12.000 pengunjung (14,2 persen); Transmart Yasmin, dari 12.300 turun menjadi 11.900 pengunjung (17,3 persen).
Bima melanjutkan, penting pula melihat tren di pasar. Seperti di pasar kering jumlah pengunjung turun 50 persen, pasar basah (sayur, ikan, daging) turun 20-30 persen, dan pasar fashion atau garmen juga berdampak signifikan sebesar 50 persen.
“Sementara tingkat hunian hotel fluktuatif. Pada 30 Januari-6 Febuari turun 13,66 persen. Pada 5-12 Febuari okupansi hotel naik 4,85 persen, dan 6-13 Febuari naik 5,64 persen. Dari data ini, tidak bisa mengindikasikan kuat dampak besar dari ganjil genap. Namun, dimensi ekonomi dari data-data memang berdampak, oleh karena itu akan kami evaluasi seluruh kebijakan,” kata Bima.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay mengatakan, pihaknya mendukung upaya pemerintah untuk menekan kasus positif Covid-19, meski kebijakan ganjil-genap sangat memberikan pengaruh terhadap tingkat kunjungan hotel dan restoran. Dampak kebijakan itu paling dirasakan pada minggu kedua saat libur panjang Imlek.
Menurut Yuno, saat mendengar informasi kebijakan ganjil genap diperpanjang, mereka perlu bersiasat agar menarik pengunjung, tetapi kepatuhan protokol kesehatan tetap harus dijalankan secara ketat.
“Beberapa hotel memanfaatkan ganjil genap sebagai konten atau item promosi. Sejak kemarin diperpanjang itu muncul kreatifitasnya. Identitas atau item ganjil genap dijadikan promosi oleh teman-teman. Contoh promo ganjil genap di tanggal ganjil harga ganjil, di tanggal genap harga genap, hotel promo diskon habis-habisan," tutur Yuno.
Tingkat keterisian pasien Covid-19 di Kota Bekasi, hingga Senin (22/2) sebesar 70,42 persen. Angka kasus positif atau positivity rate daerah itu juga masih stabil tinggi di angka 20 persen.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, okupansi tempat tidur atau BOR di seluruh rumah sakit di Kota Bekasi, tiga hari yang lalu sempat turun ke angka 68 persen. Namun, angka itu kembali naik menjadi 70 persen pada Senin ini.
"Sekarang BOR-nya bagus, tiga hari lalu di angka 68 persen. Tetapi dua hari kemudian naik lagi jadi 70 persen," kata Rahmat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezy Syukrawati, menambahkan, selama penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), kasus Covid-19 di Kota Bekasi menunjukkan tren melandai. Meski melandai, angka positivity rate di daerah itu masih tinggi mencapai 20,11 persen atau tiga kali lipat lebih tinggi dari rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni kurang dari 5 persen.
"Trennya melandai, walau positivity rate masih cukup tinggi. Tapi angka kesembuhan kami juga tinggi," kata Dezy.
Adapun berdasarkan data Satuan Tugas Covid-19 Kota Bekasi, hingga Senin, akumulasi kasus Covid- di daerah itu mencapai 32.520 kasus. Rinciannya, 950 kasus dalam perawatan, 31.145 kasus sembuh, dan 425 kasus meninggal dunia.