Tetap Waspada meski Jumlah Kasus Turun di Sebagian Jabodetabek
Ada beberapa teori di Tanah Air yang mengatakan pemberian vaksin mulai menunjukkan pengaruh, tetapi masih terlalu awal untuk memastikan akan membuat jumlah penularan berkurang.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara/I Gusti Agung Bagus Angga Putera/Aguido Adri/Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren menurunnya jumlah pasien positif Covid-19 terjadi di Jabodetabek. Kota Bekasi dan Kota Bogor di Jawa Barat melaporkan penurunan jumlah kasus positif Covid-19 harian serta naiknya tingkat kesembuhan. Di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, yang sebelumnya fokus merawat pasien Covid-19 yang bergejala, kini kembali menerima rujukan pasien terkonfirmasi positif yang tanpa gejala. Ini lantaran tingkat keterisiannya turun selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM.
Pada pertengahan Januari, kasus meningkat drastis di Jakarta dan sekitarnya dan menyebabkan jumlah pasien bergejala yang butuh perhatian ekstra juga melonjak. Semua pasien tanpa gejala yang dirujuk ke Wisma Atlet lantas diarahkan untuk isolasi di Menara 8 dan 9 Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara, sehingga menara 4-7 bisa dikhususkan bagi pasien-pasien bergejala.
”Karena sudah ada penurunan ini, Wisma Atlet Pademangan bisa digunakan lagi untuk repatriasi,” ujar Kolonel Laut dokter RM Tjahja Nurrobi, Kepala Sekretariat RSDC Wisma Atlet, dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Selasa (16/2/2021). Repatriasi merujuk pada karantina terhadap warga negara Indonesia yang baru saja datang dari luar negeri.
Ada beberapa teori di Tanah Air yang mengatakan pemberian vaksin mulai menunjukkan pengaruh, tetapi masih terlalu awal untuk memastikan akan membuat jumlah penularan berkurang.
Penurunan tingkat keterisian di Kemayoran terjadi mulai 24 Januari lalu. Menurut Tjahja, pasien tanpa gejala bisa masuk Wisma Atlet Kemayoran lagi mulai Selasa ini. Pasien bergejala berat di sana pun kian turun, sekarang sekitar 10 persen saja.
Berdasarkan data Selasa pagi, terdapat 3.284 pasien bergejala yang dirawat di Wisma Atlet Kemayoran. Tingkat keterisian di empat menara RSDC di sana berarti 54,78 persen.
Kepala Subdirektorat Kekarantinaan Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dokter Benget S Turnip mengatakan, saat ini tinggal menara 8 di Pademangan yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19 tanpa gejala. Itu pun jumlahnya sudah berkurang menjadi 343 orang saja per Senin (15/2/2021) malam. Artinya, tingkat okupansi di menara itu hanya 33,75 persen karena tersedia total 1.016 tempat tidur di sana.
Beriringan dengan penurunan jumlah pasien, sejak 10 Februari, dua menara di Wisma Atlet Pademangan digunakan untuk karantina WNI dari luar negeri, yakni menara 9 dan 10.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan RS Seluruh Indonesia (Persi) dokter Lia G Partakusuma menuturkan, terdapat tren penurunan tingkat keterisian juga pada RS rujukan Covid-19 se-Indonesia. Sayangnya, unit perawatan intensif (ICU) Covid-19 masih padat pasien, terutama di sejumlah wilayah di Jawa. ”Beberapa tempat, seperti di Bekasi dan Jakarta, angkanya masih di atas 60 persen,” ujarnya.
Di DKI, berdasarkan data pada 7 Februari, sebanyak 838 pasien dirawat di ICU yang berlokasi di 101 RS rujukan. Dengan ketersediaan total 1.130 tempat tidur ICU, tingkat keterisian ICU di Jakarta berarti 74 persen.
Lia menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar tingkat keterisian fasilitas kesehatan dijaga di bawah 60 persen untuk mengantisipasi perubahan kondisi pasien. Pasien berkondisi sedang yang kemudian memburuk jadi berat atau kritis mesti dilayani di ICU, sedangkan jika tingkat keterisian ICU di atas 60 persen mereka kemungkinan besar harus antre dan dirawat sebisanya dulu di ruang isolasi atau unit gawat darurat (UGD), yang fasilitasnya tidak selengkap ICU.
Meski demikian, Lia tetap mensyukuri pelonggaran tingkat keterisian ruang isolasi di RS-RS rujukan Covid-19. Para tenaga kesehatan bisa lebih fokus merawat pasien yang membutuhkan fasilitas RS.
Sebelumnya dilaporkan di Tangerang Raya, Banten, seperti di Tangerang Selatan, yang saling bertetangga dengan Jakarta, Bogor, dan Bekasi, belum menunjukkan gejala serupa (Kompas, 16 Februari 2021).
Selain berupaya meningkatkan penelusuran kontak dan penanganan pasien positif, Tangerang Raya kini menggencarkan vaksinasi Covid-19. Target kali ini adalah pelayan publik dan pedagang pasar.
Belum berakhir
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Moch Iqbal Nurmansyah, menjelaskan bahwa data statistik dari rumah sakit ini tidak membuktikan pandemi telah terkendali. Justru, fakta global adanya varian baru virus korona seperti yang ditemukan di Inggris dan negara-negara lain harus membuat masyarakat kian waspada.
”Ada beberapa teori di Tanah Air yang mengatakan pemberian vaksin mulai menunjukkan pengaruh, tetapi masih terlalu awal untuk memastikan akan membuat jumlah penularan berkurang,” tuturnya.
Berdasarkan data di laman corona.jakarta.go.id jumlah kasus positif harian untuk tanggal 15 Februari adalah 1.879 orang, 14 Februari 2.496 orang, dan 13 Februari 3.018 orang. Iqbal mengatakan, tren sepekan terakhir memang menurun. Meskipun begitu, masyarakat jangan melupakan keberadaan libur Imlek yang disertai akhir pekan. Artinya, ada risiko kasus akan meningkat dua pekan setelah libur berakhir.
”Kejenuhan warga terhadap pembatasan jadi kendala utama. Survei FKM UIN Jakarta menunjukkan bahwa hampir semua responden mengetahui adanya Covid-19 dan bahayanya, termasuk risiko kematian. Namun, hal tersebut tidak langsung membuat mereka sadar memakai masker secara konstan, menjaga jarak fisik, dan mencuci tangan dengan sabun serta air mengalir,” ujarnya.