Ahli menyarankan pelaksanaan tes Covid-19 secara aktif untuk kawasan yang terdampak banjir di Jakarta. Langkah itu untuk mencegah potensi kluster penularan di sana.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Protokol kesehatan Covid-19 yang lemah karena kerumunan di lokasi banjir Jakarta tidak terhindarkan. Ahli kesehatan menilai perlunya tindakan pencarian kasus secara aktif demi mencegah potensi kluster penularan di sana.
Selama banjir tiga hari terakhir, warga tampak sulit mendisiplinkan penerapan protokol kesehatan di pengungsian. Situasi ini terjadi karena keterbatasan lokasi pengungsian serta kedaruratan proses penyelamatan warga. Karena itu, upaya penapisan kluster Covid-19 harus dengan pencarian kasus secara aktif atau active case finding. Pemerintah setempat harus melakukan tes sebanyak-banyaknya untuk melacak potensi kluster penularan di lokasi banjir.
”Dengan kondisi sekarang, kita tidak bisa lagi berharap pada kedisiplinan protokol kesehatan warga. Lakukan tes sebanyak-banyaknya kepada warga di bantaran sungai, minimal dengan tes cepat antigen,” ucap anggota Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, Selasa (9/2/2021).
Hermawan memandang prioritas pencarian kasus aktif ini penting untuk memetakan potensi kluster Covid-19 berskala lingkungan warga. Apalagi, mulai 9 Februari 2021, DKI Jakarta menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro. Langkah tersebut paling relevan dengan pelakasanaan PPKM kali ini.
Langkah active case finding juga mendukung pemetaan zonasi pandemi Covid-19 secara prinsip epidemiologi. Sebab, konsep zona merah, oranye, atau kuning untuk menggambarkan keparahan pandemi di suatu wilayah sudah tidak relevan. Hal ini karena seluruh wilayah di DKI Jakarta sudah menyimpan kasus aktif.
”Konsep zona merah atau oranye itu sudah tidak relevan karena banyak potensi kasus orang tanpa gejala di seluruh wilayah DKI Jakarta. Langkah paling benar yang dilakukan adalah mencari kasus secara aktif, pusatkan di sekitar lokasi yang terdampak banjir karena berisiko penularan tingkat tinggi,” katanya.
Apalagi, jika merunut data situs Corona.jakarta.go.id, sejumlah wilayah warga di bantaran sungai turut menyimpan kasus positif aktif Covid-19. Kelurahan Kampung Melayu di Jakarta Timur, misalnya, menyimpan 34 kasus positif aktif. Kelurahan Bidara Cina di Jakarta Timur memiliki 67 kasus positif aktif, sedangkan di Kelurahan Rawa Jati di Jakarta Selatan ada 69 kasus.
Beberapa lokasi banjir beberapa hari terakhir terpantau sulit menjalankan protokol kesehatan. Pantauan Kompas, Senin (8/2/2021), Kelurahan Kampung Melayu kerap kewalahan mendisiplinkan protokol kesehatan di posko pengungsian.
”Warga menempati posko sejak Minggu (7/2/2021) malam dan Selasa ini jumlah pengungsi menjadi 618 orang. Namun, pengaturan protokol kesehatan hingga kini masih sulit berjalan. Saya paham kondisi orang-orang di sekitar lokasi yang mungkin masih panik dengan banjir. Jadi, kami belum bisa menjalankan aturan secara ketat,” ujar Lurah Kampung Melayu Setiawan.
Jumlah penghuni setiap ruang pengungsian mestinya dibatasi hanya sekitar 20 orang. Meski begitu, ada saja ruangan yang terisi sampai 40 orang. Hal itu terjadi lantaran beberapa pengungsi membawa semua anggota keluarga ke posko.
Aci Bintiarta (67), warga RT 013 RW 008 Kampung Melayu, membawa tujuh anggota keluarga ke posko pengungsian. Keluarganya berkumpul karena tidak punya lokasi lain untuk mengungsi. Sementara itu, kepatuhan protokol kesehatan tidak menjadi prioritas karena situasi banjir yang lebih darurat.
Harus ada petugas yang terus mengingatkan warga untuk pakai masker. Ati Supriyati (60), warga RT 015 RW 008 Kampung Melayu, menjadi sukarelawan yang berjaga mengingatkan warga agar terus pakai masker. Padahal, menurut dia, stok masker dari kelurahan dan hibah dari kepolisian setempat sama sekali tidak kurang.
”Semalam ada kunjungan dari markas polsek, itu pengungsi diberi masker. Terus, kelurahan sudah kasih masker sampai tiga boks hari ini. Puskesmas juga kasih enggak kurang-kurang. Tetapi, warga masih jarang pakai, saya harus kasih tahu mereka satu-satu,” kata Ati.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga Senin pukul 12.00, total terdapat 42 RW dan 150 RT yang terdampak banjir di Ibu Kota. Daerah itu tersebar di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Dari total wilayah RT di DKI sebanyak 30.470 RT, perkiraan yang terdampak banjir adalah 0,492 persen.
”Tingginya curah hujan di hulu menyebabkan luapan Kali Sunter dan Kali Ciliwung. Jadi, warga yang tinggal di sekitar kali terdampak luapan tersebut,” ucap Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD DKI Sabdo Kurnianto melalui siaran pers.
Sabdo menyebutkan, terkait tes Covid-19 masih harus menunggu tindakan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Meski begitu, dia belum bisa memastikan kapan jadwal tes mulai berjalan.