Air Banjir di Cililitan Sempat Naik Lagi, Ketinggiannya hingga 3 Meter
Pada Minggu pukul 22.00, tinggi muka air di Katulampa tercatat 90 sentimeter, sedangkan pada Senin pukul 07.00 naik menjadi 140 cm.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banjir yang melanda sejumlah lokasi di Kelurahan Cililitan, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, sempat naik lagi pada Senin (8/2/2021) siang menjelang sore setelah sebelumnya surut. Di Gang Seruni RT 001 RW 006, tinggi muka air banjir mencapai 3 meter di lokasi permukiman terendah.
”Ini (kenaikan air) imbas tadi pagi, yang Katulampa,” ucap Lurah Cililitan Agung Budi Santoso saat dihubungi pada Senin (8/2/2021). Ketinggian air di Bendung Katulampa, Bogor, pada Senin pagi terpantau lebih tinggi dibandingkan hari Minggu kemarin.
Pada Minggu pukul 22.00, tinggi muka air di Katulampa tercatat 90 sentimeter dengan cuaca mendung sehingga membuat kondisi berstatus Siaga 3 atau Waspada. Senin pukul 07.00, status di sana masih Siaga 3, tetapi tinggi muka air naik menjadi 140 cm. Namun, menurut Agung, air terlihat mulai surut kembali pukul 17.00.
Kebanyakan warga memilih bertahan di rumah masing-masing karena hunian sudah dirancang bertingkat.
Berdasarkan pendataan, sebanyak 2.111 jiwa dari 744 keluarga di Kelurahan Cililitan terdampak banjir. Mereka bermukim di 22 RT yang berada di lima RW. Namun, warga yang dievakuasi ke pos pengungsian hanya 26 jiwa atau 1,23 persen dari total orang yang terdampak.
Berdasarkan pantauan di Gang Seruni RT 001 RW 006 Cililitan, permukiman di sana memang terletak di lahan yang rendah. Akses selebar lebih kurang 3 meter menurun cukup tajam dari Jalan Raya Condet. Pukul 14.30, bibir air banjir berada sekitar 10 meter dari persimpangan Gang Seruni dan Jalan Raya Condet. Hanya sejauh 10 meter dari bibir air banjir, ketinggian air sudah 1,5 meter.
Permukiman di Gang Seruni tidak langsung bersisian dengan Sungai Ciliwung, tetapi anak sungai tersebut. Di sana, 145 jiwa dari 78 keluarga terdampak banjir.
Warga setempat, Herman Dyka (60), menuturkan, kebanyakan warga memilih bertahan di rumah masing-masing karena hunian sudah dirancang bertingkat, setidaknya dua lantai, sehingga mereka bisa menempati lantai atas. Jika ada yang dievakuasi, mayoritas pergi ke rumah kerabat yang aman dari banjir.
Kepala Regu Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Pos Condet Indra Setiawan mengatakan, sejak bertugas pukul 06.30 hingga 14.30, ia dan tim mengevakuasi 18 orang di Gang Seruni. Mereka menggunakan perahu karet dan membekali diri dengan rompi pelampung, termasuk bagi warga yang dievakuasi.
Dibandingkan Senin pagi, air naik sekitar 50 cm menjelang siang. ”Kami masih bersiaga menunggu jika ada warga yang minta dievakuasi lagi,” ujar Indra.
Dyka menyebutkan, warga sudah terbiasa menghadapi banjir dan mampu membaca pola berdasarkan informasi tinggi muka air di Katulampa, Pos Pantau Depok, dan Pintu Air Manggarai, disertai keadaan cuaca. Jika banjir diperkirakan besar dan akan masuk ke rumah di lantai dasar, mereka melakukan antisipasi dengan menaikkan barang-barang berharga ke lantai atas serta menempatkan kendaraan di tempat yang lebih tinggi di luar Gang Seruni.
Namun, ia mengakui, warga sudah jenuh, tempat tinggal mereka terus-menerus direndam banjir. Karena itu, warga berharap bendungan kering Sukamahi dan Ciawi di Kabupaten Bogor segera selesai. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Desember menginformasikan, proyek dua bendungan itu rampung tahun 2021. Saat itu, kemajuan pembangunan Bendungan Sukamahi mencapai 60 persen dan Bendungan Ciawi 73 persen.
Selain itu, Dyka mendorong pemerintah menuntaskan proyek sodetan Ciliwung dari Bidara Cina ke Kanal Timur serta melakukan normalisasi ataupun aturalisasi Sungai Ciliwung agar daya tampungnya lebih besar. ”Kalau tiga hal itu selesai, saya pikir banjir akan jauh berkurang,” katanya.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta hingga pukul 12.00, total terdapat 42 RW dan 150 RT yang dilanda banjir di Ibu Kota. Daerah itu tersebar di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Dibandingkan jumlah total RT di DKI sebanyak 30.470 RT, yang terdampak banjir sebesar 0,492 persen.
”Tingginya curah hujan di hulu menyebabkan luapan Kali Sunter dan Kali Ciliwung. Jadi, warga yang tinggal di sekitar kali terdampak luapan tersebut,” ucap Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD DKI Sabdo Kurnianto melalui siaran pers.
Sabdo menyebutkan, di Jakarta Selatan, wilayah terkena banjir meliputi 38 RT di 17 RW, yang tersebar di tujuh kelurahan di empat kecamatan. Sebanyak 304 jiwa dari 30 keluarga mengungsi. Ketinggian banjir berkisar 40-190 cm.
Adapun di Jakarta Timur, banjir dengan ketinggian air 40-275 cm berdampak pada warga di 112 RT dari 25 RW. Jumlah pengungsi 725 jiwa dari 193 keluarga. Sebanyak 14 lokasi pengungsian sudah dipakai.