Tak Ingin Perjuangan Buruh Dinodai Kepentingan Lain, KSBSI Batal Berdemo ke Jakarta
Jika masih ada elemen massa lain yang hendak beraksi Rabu-Jumat serta membawa kepentingan berbeda dan cenderung merugikan serikat pekerja dan buruh, KSBSI memilih untuk menghindari mereka dalam berunjuk rasa.
JAKARTA, KOMPAS — Massa Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia atau KSBSI batal berdemonstrasi menolak Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja di dekat Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (13/10/2020). Sebab, mereka menduga ada elemen masyarakat lain yang juga berunjuk rasa, tetapi membawa kepentingan berbeda, salah satunya meminta Presiden Joko Widodo mundur.
”Kami tidak ingin perjuangan buruh dinodai oleh elemen-elemen yang akhirnya malah menimbulkan kerusakan dan lalu masyarakat tidak bersimpati,” ucap Presiden Dewan Eksekutif Nasional (DEN) KSBSI Elly Rosita Silaban, saat dihubungi pada Selasa (13/10/2020). Karena itu, Selasa ini ia mengarahkan buruh di bawah bendera KSBSI untuk fokus aksi di daerah-daerah di luar Jakarta.
Padahal, ribuan anggota KSBSI, termasuk 15.000-an orang di Provinsi Banten, berencana bergabung ke Jakarta Selasa ini. Namun, DEN KSBSI sejak kemarin sore memantau, terdapat elemen massa lain yang juga menggelar aksi menolak omnibus law pada Selasa, tetapi tidak murni memperjuangkan kesejahteraan buruh.
Tujuan kami menolak RUU Cipta Kerja, tetapi tidak ada tujuan menjatuhkan Pak Jokowi. (Elly Rosita Silaban)
Sejumlah slogan yang sudah bertebaran dari kelompok itu sejak Senin berbau makar, antara lain berisi seruan meminta Presiden Jokowi mundur. ”Tujuan kami menolak RUU Cipta Kerja, tetapi tidak ada tujuan menjatuhkan Pak Jokowi,” ujar Elly.
DEN KSBSI sudah melayangkan surat pemberitahuan aksi unjuk rasa ke Kepolisian Daerah Metro Jaya pada 12-16 Oktober. Aksi ke dekat Istana Merdeka pada hari pertama sudah terlaksana, kemudian hari kedua atau Selasa, aksi dibatalkan. Untuk rencana aksi 14-16 Oktober, Elly menyatakan pihaknya akan memantau situasi kembali.
Jika masih ada elemen massa lain yang hendak melakukan aksi pada Rabu-Jumat mendatang serta membawa kepentingan berbeda dan cenderung merugikan serikat pekerja dan buruh, KSBSI memilih untuk menghindari mereka dalam berunjuk rasa. Namun, hingga Jumat, aksi di luar Ibu Kota akan tetap digencarkan, antara lain berlokasi di sekitar kantor kepala daerah atau DPRD.
Baca juga: Demo RUU Cipta Kerja Terus Berlanjut, Warga Diimbau Hindari Kawasan Medan Merdeka
Dalam siaran persnya, Elly menyebut RUU Cipta Kerja kluster ketenagakerjaan sangat mendegradasi hak-hak pekerja jika dibandingkan dengan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hak yang terdegradasi, antara lain, perjanjian kerja waktu tertentu bagi pekerja kontrak bisa diberlakukan tanpa batas waktu sehingga menekan kesempatan menjadi karyawan tetap, outsourcing diperluas tanpa batas jenis usaha, upah dan pengupahan diturunkan, serta besaran pesangon diturunkan.
KSBSI pada 10-23 Juli sudah mengusulkan agar pengaturan terkait empat hal itu dikembalikan sesuai dengan UU No 13/2003, tetapi ternyata tidak diindahkan. ”KSBSI bersikap tegas menolak pengesahan RUU Cipta Kerja menjadi UU dan mendesak Presiden menerbitkan perppu (peraturan pemerintah pengganti UU) pembatalan UU Cipta Kerja,” ujar Elly.
Terkait demo hari Selasa, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana mengatakan, aksi dihadiri sekitar 6.000 orang dengan 4.000-an peserta berasal dari Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK) NKRI, sedangkan sisanya berasal dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk remaja. Unjuk rasa terpusat di sekitar Patung Arjuna Wijaya atau Patung Kuda.
Sesuai dengan kesepakatan, massa ANAK NKRI menggelar aksi damai pukul 13.00-16.00. Namun, setelah mereka bubar, terdapat ratusan remaja di luar kelompok itu yang bertahan dan menyerang petugas. ”Kami bertahan tidak terpancing, tetapi mereka terus melempari. Dalam kondisi itu, kami melakukan pendorongan dan penangkapan,” ucap Nana.
Untungnya, tidak ada fasilitas umum yang rusak, seperti saat demo berujung ricuh pada Kamis (8/10/2020). Nana menyebutkan, petugas gabungan sudah mengantisipasi dengan menjaga semua obyek vital nasional, kawasan sentra perekonomian, dan perkantoran.
Menurut Nana, polisi pada Selasa sudah menangkap sekitar 500 orang terduga perusuh di seluruh wilayah hukum Polda Metro Jaya. Kepala Bidang Humas Polda Komisaris Besar Yusri Yunus mencontohkan, petugas menangkap seseorang dari daerah Banten yang mengaku datang bersama teman-temannya ke Jakarta untuk ikut berdemo. Setelah digeledah, ternyata remaja tersebut menyimpan ketapel di tasnya sehingga diduga hendak memantik kerusuhan. Ia dibawa ke Markas Polda Metro Jaya untuk diperiksa secara mendalam.
Selain itu, petugas di area Bundaran Hotel Indonesia (HI) mendapati sejumlah anak bersembunyi dalam bak sebuah dump truck. Mereka diduga ingin ikut berunjuk rasa dan dikhawatirkan menunggu demo rusuh.
Baca juga: Polres Depok Tahan 37 Pelajar yang Hendak Berunjuk Rasa