Mengatasi Gangguan Kesehatan Jiwa pada Dewasa Muda
Pandemi Covid-19 meningkatkan gangguan kesehatan jiwa, utamanya pada kaum muda. Beberapa dari mereka mengalami kecemasan hingga depresi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Orang dewasa muda terindikasi sebagai kelompok yang paling banyak mengalami gangguan kesehatan jiwa. Gangguan tersebut kian kentara saat pandemi Covid-19. Ada berbagai cara untuk mengatasi rasa cemas, khawatir, hingga kesepian.
Studi terbaru dari University of California San Francisco menyatakan, sebagian kaum muda mengalami gejala gangguan kesehatan jiwa selama pandemi. Studi yang dilakukan pada Juni-Juli 2021 itu melibatkan 2.809 partisipan berusia 18-25 tahun.
Sebanyak 48 persen partisipan memiliki gejala gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Dari jumlah itu, 39 persen di antaranya mendapat perawatan seperti obat atau konseling. Sebanyak 36 persen lainnya dilaporkan tidak memenuhi kebutuhan konseling.
”Bisa jadi orang-orang bergejala itu tidak menganggap gejala mereka tidak cukup serius untuk perawatan. Atau, mereka takut pada stigma yang melekat ke orang yang butuh layanan kesehatan mental,” kata salah satu penulis studi Sally Adams, seperti dikutip dari Sciencedaily, Kamis (14/3/2022).
Kecemasan dan depresi pada orang dewasa muda umumnya terdeteksi sebelum pandemi. Pada 2019, sebanyak 20 persen orang dewasa muda dilaporkan mengalami gejala kecemasan dan 21 persen mengalami gejala depresi.
Jika kondisi pada awal tahun 2020 dibandingkan dengan saat pandemi berlangsung, tingkat kecemasan dan depresi kelompok dewasa muda pun naik signifikan. Gejala kecemasan kelompok usia 18-39 tahun naik dari 9 persen menjadi 21 persen para periode waktu tersebut. Adapun gejala depresi naik dari 9 persen menjadi 39 persen.
Kenaikan ini paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia lain. Menurut riset, gangguan kesehatan jiwa yang dialami kaum dewasa muda berhubungan dengan kesepian dan kekhawatiran akan pekerjaan.
Gangguan kesehatan jiwa juga dialami anak dan remaja berusia 0-24 tahun di Indonesia. Ini tampak dari jajak pendapat U-Report Indonesia yang terbit pada Agustus 2020. Gangguan tersebut dialami 53 persen dari 638 responden.
Para remaja mengaku tertekan dengan tuntutan untuk selalu produktif selama pandemi. Tuntutan itu datang dari orangtua (38 persen), orang lain (29 persen), guru (14 persen), teman (12 persen), dan saudara (6 persen).
Sebagian responden juga mengaku malas dan mudah merasa bosan. Mereka pun mengalami perubahan perilaku, menarik diri dari interaksi sosial, kehilangan konsentrasi, serta mudah tersinggung, marah, dan kesal. Ada juga yang pola tidurnya berubah ekstrem, seperti sulit tidur atau tidur terlalu lama.
Cara mengatasi
Salah satu kegiatan yang disarankan untuk menjaga kesehatan jiwa selama pandemi adalah melakukan aktivitas fisik. Anda dapat mengakses video olahraga sederhana atau yoga untuk pemula melalui Youtube. Jika memiliki hewan peliharaan, Anda dapat mengajaknya jalan-jalan. Kegiatan fisik lain yang bisa dilakukan adalah berkebun, membersihkan rumah, membereskan barang-barang, atau menari.
Ketua Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia Eunike Sri Tyas Suci mengatakan, kaum muda memiliki energi yang besar sehingga mereka selalu butuh kanal untuk menyalurkan energi tersebut. Aktivitas fisik menjadi salah satu kanal penyaluran energi negatif.
Yang penting adalah menggerakkan tubuh untuk menghabiskan energi. Bisa bersepeda, berenang, atau lari. Ini tepat untuk menyalurkan stres dan energi negatif, sekaligus membuat tubuh sehat.
”Yang penting adalah menggerakkan tubuh untuk menghabiskan energi. Bisa bersepeda, berenang, atau lari. Ini tepat untuk menyalurkan stres dan energi negatif, sekaligus membuat tubuh sehat,” katanya (Kompas.id, 14/4/2022).
Menurut laporan Understanding People’s Concern About the Mental Health Impacts of the Covid-19 Pandemic dari The Academy of Medical Sciences, salah satu cara mengatasi gangguan psikologis selama pandemi adalah menekuni hobi. Cara lain adalah menjaga rutinitas harian.