Kasus Covid-19 Melandai, Saatnya Menggerakkan Perekonomian Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya mulai gencar kembali menggerakkan perekonomian di tengah menurunnya kasus Covid-19.
Oleh
AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kota Surabaya mulai bergeliat seiring dengan melandainya angka penularan Covid-19 dan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 2. Gerakan ini tetap diimbangi dengan pelayanan terhadap pasien Covid-19 yang dirawat di Surabaya.
Di bidang pendidikan, Pemerintah Kota Surabaya akan melakukan evaluasi selama 3-4 hari ke depan dengan berdiskusi bersama Pentahelix dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Evaluasi ini menyangkut penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) di Kota Surabaya. ”Ada rencana PTM kembali 50 persen karena sekarang masih 25 persen,” ujar Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Rabu (9/3/2022).
Kelonggaran juga berlaku di sektor pariwisata, terutama pada pembukaan taman kota. Realitasnya banyak warga sudah ingin mengunjungi taman yang jumlahnya hampir 550 taman, termasuk Tunjungan Romansa. Untuk menjaga kondisi Kota Surabaya agar lebih baik, masyarakat harus tetap memperketat protokol kesehatan.
Selanjutnya, untuk swalayan, pasar tradisional, dan toko kelontong yang selama ini dibatasi, jam operasional sampai dengan pukul 21.00 dengan kapasitas pengunjung 75 persen. Ketentuan sama berlaku pada warung makan, pedagang kaki lima, dan lapak jajan dengan syarat tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Dari sisi ekonomi, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan Kota Surabaya Fauzie Mustaqiem Yos mengatakan, meski di tengah pandemi Covid-19, sepanjang 2021 pertumbuhan ekonomi Surabaya meningkat. Peningkatan itu tercatat dari tahun 2020 terkontraksi minus 4,85 persen, kemudian melompat ke angka 4,29 persen pada 2021.
Salah satu upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk mendongkrak ekonomi, terutama pelaku UMKM, adalah dengan menghidupkan kembali Surabaya Kriya Gallery (SKG), Senin (7/3/2022).
Saat ini SKG yang sebelumnya bernama Surabaya Square sudah ada di 10 titik, termasuk di Gedung Siola, Jalan Tunjungan. SKG kini dilengkapi dengan berbagai produk karya UMKM, termasuk adanya pujasera. ”Jumlah SKG terus akan ditambah, termasuk di pusat perbelanjaan,” katanya.
Eri Cahyadi mengatakan, salah satu strategi Pemkot Surabaya untuk meningkatkan perputaran ekonomi Surabaya adalah dengan menggerakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui padat karya. Padat karya yang dimaksud bukan hanya menggerakkan pelaku UMKM di bidang makanan, minuman, atau garmen dan kerajinan, melainkan juga pembuatan paving.
SKG pun diharapkan bisa menjadi ruang inkubasi bagi UMKM, sekaligus pusat pengembangan. Di SKG akan kembali digelar pelatihan, pendampingan, riset pasar, dan pengembangan produk. Hal ini penting karena targetnya ribuan UMKM Surabaya bisa onboarding melalui penguatan strategi pengembangan ekonomi dan keuangan digital.
Kami berharap Pemkot Surabaya kembali menggelar pelatihan bagi warga yang ingin menjadi pelaku usaha rumahan sesuai minatnya. (Wiwiet Manfaati)
Melalui cara ini, UMKM dilatih bergerak di berbagai jenis produk untuk mendapatkan edukasi terkait pemanfaatan platform digital marketplace. Targetnya 250.000 UMKM Surabaya sudah go digital tahun ini dan siap memasuki marketplace.
Wiwit Manfaati, salah satu pelaku UMKM, mengatakan, sebelumnya pelatihan yang biasa diadakan oleh Pemkot Surabaya untuk warganya sudah berhenti total. Padahal, banyak ibu rumah tangga ingin mengikuti pelatihan secara tatap muka, semisal mengolah kain perca, membuat seprai, dan kerajinan dengan bahan baku alami.
”Kami berharap Pemkot Surabaya kembali menggelar pelatihan bagi warga yang ingin menjadi pelaku usaha rumahan sesuai minatnya,” kata Wiwiet yang selama ini memproduksi kerajinan dengan bahan baku eceng gondok dan produknya sudah menembus pasar ekspor.