Bebas Zona Merah, Warga Jatim Tetap Diminta Waspada
Pandemi Covid-19 Jatim membaik dengan indikasi tidak ada lagi kabupaten dan kota yang masuk zona merah peta epidemi atau risiko tinggi penularan penyakit. Meski demikian, masyarakat diminta tetap waspada.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kondisi pandemi Covid-19 di Jawa Timur membaik dengan indikasi tidak ada lagi kabupaten dan kota yang masuk zona merah peta epidemi atau risiko tinggi penularan penyakit. Meski demikian, masyarakat diminta tetap waspada mengingat sejumlah pembatasan mulai dilonggarkan, seperti dibukanya kembali aktivitas ekonomi, wisata, hingga pendidikan.
Berdasarkan data dari Satgas Covid-19 Nasional per 31 Agustus 2021, ada 18 daerah yang berada di zona kuning atau berisiko sedang, yakni Sidoarjo, Sumenep, Mojokerto, Lamongan, Pamekasan, Pasuruan, Kota Surabaya, Banyuwangi, Probolinggo, Sampang, Ngawi, Situbondo, Bojonegoro, Bangkalan, Tuban, Jombang, Kota Pasuruan, dan Bondowoso.
Sementara itu, terdapat 20 daerah berada di zona oranye, yakni Ponorogo, Kota Madiun, Madiun, Blitar, Tulungagung, Kota Malang, Nganjuk, Lumajang, Jember, Kota Mojokerto, Trenggalek, Malang, Magetan, Gresik, Kota Kediri, Pacitan, Kediri, Kota Blitar, Kota Batu, dan Kota Probolinggo.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, membaiknya kondisi pandemi tidak lepas dari peran seluruh pihak, terutama masyarakat. Selain itu, peran tenaga kesehatan (nakes), perguruan tinggi, tokoh agama, serta seluruh pemerintah daerah yang bahu membahu berjuang menghadapi pandemi Covid-19.
”Jatim dinyatakan bebas dari zona merah. Mari terus patuhi protokol kesehatan dan percepat vaksinasi untuk menuju Jatim Bangkit,” ujar Khofifah pada acara Vaksinasi Terimakasih di Gelora Delta Sidoarjo, Rabu (1/9/2021).
Khofifah mengatakan, zonasi peta risiko penularan Covid-19 menjadi salah satu acuan dalam menentukan tindakan dan kebijakan. Pandemi yang tak kunjung usai telah banyak membatasi dan mempengaruhi aktivitas masyarakat di hampir seluruh sektor. Utamanya, di tengah masih diberlakukannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berlevel di Jatim.
Setiap kebijakan ataupun tindakan yang akan diambil harus disesuaikan dengan zonasi peta risiko sebuah daerah, selain posisi levelnya. Seperti Kota Surabaya saat ini masuk zona kuning dan berada di level 3, itu akan berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil oleh Pemkot Surabaya. Begitu juga daerah yang lain.
Untuk itu, Khofifah meminta agar semua pihak terus bersinergi dan berupaya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Banyak sisi yang harus diperhatikan, termasuk percepatan vaksinasi di Jatim. Adapun di sisi hulu adalah penerapan protokol kesehatan.
Adapun untuk pengetesan dan pelacakan kontak erat pasien Covid-19 mengalami peningkatan signifikan. Pengetesan dengan metode PCR bahkan mencapai rekor baru, yakni 90.047 kasus dalam sepekan. (Makhyan Jibril)
Oleh karena itu, mantan Mensos ini menambahkan, pihaknya tidak pernah lelah terus mengajak seluruh masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan. Ini penting karena kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan menjadi salah satu kunci untuk melindungi diri kita dan orang di sekeliling kita dari penularan Covid-19.
Dihubungi secara terpisah, Juru Bicara Satgas Covid-19 Jatim Makhyan Jibril Alfarabi mengatakan, penurunan risiko sebaran penyakit dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sesuai level yang diimplementasikan dengan baik.
Puncak kasus
Faktor lain penurunan kasus baru secara mingguan hingga sebesar 80,1 persen dari puncak kasus. Sebagai gambaran, Jatim pernah mencapai kasus mingguan tertinggi pada angka 44.000 kasus baru. Saat ini jumlah kasus baru tinggal di angka 8.000 kasus dalam sepekan.
Jibril menambahkan, kasus kematian di Jatim juga turun signifikan hingga 50 persen dari puncak kasus 2.458 dalam sepekan. Saat ini jumlah kasus kematian berada pada angka 1.393 kasus dalam sepekan.
”Adapun untuk pengetesan dan pelacakan kontak erat pasien Covid-19 mengalami peningkatan signifikan. Pengetesan dengan metode PCR bahkan mencapai rekor baru, yakni 90.047 kasus dalam sepekan,” kata Jibril.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, pihaknya bersyukur dengan turunnya risiko sebaran Covid-19 dan berharap pandemi segera berakhir. Oleh karena itu, dia akan terus mengingatkan masyarakat agar tidak mengendurkan prokes terutama saat beraktivitas di luar rumah.
”Sidoarjo juga berupaya memperluas cakupan vaksinasi Covid-19 baik untuk masyarakat umum maupun kalangan pelajar,” ujar Muhdlor.
Beragam daya dikerahkan untuk percepatan cakupan vaksinasi, di antaranya bekerja sama dengan pihak swasta menyelenggarakan vaksinasi massal. Upaya lain, meminta bantuan Pemprov Jatim terutama untuk menambah pasokan vaksin.
Sidoarjo juga mendapatkan bantuan vaksin dari Badan Intelijen Negara (BIN) untuk vaksinasi pelajar dengan kuota 7.000 per hari. Vaksinasi pelajar penting untuk mendukung pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang diberlakukan sejak 30 Agustus lalu.