Orang Filipina butuh pekerjaan dan gaji. Orang kaya China butuh pengasuh yang mengajarkan bahasa Inggris ke anaknya.
Oleh
IWAN SANTOSA
·3 menit baca
Hubungan China-Filipina memang tegang di Laut China Selatan. Meski demikian, hubungan di antara warga kedua negara tetap erat. Buktinya, pengasuh dari Filipina tetap menjadi idaman warga kaya China.
Ketegangan terbaru terjadi pada Sabtu (23/3/2024). Kapal penjaga pantai China menyemprotkan air ke kapal Filipina. ”Tindakan itu mengganggu kestabilan kawasan dan dengan jelas menunjukkan ketidakpatuhan pada hukum internasional,” kata Penasihat Keamanan Nasional Filipina Eduardo Ano.
Dalam pernyataan pada Minggu, Filipina menyebut tiga prajuritnya cedera akibat penyemprotan itu. Kapal Unaizah May 4 yang disemprot China juga rusak.
Sementara itu, Beijing menuding Manila sengaja memprovokasi dan memanasi keadaan. Beijing mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan. Sebagian klaim itu ditolak sejumlah negara.
Insiden sejenis sudah berulang kali terjadi di sekitar Karang Ayungin. China berkeras, klaimnya selaras hukum internasional. Walakin, Mahkamah Arbitrase pada 2016 memutuskan klaim China tidak selaras hukum internasional.
Simbiosis mutualisme
Di tengah ketegangan itu, hubungan sebagian warga Filipina-China tetap baik. Orang kaya China dan pengasuh dari Filipina mengembangkan simbiosis mutualisme. Orang Filipina butuh pekerjaan dan gaji. Orang kaya China butuh pengasuh yang bisa mengajarkan bahasa Inggris sejak dini ke anak-anaknya.
Media China, CCTV, melaporkan, banyak pengasuh Filipina mendatangi kota besar China. Shanghai, Shenzhen, dan Guangzhou menjadi sasaran utama pengasuh Filipina.
Di Shenzhen, ada dua jenis pemberi kerja untuk pengasuh dari Filipina: ekspatriat dan warga kaya. Ekspatriat Shenzhen biasanya pindahan dari Hong Kong dan terbiasa dengan pengasuh dari Filipina.
Sebagian pengasuh sudah ikut ekspatriat sejak masih bekerja di Hong Kong. Pengasuh ikut pindah kala ekspatriat pindah dari Hong Kong ke Shenzhen.
Sementara warga lokal yang kaya mempekerjakan pengasuh dari Filipina jadi bagian dari simbol status sosial. Perlu dana setara Rp 168 juta untuk mendatangkan ART Filipina. Biaya itu untuk jasa perusahaan, tiket pesawat, dan pendaftaran visa.
Selain itu, majikan harus mengeluarkan rata-rata Rp 12,5 juta untuk gaji bulanan. Jika ART bisa berbahasa Mandarin dan Inggris, gajinya menjadi Rp 15,7 juta per bulan. Bahkan, sebagian ART dari Filipina digaji hampir Rp 17 juta per bulan.
Pekerjaan ilegal
Masalahnya, menurut China.org.cn, sebagian ART Filipina bekerja secara ilegal. Hukum China tidak mengizinkan pekerja asing masuk sektor informal. ART salah satu pekerjaan sektor informal di China.
Han Xiao, seorang pengacara di firma Jingrung and Partners di Beijing, mengatakan, kontrak antara majikan dan ART warga asing di China pada dasarnya ilegal. Hal itu berarti hak kedua pihak tidak terlindungi secara hukum.
Meski demikian, relatif tidak ada sanksi. Buktinya, para ART dari Filipina bebas saja di Beijing. Mereka bisa ditemui di berbagai pasar saat berbelanja untuk keperluan majikan.
Sebagian bekerja di China dengan visa bisnis yang berlaku enam bulan. Dengan demikian, setiap tahun ada dua kali perpanjangan visa. Para ART Filipina biasanya didaftarkan sebagai guru atau penerjemah bahasa asing.
Kalaupun tidak punya visa, pekerja dari Filipina tetap disukai. Selain bisa berbahasa Inggris, mereka bisa dapat digaji lebih murah dibandingkan dengan pekerja pemilik visa.
Seorang ART tidak bisa meninggalkan China tanpa visa resmi. Mereka juga tidak boleh mengaku jadi ART kalau ditanya petugas imigrasi. ”Jika ketahuan, mereka akan dideportasi ke Filipina dan pihak majikan didenda 20.000 RMB (setara Rp 42 juta),” kata seorang agen dari perusahaan perantara.
Diperkirakan ada 200.000 ART dan pengasuh Filipina bekerja ilegal di China. Selain itu, ada juga hampir 200.000 orang bekerja di Hong Kong. Sebagian dari mereka datang karena mendapat penawaran dari media sosial.
Beijing dan Manila telah berunding sejak 2018 soal perlindungan pekerja ilegal dari Filipina. China berencana merekrut hingga 300.000 pekerja dari Filipina. Sampai sekarang, perundingan itu belum selesai. (AFP/REUTERS)