Manfaat hubungan ASEAN dengan UE begitu besar. Kemitraan harus dinaikkan menjadi strategis komprehensif agar berbobot.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN dan Uni Eropa berlangsung dengan sukses di Brussels, Belgia, pada 2 Februari 2024. Deklarasi bersama berisi 37 poin telah dibuat dan sebagian isinya mulai diterapkan.
Meskipun demikian, Uni Eropa (UE) melihat potensi hubungan kedua blok yang digarap masih terlalu kecil. Kekuatan kedua blok kawasan itu semestinya bisa menghadirkan kerja sama serta hasil yang signifikan bagi dunia.
”Sangat disayangkan bahwa UE dan ASEAN belum memiliki konferensi tingkat tinggi yang rutin, misalnya dua atau tiga tahun sekali,” kata Duta Besar UE untuk ASEAN Sujiro Seam dalam wawancara khusus dengan Kompas di Jakarta, Kamis (15/2/2024).
Kedua blok baru memiliki pertemuan menteri luar negeri setiap dua tahun. Jadwal pertemuan berikutnya di Brunei Darussalam pada 2026.
Perencanaan dan evaluasi atas penerapan berbagai proyek bersama hanya akan efektif jika ada pertemuan reguler. Seam menjelaskan, kedua blok kawasan itu memiliki perbedaan yang intrinsik. Ada banyak nilai ataupun target capaian yang berbeda sehingga kedua belah pihak harus lebih sering duduk bersama dan meningkatkan kemitraan menjadi strategis komprehensif.
Meskipun begitu, Seam mengatakan, pertemuan pada awal Februari sukses karena juga bertepatan dengan KTT UE dan Indo-Pasifik. Sebanyak 21 dari 27 pemimpin negara anggota UE hadir dan seluruh pemimpin negara anggota ASEAN datang. Bersamaan dengan pertemuan para menlu, UE berhasil mengadakan lebih dari 100 pertemuan bilateral.
Sangat disayangkan bahwa UE dan ASEAN belum memiliki konferensi tingkat tinggi yang rutin, misalnya dua atau tiga tahun sekali.
Dalam pertemuan para menlu, terdapat pembahasan yang alot karena perbedaan sikap UE dan ASEAN. Negosiasi pernyataan bersama sangat sulit pada bagian geopolitik. Titik-titik panas yang dibahas ialah Ukraina, Laut China Selatan, Timur Tengah, Afghanistan, dan Semenanjung Korea. Negara-negara UE kompak soal Ukraina, tetapi terbelah soal Timur Tengah, terutama perang Israel dengan Hamas.
”Dari pertemuan menlu UE-ASEAN, bisa menghasilkan 37 poin pernyataan bersama adalah prestasi. Pernyataan itu dirancang agar fokus pada penerapan,” kata Seam.
Ia menjelaskan, pernyataan itu dibuat berdasarkan konsensus. Pada Pasal 36, misalnya, dikatakan sebagian dari menteri luar negeri meminta adanya gencatan senjata di Timur Tengah. Pernyataan itu mengakomodasi negara-negara yang memiliki pendapat lain. Menurut Seam, ini wujud diplomasi kreatif dari UE dan ASEAN. Ini bahkan untuk pertama kali UE bisa mengeluarkan pernyataan bersama dengan pihak lain.
”Indonesia, melalui Menlu Retno Marsudi, berperan penting dalam pengambilan keputusan. Kami mendengar pernyataan Retno agar jangan ada standar ganda di Ukraina dan Palestina. Demikian pula dalam penerapan agenda hijau UE agar jangan malah merugikan negara-negara lain,” tutur Seam.
Gerbang Dunia
Dalam hubungan dengan ASEAN, UE membuat inisiatif Gerbang Dunia (Global Gateway) dengan kucuran dana sebesar 10 miliar euro. Sebanyak 4,2 miliar euro telah dipakai untuk membiayai berbagai program. Investasi itu untuk pembangunan infrastruktur, mitigasi krisis iklim, peralihan ke energi terbarukan, digitalisasi, transportasi, pendidikan, dan penelitian ilmiah.
UE memiliki 13 proyek utama di ASEAN, kecuali di Brunei, Singapura, Thailand, dan Myanmar. Penjajakan mengenai proyek-proyek yang perlu dikembangkan masih dilakukan dengan tiga negara. Adapun Myanmar terkendala faktor keamanan. Di Indonesia, dana Gerbang Dunia ini untuk transisi ke energi terbarukan, pembangunan kota cerdas di Ibu Kota Nusantara, dan membangun jalur kereta.
Banyak tantangan dalam penerapannya. Tujuan dari inisiatif tersebut agar negara-negara ASEAN bisa mencapai standar UE yang tinggi. Blok ini menargetkan niremisi pada 2050 dan pada 2030 emisi sudah dikurangi setidaknya sebanyak 55 persen.
Seam mengakui ini tugas yang berat, bahkan bagi negara-negara anggota UE. Para petani UE bahkan berunjuk rasa. Pada akhir Januari 2024, Brussels dikepung 1.000 traktor petani yang memprotes aturan blok yang merugikan pendapatan mereka.
Mereka menuduh UE menerapkan standar tinggi kepada petani sendiri, tetapi memberi keringanan kepada produk-produk tani Ukraina. Seam mengatakan, produk Ukraina memang memperoleh perlakuan istimewa, tetapi tetap ada standar yang diberlakukan.
”Komitmen hijau UE sudah saklek meskipun kami tidak bisa memaksa negara lain harus menurunkan emisi karbon mereka. UE hanya bisa membantu inisiatif penurunan emisi negara-negara lain, tetapi target dan caranya harus dikembangkan sendiri sesuai keadilan bagi rakyat,” ujarnya.
Geopolitik
Terkait dengan Indo-Pasifik dan keamanan global, Seam menuturkan UE kini adalah penyedia pertahanan dan keamanan. Ini menjadi alasan kuat bagi UE agar bisa masuk ke dalam pertemuan para menteri pertahanan ASEAN.
UE juga ingin mengikuti KTT Asia Timur yang diselenggarakan ASEAN. Terakhir kali UE terlibat pada 2022. UE telah mengirim permintaan kepada Laos selaku Ketua ASEAN 2024 untuk mengundang mereka di KTT Asia Timur tahun ini.
Seam memaparkan tiga sikap UE mengenai persaingan geopolitik, terutama dengan China. Blok itu dan China merupakan mitra strategis dan memiliki kerja sama pokok, terutama di bidang mitigasi krisis iklim. Pada saat yang sama, China adalah saingan bisnis bagi perusahaan-perusahaan UE.
Demikian pula dalam segi sistem politik, pemerintahan, dan kemasyarakatan yang berbeda drastis. UE bagaimanapun adalah blok negara-negara demokratis dengan keterlibatan masyarakat yang tinggi.
”Berdasarkan kesadaran itu, UE di Indo-Pasifik datang dengan diplomasi dan kerja sama. Kami menawarkan fokus di bidang kelautan dan pembangunan kesejahteraan sebagai alternatif di luar yang ditawarkan oleh para adidaya,” ujarnya.