Senator AS-Xi Jinping Sepakat Hubungan AS-China Harus Dikelola dengan Bijak
Hubungan AS-China harus dikelola dengan bijak karena dinamika hubungan dua negara itu berdampak besar bagi dunia.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT — China dan Amerika Serikat sepakat bahwa hubungan kedua negara harus dikelola dengan rasional dan bertanggung jawab. Hal ini karena, dalam kapasitas sebagai dua adidaya, segala tindakan mereka memiliki pengaruh besar bagi masyarakat global. Meskipun begitu, China tetap menolak sejumlah usulan AS terkait cara mereka harus bersikap menghadapi perkembangan situasi dunia.
Pertemuan terkini antara pejabat China dan AS terjadi di Beijing, Senin (9/10/2023). Senator Chuck Schumer—Pemimpin Mayoritas Senat AS—memimpin delegasi yang terdiri dari enam senator, baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat. Mereka bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, dan sejumlah pejabat terkait beserta perwakilan dari dunia usaha.
Ini untuk keempat kalinya pejabat AS berkunjung ke China pada 2023. Kedatangan Schumer dan kawan-kawan ini menyusul kunjungan sebelumnya yang dilakukan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Keuangan Janet Yellen, dan Utusan Khusus Presiden AS untuk Urusan Iklim John Kerry.
”China dan AS harus bijak mengelola hubungan di tengah perubahan dunia dan segala tantangannya. Dinamika hubungan kedua negara ini berdampak besar pada kehidupan umat manusia,” kata Xi Jinping.
Xi menuturkan, kepada setiap presiden AS yang pernah ditemui, ia selalu menekankan ada 1.000 cara untuk meningkatkan hubungan Beijing dengan Washington. Tidak ada satu pun cara untuk merusaknya. Menurut dia, hubungan bilateral AS-China adalah hubungan terpenting di dunia.
Sebelum bertemu dengan Xi, delegasi AS itu bertemu dengan Wang Yi di Wisma Negara Diaoyutai. Dalam pertemuan itu, Wang mengatakan bahwa perbedaan pendapat di dalam hubungan bilateral ataupun geopolitik adalah hal wajar. Persoalannya ialah bagaimana menghadapi berbagai perbedaan tersebut secara rasional. Harapannya, melalui kunjungan ini, para politisi AS bisa memahami China dengan lebih kontekstual.
”Dunia masih mengalami krisis akibat Perang Rusia-Ukraina dan sekarang pecah pula perang di Timur Tengah. Kita butuh komunitas internasional untuk bekerja sama, bukan saling menjatuhkan,” ujar Wang.
Dunia masih mengalami krisis akibat Perang Rusia-Ukraina dan sekarang pecah pula perang di Timur Tengah. Kita butuh komunitas internasional untuk bekerja sama, bukan saling menjatuhkan.
Schumer saat menyampaikan pidato sambutan serta menanggapi perkataan kedua pejabat tinggi China itu mengatakan, ia setuju bahwa hubungan kedua negara harus dikelola dengan bijak. Menurut dia, AS dan China adalah dua negara yang paling berpengaruh dalam membentuk abad ke-21.
Meskipun begitu, lanjut Schumer, AS berharap China bisa bersikap lebih tegas dalam mendukung penegakan hak-hak asasi manusia. Secara spesifik, ia mengatakan bahwa AS menginginkan agar China tidak mendukung Rusia menyerang Ukraina, baik berupa bantuan persenjataan maupun pendanaan yang disalurkan melalui pihak-pihak ketiga.
Hal kedua yang disampaikan oleh Schumer adalah keinginan AS agar Beijing secara eksplisit mengecam serangan Hamas dan sejumlah kelompok bersenjata dari Palestina ke Israel. ”Konflik di Israel beberapa hari terakhir ini sangat memprihatinkan. Saya mohon kiranya Beijing bisa memberi dukungan kepada Israel,” ucapnya.
Adapun hal ketiga adalah mengenai krisis kecanduan fentanyl di AS. Fentanyl merupakan obat penghilang rasa sakit yang biasanya diresepkan dokter untuk pasien yang baru menjalani operasi atau menderita penyakit kronis. Akan tetapi, obat ini bisa diproduksi secara ilegal dan diperjualbelikan sebagai narkoba. Harganya yang relatif murah membuat masyarakat mudah terjangkit kecanduan.
Pada Selasa (3/10/2023), Presiden AS Joe Biden mengumumkan sanksi terhadap 25 orang dan perusahaan China yang dituduh menyalurkan zat-zat kimia bahan pembuat fentanyl. Mereka dituding memperparah krisis penyalahgunaan obat tersebut di AS. Schumer, ketika berbicara dengan Xi dan Wang, juga meminta agar China bekerja sama dengan AS dan turut bertanggung jawab atas persoalan tersebut.
Li Yong, peneliti pada Asosiasi Perdagangan Internasional China, mengatakan kepada harian Global Times bahwa pernyataan Schumer terkait fentanyl itu sudah diantisipasi oleh Beijing. ”Kita tidak bisa disalahkan terus-menerus oleh AS atas krisis yang terjadi akibat persoalan internal masyarakat mereka sendiri. Ini bukan perilaku perdagangan yang adil,” ujarnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam taklimat hariannya mengatakan bahwa China mengecam jatuhnya korban sipil di dalam perang Israel-Hamas. China meminta para pihak yang bertikai segera menghentikan pertempuran. ”Kami menentang setiap bentuk tindakan yang menyakiti warga sipil,” katanya. (AFP/REUTERS)