Horta: Kerja Sama China-Timor Leste Tidak Cakup Kerja Sama Pertahanan
Timor Leste fokus untuk menjadi anggota ASEAN sehingga tidak akan memasukkan elemen asing. Negara mitra tak perlu khawatir.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
KOMPAS/KRIS MADA
Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta memaparkan kebijakan negaranya kepada anggota National Press Club Australia, Rabu (7/9/2022), di Canberra, Australia. Ia antara lain membahas soal peran China di kawasan dan Timor Leste. Ia juga mengecam Australia yang mempersoalkan peran China di kawasan tanpa memberikan kebutuhan kawasan
DILI, JUMAT – Timor Leste meyakinkan negara-negara tetangganya bahwa perjanjian kerja sama dengan China tidak mencakup di bidang pertahanan dan keamanan. Timor Leste memegang komitmen mereka untuk menjadi anggota terbaru Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN dengan menjamin tidak membiarkan elemen asing memasuki kawasan dan memastikan netralitas serta perdamaian.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta dalam wawancara eksklusif dengan kantor berita Reuters melalui sambungan telepon dari Dili, Jumat (29/9/2023). Wawancara itu guna menanggapi kekhawatiran Australia terkait pertemuan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao dengan Presiden China Xi Jinping di Hangzhou pada Sabtu (23/9/2023) menjelang acara pembukaan Asian Games.
Di dalam pertemuan tersebut, Xanana dan Xi menandatangani perjanjian yang disebut Kerangka Strategis Komprehensif. “Komitmen dari perjanjian ini ialah meningkatkan kerja sama internasional demi menghasilkan kesejahteraan dan keuntungan bersama,” kata Xi, dikutip oleh stasiun televisi pemerintah China, CCTV.
Perjanjian itu membuat Australia kebakaran jenggot. Berdasarkan data yang dihimpun oleh media Australia, ABC, Canberra telah mengucurkan dana sebesar 118 juta dollar Australia untuk membantu Timor Leste periode 2023-2024. Dana itu dipakai untuk berbagai program pendidikan, kesehatan, dan pembangunan perekonomian. Australia masih menempati peringkat pertama negara donor untuk Timor Leste.
Australia juga mitra utama pertahanan dan keamanan Timor Leste. Canberra menyediakan kapal patroli untuk Dili beserta pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk aparat kepolisian dan militer.
“Sama sekali tidak ada pembicaraan mengenai kerja sama pertahanan dan keamanan. Bahkan, Beijing pun tidak menyinggung topik tersebut,” tutur Ramos Horta.
Ia mengatakan, Indonesia dan Australia bisa tidur nyenyak tanpa perlu mencemaskan Timor Leste menjadi masalah keamanan di kawasan. Menurut Ramos Horta, sahabat-sahabat terdekat Timor Leste tetap Indonesia, Australia, Malaysia, dan Singapura. China adalah teman baru yang membantu pembangunan di negara tersebut. Ramos Horta menjelaskan, perjanjian itu fokus membahas investasi di sektor pertanian dan infrastruktur.
Seiring itu, delegasi pengusaha China tiba di Dili pada hari Kamis (28/9) untuk membicarakan potensi investasi di sektor minyak dan gas negara tersebut. Ladang gas Bayu Undan berhenti beroperasi pada awal tahun 2023. Timor Leste juga ingin menggarap ladang gas Greater Sunrise dengan sasaran bisa beroperasi per 2030. Jika hal itu terwujud, gas alam akan menjadi pendapatan utama Dili.
“Kami juga ingin membahas mengenai kemungkinan peminjaman dana dari China, tetapi dengan bunga rendah dan sistem utang yang tidak akan merepotkan, apalagi membebani Timor Leste di kemudian hari,” ucap Ramos Horta.
Ia mendorong agar Australia lekas menuntaskan pembahasan pengelolaan ladang gas Greater Sunrise yang sudah mandek lebih dari satu dasawarsa. Perusahaan Australia, Woodside Energy, dari dulu mengutarakan minat mengelola ladang ini dengan sistem bagi hasil dengan Dili. Akan tetapi, Dili menginginkan agar pipa gas itu dialirkan ke Tasi Mane di Timor Leste, bukan ke Darwin di Australia.
Para pengamat politik internasional di Australia telah mewanti-wanti Canberra bahwa Timor Leste bisa mengalihkan perjanjian penggarapan Great Sunrise itu ke Beijing. Kekhawatiran mereka semakin menjadi-jadi ketika Xanana bertemu dengan Xi di Hangzhou. Apalagi, proyek gas Greater Sunrise itu memerlukan investasi sebesar 18 miliar dollar Australia atau lima kali lipat pendapatan domestik bruto Timor Leste.
“Sekarang, keberadaan China ini dimanfaatkan oleh Timor Leste untuk mendesak Australia. Meskipun demikian, kita harus melihat bahwa Beijing sedang menghitung ulang potensi investasi mereka karena situasi perekonomian dalam negeri China sendiri sedang bermasalah,” kata Peter Novak, peneliti isu Indo-Pasifik di Atlantic Council kepada surat kabar Guardian. (Reuters)