Sarah Tiffin: Akar Rumput Fokus Kemitraan Inggris-ASEAN
Inggris baru dua tahun menjadi mitra wicara ASEAN. Fokus mereka ialah agar kerja sama ini terasa di akar rumput.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
Bagi negara-negara di Asia Tenggara, terutama anggota Persemakmuran, Inggris adalah sahabat lama. Akan tetapi, bagi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN, Inggris justru menjadi pemain baru. Walaupun begitu, Inggris menganggap ini kesempatan untuk meraup manfaat sebesar-besarnya untuk kedua belah pihak.
Demikian dikemukakan oleh Duta Besar Misi Inggris untuk ASEAN, Sarah Tiffin, di Jakarta (31/8/2023). Ia mengungkapkan, Inggris baru dua tahun lalu resmi menjadi mitra wicara ASEAN. Berarti, Inggris merupakan mitra wicara terbaru dalam 25 tahun terakhir.
"Saat ini, kami dalam penjajakan agar Inggris bisa ambil bagian di dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (East Asia Summit) dan Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN (ADMM)," tuturnya.
Berdasarkan status kemitraan saat ini, tidak ada pejabat politik Inggris yang datang pada KTT ASEAN pekan depan. Delegasi Inggris dipimpin oleh Ketua Dewan Usaha Inggris-ASEAN Edward Vaizey. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Komunikasi, dan Industri Kreatif Inggris periode 2010-2016.
Tiffin menerangkan, Inggris memutakhirkan kebijakan politik luar negeri. Sekarang, pusat dari perkembangan politik dunia bergeser ke timur dan selatan, yaitu di kawasan Indo-Pasifik. Oleh sebab itu, Inggris menjadikan Indo-Pasifik sebagai pusat politik luar negerinya.
Menurut dia, ada potensi kerja sama luar biasa untuk dikembangkan. Fokus Inggris adalah di isu pencegahan dan penanganan krisis iklim dan keamanan. Meskipun demikian, Tiffin mengatakan bahwa sektor keamanan bukan titik berat Inggris di Indo-Pasifik. Tujuan dari London ialah agar kemitraan antara Inggris-ASEAN terasa kuat di akar rumput.
Guna mencapainya, Inggris mengembangkan lima program yang dikonsultasikan dengan Kantor Sekretariat ASEAN. Isi program itu ialah membangun jaringan perekonomian terintegrasi; peningkatan arsitektur kesehatan; mitigasi krisis iklim; perempuan, perdamaian, dan keamanan; serta pendidikan untuk perempuan dan anak perempuan.
Juga ada kerja sama dengan pakar-pakar dari Inggris agar bertukar ilmu mengenai pembangunan berkelanjutan, infrastruktur, perlindungan hak cipta di tengah perkembangan perekonomian digital, dan pendanaan hijau.
Tiffin menjelaskan alasan perempuan menjadi titik fokus program Inggris di ASEAN, yakni karena semua jenis perkembangan, mulai dari krisis iklim hingga akses ke perekonomian digital penting bagi perempuan. Apabila kaum perempuan dan anak perempuan terdidik serta sejahtera, kondisi masyarakat ikut terangkat.
Ia menuturkan, pelaksanaannya sudah berjalan, tergantung kebutuhan setiap negara anggota ASEAN. Ada negara-negara yang memerlukan bantuan untuk pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan. Ada pula negara yang membutuhkan peningkatan kapasitas perempuan di bidang sains, teknologi, keinsinyuran, seni, dan matematika (STEAM) agar bisa mengakses bursa tenaga lerja berkualitas.
"Di dalam semua program itu juga ada unsur pelestarian lingkungan dan mitigasi krisis iklim karena perekonomian dan teknologi harus berkelanjutan," ujarnya.
Indo-Pasifik
Terkait Indo-Pasifik, Tiffin menerangkan, pandangan Inggris ialah di kawasan ini setiap negara benas menetukan pilihan. Tidak boleh ada kerja sama yang dijadikan cara menelan suatu negara untuk tunduk dengan kemauan negara lain.
Inggris anggota Pakta Pertahanan AUKUS bersama Australia dan Amerika Serikat. Di dalam kerja sama ini mencakup pengadaan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia. Pembentukan AUKUS menuai kritik dari ASEAN maupun Selandia Baru.
"Inggris tidak ingin meniru AS, China, maupun pihak-pihak lain. Kami bekerja sama dengan ASEAN sebagai diri sendiri dengan berlandaskan konsultasi di antara kedua belah pihak," ucapnya.
Tiffin mengatakan, AUKUS tidak bermaksud menantang siapa pun. Keberadaannya juga tidak menyerobot Sentralitas ASEAN karena AUKUS bergerak dengan merujuk kepada Pandangan Indo-Pasifik ASEAN (AOIP). Lebih penting lagi daripada pakta militer, lanjutnya, adalah pelaksanaan program-program Inggris ini di akar rumput ASEAN.