Rivalitas kedua adidaya terus berlanjut. Sekarang caranya dengan saling menangkap mata-mata.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
BEIJING, JUMAT – Pemerintah China menangkap warganya sendiri yang dituduh bekerja sebagai mata-mata untuk Amerika Serikat. Tindakan ini diduga merupakan balasan atas perbuatan AS menangkap dua tentaranya sendiri yang membocorkan berbagai informasi serius kepada China.
Pengumuman penangkapan itu disampaikan di laman resmi Kementerian Keamanan Dalam Negeri China, Jumat (11/8/2023). Aparat penegak hukum menangkap seorang laki-laki bernama Zeng Moumou (52) yang bekerja di salah satu perusahaan kontraktor militer di negara tersebut.
Pernyataan kementerian menyebut, Zeng didekati seorang agen Badan Pusat Intelijen AS (CIA) di Italia ketika melakukan perjalanan dinas. Tidak diungkapkan waktu pasti peristiwa itu terjadi. Dikatakan, Zeng terbuai dengan ide-ide Barat yang diutarakan oleh agen tersebut.
Zeng kemudian diiming-imingi uang dan kemungkinan ia sekeluarga diterima tinggal di AS. Sebagai balasan, Zeng mengirim berbagai informasi rahasia mengenai Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) kepada AS. Pernyataan itu tidak membahas lebih lanjut mengenai hukuman yang dijatuhkan kepada Zeng.
Pekan lalu, Departemen Kehakiman AS mengumumkan menangkap dua warga AS yang bekerja sebagai mata-mata China. Mereka berdua adalah warga AS keturunan China, yaitu Patrick Wei (22) dan Thomas Zhao. Keduanya juga tentara di Angkatan Laut AS.
Dikutip majalah Forbes, Jaksa Agung AS Grossman menuturkan, Zhao dan Wei tidak saling mengenal dan direkrut secara terpisah oleh China. Informasi yang mereka bocorkan, antara lain, mengenai latihan militer AS di Indo-Pasifik dan cetak biru radar militer di pangkalan militer AS yang berada di Okinawa, Jepang. ”Mereka berkhianat demi uang,” ujar Grossman.
Sementara itu, Badan Keamanan Intelijen Selandia Baru (NZSIS) mengeluarkan laporan yang menyatakan, China merupakan ancaman terbesar di Indo-Pasifik. Bahkan, laporan ini turut mengatakan, China, Rusia, dan Iran berusaha ikut campur di urusan dalam negeri Selandia Baru.
”Orang-orang dan kelompok yang terkait dengan Republik Rakyat China secara spesifik mengincar, bahkan menyerang, warga Selandia Baru keturunan Tionghoa. Ini ancaman serius bagi negara,” kata laporan NZSIS.
China merupakan mitra dagang terbesar Selandia Baru. Akan tetapi, di saat yang sama, Wellington mencemaskan ambisi Beijing di Indo-Pasifik. Hal-hal yang dipantau terus oleh Beijing, antara lain, perkembangan sengketa Laut China Selatan, situasi di Selat Taiwan, dan pengaruh China di negara-negara Pasifik Selatan.
Terkait Iran, NZSIS mengungkapkan, agen-agen Iran mengincar warga Selandia Baru keturunan Persia. Mereka memantau dinamika komunitas Iran di Selandia Baru, terutama orang-orang yang menentang Pemerintah Iran dan warga Selandia Baru yang dinaturalisasi dari Iran. Adapun mengenai Rusia, belum jelas intervensi yang mereka lakukan di Selandia Baru selain menyebar hoaks dan propaganda mengenai invasi di Ukraina.
Tuduhan itu ditampik Kedutaan Besar China di Wellington yang dikutip oleh Channel News Asia. ”Pemerintah China tidak pernah mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Kami tidak senang dan menyangkal tuduhan ini. Pemerintah China berinteraksi dengan diaspora China dalam batas wajar dan sesuai dengan aturan internasional,” sebut Kedubes China.
Kedubes China juga meminta agar negara-negara lain melihat China dengan pikiran yang terbuka. Jangan serta-merta menuduh segala permasalahan bersumber dari Beijing. Pandangan yang anti-China ini sejatinya akan merugikan warga China dan warga negara lain keturunan Tionghoa karena mengakibatkan diskriminasi dan stigma.
Selandia Baru merupakan anggota Pancamata yang juga terdiri dari AS, Kanada, Inggris, dan Australia. Mereka berlima bersikap curiga dan keras terhadap China. Pemerintah Kanada masih melangsungkan penyelidikan dugaan campur tangan China di pemilhan umum legislatif beberapa tahun lalu. (AP/Reuters)