Bendera Iran Berkibar Lagi di Arab Saudi, AS Minta Arab Saudi Berbaikan dengan Israel
Menjelang musim haji 2023, Iran kembali membuka kedutaan besar dan konsulat jenderal di Arab Saudi. Bersamaan dengan itu, Amerika Serikat kembali meminta Arab Saudi mengakui kedaulatan Israel.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
AFP/FAYEZ NURELDINE
Wakil Menteri Luar Negeri Urusan Konsuler Iran Alireza Bigdeli (kedua dari kiri), Direktur Urusan Konsuler Kementerian Luar Negeri Arab Saudi Ali al-Youssef (kedua dari kanan), dan Kuasa Usaha Kedutaan Besar Iran untuk Arab Saudi Hassan Zarnegar (kanan) menghadiri upacara pembukaan kembali kantor Kedutaan Besar Iran untuk Arab Saudi Riyadh, Arab Saudi, Selasa (6/6/2023).
RIYADH, RABU — Setelah ditutup sejak 2016, Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Iran kembali beroperasi di Arab Saudi. Pengoperasian ini menandai babak baru hubungan dua negara Timur Tengah yang bolak-balik bermusuhan itu. Bendera Iran pun kembali berkibar di wilayah Arab Saudi. Pada hari pengibaran itu, dalam peristiwa terpisah Amerika Serikat kembali membujuk Arab Saudi agar membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Kedubes Iran di Riyadh dibuka lagi pada Selasa (6/6/2023). Adapun Konsulat Jenderal Iran di Jeddah dan Kantor Perwakilan Tetap Iran untuk Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dibuka lagi mulai Rabu (7/6/2023).
”Kami memandang ini hari penting dalam hubungan Republik Islam Iran dan Kerajaan Arab Saudi. Kerja sama kedua negara memasuki era baru,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri Iran Alireza Bigdeli kala meresmikan pembukaan lagi Kedubes Iran di Riyadh.
Peresmian pembukaan kembali Kedubes Iran itu ditandai dengan pengibaran bendera Iran di halaman kedutaan pada pukul 18.00 waktu Riyadh atau pukul 22.00 WIB. Pada Rabu, bendera itu berkibar itu juga lagi di Jeddah.
Kedubes dan Konjen Iran di Arab Saudi ditutup setelah Arab Saudi menutup kedutaannya di Teheran dan konjennya di Mashad. Riyadh memutuskan langkah itu setelah kantor Kedubes Arab Saudi di Teheran dirusak massa pada 2016. Perusakan tersebut terjadi dalam unjuk rasa untuk memprotes eksekusi ulama Syiah oleh Arab Saudi.
Pada Maret 2023, dengan mediasi China, Arab Saudi-Iran setuju memulihkan lagi hubungan mereka. Kini, Iran mewujudkan normalisasi itu.
AP/XINHUA/LUO XIAOGUANG
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani (kanan) dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban bertemu di Kantor Kebijakan Luar Negeri Partai Komunis China (PKC) pada Maret 2023 di Bejing, China. Pertemuan difasilitasi Kepala Kebijakan Luar Negeri PKC Wang Yi (tengah) untuk memastikan pemulihan hubungan Riyadh-Teheran dengan perantara Beijing.
Teheran juga sudah menunjuk duta besar untuk Riyadh. Mantan Dubes Iran di Kuwait dan Direktur Jenderal Urusan Negara Teluk pada Kementerian Luar Negeri Iran, Alireza Enayati, ditunjuk menjadi duta besar di Riyadh. Sebaliknya, belum ada kepastian kapan Kedubes Arab Saudi di Teheran dan Konjen di Mashad dibuka lagi. Riyadh juga belum mengumumkan siapa yang akan menjadi duta besar di Teheran.
Juru bicara Kemenlu Iran, Nasser Kanaani, mengatakan, pengoperasian ulang kedua fasilitas diplomatik itu tepat waktu. Calon jemaah haji asal Iran akan mulai berdatangan ke Arab Saudi pada Juni ini. Akan dibutuhkan banyak layanan konsuler untuk kelancaran ibadah haji. Selama berabad-abad, umat Muslim pengikut mazhab Syiah dari Iran juga menunaikan haji di Mekkah, Arab Saudi.
Ketegangan diplomatik pada 2016 membuat Iran memutuskan tidak memberangkatkan calon jemaah haji pada tahun itu. Teheran kembali mengirimkan calon jemaah haji pada 2017 dan tahun selanjutnya. Pengiriman hanya terhenti pada masa pandemi Covid-19.
Lobi AS
Sejumlah pihak menduga, Amerika Serikat keberatan dengan pemulihan hubungan Arab Saudi-Iran. Washington mencoba menyangkal itu. Salah satunya lewat lawatan Menlu AS Antony Blinken selama tiga hari ke Arab Saudi mulai Selasa (6/6/2023).
Selama lawatan, ia antara lain bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. ”Mereka berdiskusi secara terbuka, tanpa batasan tentang berbagai isu bilateral dan kawasan. Menteri membahas isu hak asasi manusia baik secara umum maupun pada kasus tertentu,” kata seorang pejabat AS yang menolak identitasnya diungkap.
AP/POOL PHOTO/AMER HILABI
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menemui Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dalam pertemuan di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023). Blinken antara lain membahas potensi pengakuan kedaulatan Israel oleh Arab Saudi.
Blinken bertandang ke Arab Saudi sehari setelah Riyadh mengumumkan pemangkasan produksi minyak. Mulai Juli 2023, Arab Saudi akan kembali mengurangi 1 juta barel dari produksi hariannya. Pemangkasan itu bagian dari upaya Arab Saudi menahan penurunan harga minyak.
Dalam beberapa bulan terakhir, Arab Saudi dan para mitranya di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sudah beberapa kali memangkas harga minyak. AS tidak suka pemangkasan itu. Sebab, pemangkasan ini bisa menyulitkan upaya AS dan sekutunya menurunkan harga minyak.
Selain demi kepentingan ekonomi domestiknya, AS dan sekutunya berusaha memangkas harga minyak untuk menekan Rusia. Selama ini, salah satu pendapatan Rusia berasal dari ekspor minyak dan gas bumi. AS dan sekutunya berpendapat, Rusia akan bisa terus berperang di Ukraina selama bisa mendapat uang dari berdagang minyak dan gas bumi.
AS tidak suka dengan pemangkasan produksi minyak oleh Arab Saudi. Pemangkasan ini bisa menyulitkan upaya AS dan sekutunya menurunkan harga minyak guna menyumbat salah satu pendapatan Rusia.
Sejauh itu, upaya AS dan sekutunya serta Arab Saudi dan sekutunya sama-sama belum optimal. Meski turun, harga minyak belum serendah harapan AS dan sekutunya. Di sisi lain, Arab Saudi dan sekutunya menilai harga sekarang kurang menarik dan tidak mencerminkan kondisi asli pasar.
Relasi dengan Israel
Blinken tiba di Jeddah pada Selasa malam dan bertemu Mohammed bin Salman (MBS) di sana. Rabu ini, Blinken terbang ke Riyadh untuk bertemu berbagai pihak lain. Pertemuan di Jeddah berlangsung selama satu jam 40 menit. Blinken dan MBS antara lain membahas perdamaian di Yaman.
Dalam pertemuan itu, Blinken juga kembali membahas kemungkinan Arab Saudi membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Sebelum ke Arab Saudi, Blinken menyebut bahwa hubungan Arab Saudi-Israel adalah masalah keamanan bagi AS.
Peresmian hubungan Riyadh-Tel Aviv telah bertahun-tahun menjadi isu prioritas Washington. Arab Saudi sudah bertahun-tahun menyatakan, pengakuan kedaulatan Israel akan dilakukan begitu Palestina merdeka. Arab Saudi juga menegaskan, perdamaian Israel-Palestina harus dalam kerangka solusi dua negara.
AFP/POOL PHOTO/AMER HILABI
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat Reema bint Bandar berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023).
Di sisi lain, sebagaimana dilaporkan The New York Times pada April 2023, Arab Saudi siap mengakui kedaulatan Israel tanpa mengaitkannya dengan kemerdekaan Palestina. Syaratnya, AS harus membantu Arab Saudi menguasai teknologi nuklir.
Meski belum mengakui kedaulatan Israel, Arab Saudi dan Israel ikut latihan perang gabungan pada 2022. Latihan perang laut itu diinisiasi AS dan melibatkan sejumlah negara Timur Tengah. Pesawat Israel juga sudah diizinkan melewati wilayah udara Arab Saudi. Izin itu memangkas jarak tempuh pesawat-pesawat Israel.
Terkait kerja sama di antara Angkatan Laut negara-negara Timur Tengah, Iran mengusulkan operasi gabungan. China disebut memediasi upaya itu dan melibatkan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Oman. Negara-negara itu berada di tepi Selat Hormuz, salah satu rute penting perdagangan minyak global. Pelabuhan ekspor minyak dan gas Arab Saudi, UEA, Irak, Kuwait, dan Iran berada di selat itu.
Kepala Staf Angkatan Laut Iran Laksamana Madya Shahram Irani mengatakan, negara-negara di sekitar selat itu seharusnya menjadi penanggung jawab utama perairan kawasan. Negara-negara di kawasan tidak perlu terlalu bergantung pada negara lain untuk menjaga perairan yang penting itu. ”Kerja sama lintas AL amat penting untuk keamanan bersama di kawasan,” ujarnya. (AFP/REUTERS)